Chapter 1

754 30 1
                                    


Colombus International Hospital,

Langkah kaki yang begitu tergesa-gesa di lorong rumah sakit melengkapi suasana pagi itu. Terlihat beberapa anggota keluarga sedang berharap cemas menunggu kedatangan dokter di ruang Unit Gawat Darurat (UGD). Langkah kaki yang begitu tergesa-gesa itu pun terhenti di hadapan seorang ayah yang menunggu di ruang Unit Gawat Darurat.

" Dokter, tolong selamatkan anak ku. Entah bagaimana caranya, tolong selamatkan dia.", ucap ayah dari pasien itu.

Langkah kaki yang tergesa-gesa itu adalah milik seorang dokter muda bernama Sean Eclare. Ia mendapat panggilan dari rumah sakit untuk menangani pasien kecelakaan mobil. Tanpa menjawab pertanyaan dari seorang ayah tersebut, Sean melangkahkan kakinya ke ruang Unit Gawat Darurat.

Di dalam ruangan, semua perawat sudah menunggu dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan Sean untuk menangani pasien kecelakaan mobil itu. Sean berusaha semampu mungkin menyelamatkan pasien tersebut,. Wajahnya yang terlihat semakin fokus pun membuat para perawat kagum akan kinerja Sean.

Sementara itu, di luar ruangan pihak keluarga sedang menunggu hasil dari tindakan rumah sakit kepada pasien. Kekhawatiran seorang ayah kini di rasakan oleh Lucas Claire, Ia tidak percaya jika putri sulungnya harus mengalami kecelakaan mobil saat hendak menyeberangi jalan.

Setelah beberapa lama menunggu hasil, Lucas Claire menemui Sean yang melangkahkan kakinya keluar dari ruang tindakan. Menghadapi keluarga yang begitu cemas sudah menjadi hal yang biasa untuk Sean, sehingga Ia tidak lagi heran melihat sikap Lucas Claire.

" Untuk saat ini putri Tuan dapat kami selamatkan. Akan tetapi, kami sedikit meragukan daya ingatnya, mengingat benturan di kepalanya begitu keras. ", ujar Sean dengan tenang.

" Apakah ada cara untuk mengembalikan daya ingatnya jika keraguan mu itu benar ? ", tanya Lucas Claire.

" Aku akan berusaha agar keraguan ku itu tidak terjadi. Permisi. ", jawab Sean sambil melangkahkan kakinya ke lift.

Tak berapa lama, Sean masuk ke ruang kerjanya dan melihat berkas milik pasien yang baru saja Ia tangani. Wajahnya kini berubah menjadi wajah penuh keheranan, Ia memperhatikan kartu identitas milik pasiennya dan menghela nasfas.

" Sharen Claire ..... ", ucap Sean sambil menutup berkas milik pasiennya itu.

Ia melihat ponselnya, entah apa yang membuatnya tak asing dengan nama itu. Beberapa saat setelah melihat ponselnya, Ia teringat pada seorang wanita yang mengejarnya di lorong stasiun kereta untuk mengembalikan jaket miliknya yang tertinggal di kursi saat menunggu kedatangan kereta. Ia teringat karena saat itu Ia sedang memainkan ponselnya dan tak sengaja ponsel dengan aplikasi kamera yang sedang menyala itu secara otomatis mengambil gambar Sharen ketika mengembalikan jaket milik Sean dengan senyuman. Foto tersebut belum terhapus di ponsel Sean karena kejadian itu baru terjadi beberapa hari yang lalu.

Hari menjelang senja, Sean berjalan keluar ruang kerjanya tanpa jas praktiknya dan terlihat sangat tampan dengan kemeja abu-abu lengan panjang, celana panjang hitam serta sepatu hitam. Sebagian besar pasien mungkin tidak menyangka jika Sean adalah seorang dokter tetapi bagi para perawat wanita sosok Sean sudah menjadi idola bagi mereka.

Sean menghentikan langkah kakinya disalah satu kamar rawat, Ia mengetuk pintu kamar tersebut dan tak berapa lama kemudian masuk ke kamar tersebut. Perlahan namun pasti, langkahnya menghampiri pasien yang sedang berbaring di tempat tidur.

" Bagaimana keadaannya ? Apakah sudah sadarkan diri ? ", tanya Sean kepada perawat di ruangan itu.

" Belum, Dok. Mungkin benturan yang dialaminya cukup hebat jadi untuk sadarkan diri butuh waktu yang lama.", jawab perawat itu.

" Dimana ayahnya ? ", tanya Sean.

" Tuan Lucas kembali ke rumah untuk mengambil pakaian Nona Sharen. ", jawab perawat itu sambil bergegas meninggalkan kamar Sharen.

(Sean POV)

Aku terdiam sejenak dan mulai melangkahkan kaki ku disekitar kamar pasien ku ini. Aku melihat kearah jendela dan sesekali mata ku ini mencuri kesempatan untuk memperhatikan pasien ku yang tak sadarkan diri ini. Aku melipat tangan ku di depan dada dan kaki ku perlahan mendekati tempat tidurnya. Aku meraih ponsel ku di dalam saku celana dan mulai merekam diri ku sendiri.

" Beberapa hari yang lalu, ada seorang wanita yang mengejar ku untuk mengembalikan jaket ku saat di stasiun kereta. Entah mengapa, ponsel ku bisa menangkap wajahnya dan hal itu membuat ku mengingatnya. Saat ini aku kembali bertemu dengan wanita itu, namun kali ini dia tidak mengatakan satu kata pun seperti saat dia mengembalikan jaket ku dengan senyumnya. ", ucap ku seraya mengarahkan ponsel ku untuk menangkap wajahnya.

" Namanya adalah Sharen, Sharen Claire. Dia baru saja mengalami kecelakaan mobil dan sampai saat ini belum sadarkan diri karena benturan di kepalanya cukup keras. Semoga kau cepat sadarkan diri, Sharen.", sambung ku sekaligus mengakhiri video itu.

Saat hendak memasukan ponsel ke saku celana, aku melihat ada pergerakan pada tangannya. Reaksi itu diberikan tidak terlalu lama setelah video yang ku rekam berakhir. Jari-jari tangannya yang lembut itu mulai bergerak dan wajahnya sangat jelas memberitahu ku bahwa dirinya sedang menahan rasa sakit yang hebat.

" Diman...", kata pertama yang selalu diucapkan setiap pasien yang mengalami kecelakaan.

" Kau di rumah sakit. Kau baru saja mengalami kecelakaan. ", jawab ku yang sudah paham betul akