Varel benar-benar mengunjungi rumah Zelin, dan saat ini ia tengah berdiri di depan gerbang rumah Zelin yang begitu megah dengan hati yang berdegub kencang. Ia sedikit was-was, takut kalau Zelin marah padanya, karena selama ini Zelin selalu melarang datang ke rumahnya tanpa seizinnya, dan sekarang ia ada di rumah Zelin tanpa memberitahunya."Maaf, mau cari siapa den?" Tanya seorang satpam sambil membuka sedikit gerbang.
"Oh ini saya temennya Zelin, Zelinnya ada?" Tanya Varel.
"Ada den, aden langsung masuk aja, non Zelin ada di dalem sama temennya." Jawab sang satpam sambil membuka gerbang lebih lebar, memberikan Varel akses untuk masuk ke dalam.
"Makasih pak." Varel langsung menstater motornya dan masuk ke dalam halaman rumah Zelin.
Setelah sampai di depan pintu rumah Zelin, Varel pun memarkirkan motornya di samping sebuah sedan putih yang entah milik siapa, karena setaunya Zelin tak memiliki mobil sedan putih. Varel pun mengabaikannya dan memilih untuk masuk ke dalam rumah Zelin yang pintunya terbuka lebar.
"Zelin!" Varel memanggil Zelin setelah masuk ke dalam ruang tamu dan tak menemukan siapa-siapa.
Samar-samar Varel mendengar seseorang yang sedang berbicara, ia pun melanjutkan langkahnya semakin ke dalam menuju ruang tengah yang sepertinya tempat dimana asal suara tersebut. Ia yakin, itu pasti Zelin dan temannya yang tak lain adalah Elsa dan Tiara. Namun semakin dekat suara cowoklah yang terdengar. 'Siapa yang sedang berbicara dengan Zelin? Kedengarannya asik banget?'
Varel pun memutuskan untuk berhenti dibalik tembok penghubung antara ruang tamu dan ruang tengah. Berniat menguping pembicaraan Zelin dengan seorang cowok yang entah siapa dirinya tak tau itu.
"Hahaha, apasih Ga gombal deh." Suara tawa Zelin terdengar begitu nyaring.
"Beneran kali yang, gak gombal tau." Kali ini suara cowoklah yang terdengar menyahut ucapan Zelin.
"Iya iya Angga, aku percaya."
'Angga? Siapa dia? Ada hubungan apa dia sama Zelin?' Batin Varel bertanya-tanya.
"Btw, kamu kapan mutusin dia?" Tanya cowok yang baru saja Varel ketahui bernama Angga tersebut kepada Zelin.
'Dia? Dia siapa? Apa mungkin dia yang disebut itu aku?'
"Nunggu waktu yang tepat dulu Ga."
"Dari kemarin-kemarin kamu jawabnya itu mulu yang, kamu nggak suka kan sama dia?"
"Aduh Angga, nggak mungkin aku suka sama dia. Aku tuh cuma cinta sama kamu aja, Angga."
Mendengar seklebat percakapan tersebut membuat Varel bagaikan disambar petir di siang bolong. Dadanya seperti di jatuhi bom, sakit sangat sakit. Sungguh ia tak menyangka jika selama ini Zelin hanya mempermainkannya. Mempermainkan perasaannya yang begitu tulus ini.
Cukup sudah, Varel gak mau dibohongi lagi oleh Zelin. Dengan emosi yang membuncah, ia pun menghampiri Zelin dan Angga.
'BRAAKKK'
Varel menggebrak meja yang ada di depan Zelin dan Angga yang seketika membuat mereka bedua terlonjak kaget, lalu bangkit dari sofa.
"Varel." Ucap Zelin tanpa suara dengan mata setengah melotot. Ia tak mengira Varel akan berani datang ke rumahnya tanpa memberitahunya.
"Jadi gini kelakuan lo di belakang gue. LO EMANG BUSUK." Bentak Varel sambil melayangkan tangannya, berniat untuk mendaratkan tamparan di pipi mulus Zelin.
Namun Angga dengan sigap langsung mencekal lengan Varel.
"Gak usah ikut campur lo. Gue gak ada urusan sama lo!!" Desis Varel tajam seraya menepis tangan Angga yang masih mencekal lengannya.
"Jelasin ke gue! Kenapa lo bisa sama dia? Lo udah nggak cinta lagi sama gue?" Tanya Varel sambi mengacungkan jari telunjuknya pada Angga.
"Cinta sama lo? Cuih." Zelin meludah di hadapan Varel. "Lo pikir selama ini gue cinta sama lo? Hahaha, GAK PERNAH. Dan selamanya nggak akan pernah gue cinta sama lo!"
"Kalo lo nggak cinta sama gue, kenapa lo mau jadi pacar gue? Lo emang jahat, nggak punya hati, bahkan gara-gara lo gue sama Alina jadi bermusuhan."
"Hahaha, asal lo tau ya Rel, tujuan gue macarin lo itu ya itu. Bikin lo dan Alina bermusuhan, karena gue tau selama ini Alina diam-diam cinta sama lo. Dengan begitu gue bisa membalaskan dendam gue, membuat Alina menderita, hancur sehancur-hancurnya karena dia sangat menyayangi lo." Ucap Zelin dengan tawa bahagianya.
"Lo yang terlalu bodoh, gak peka, bisa-bisanya lo lebih mempercayai gue dari pada Alina temen lo dari kecil." Ucap Zelin, lalu ia melengang pergi menuju tangga dan menaikinya.
"Ohya satu lagi." Sampai pertengahan tangga Zelin berbalik lagi menghadap kepada Varel yang ada di bawah. "Mulai sekarang kita putus. P-U-T-U-S." Sambungnya lalu melanjutkan langkahnya lagi diikuti oleh Angga yang sedari tadi hanya sebagai penonton saja.
* * *
'CIIIITTTT'
Bunyi motor yang di rem begitu memekakan telinga. Varel memberhentikan motornya di depan rumahnya, setelah tadi ia mengendarai motornya dengan kebut-kebutan, meluapkan seluruh emosinya di jalanan.
Varel langsung masuk ke dalam kamar dan membanting pintunya dengan keras, membuat penghuni rumahnya yang hanya seorang pembantu itu terlonjak kaget. Setelah itu, Varel bersandar dan merosot du balik pintu kamarnya.
"Bodoh Rel! Lo bodoh! Harusnya lo percaya sama Alina." Ucap Varel membodoh-bodohkan dirinya. Ia merasa sangat bodoh sekali, bisa-bisanya ia tertipu oleh iblis bertopeng malaikat seperti Zelin. Sungguh sekarang ia sangat menyesal, selama ini ia tidak pernah percaya dengan apa yang dikatakan Alina. Bahkan ia telah membuat persahabatannya dengan Alina hancur dan menuduh Alina yang tidak-tidak. Ia jadi teringat dulu saat ia terpuruk seperti ini, ia selalu lari kepada Alina. Menjadikan Alina sebagai sandarannya saat ia sedang merasa lemah.
Varel tersenyum miris. Mungkin sekarang takkan ada yang seperti itu lagi. Alina sudah tak akan peduli padanya lagi. Alina pasti sangat membenci dirnya. Mengingat perlakuannya selama ini, bahkan pertemuan terakhirnya dengan Alina kesannya sangat buruk sekali.
"ANGRHHH." Teriak Varel frustasi dengan mengacak-acak rambutnya.
'Ya Tuhan, kenapa penyesalan selalu ada di akhir?'
* * *
5 Mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestfriend & Love | √
Teen Fiction[Completed] Tentang dua orang yang selalu bersama bagaikan sepasang kekasih, namun status mereka hanyalah sebatas SAHABAT. Dan siapa sangka salah satu diantara mereka memiliki perasaan lebih. Akankah status mereka bisa berubah?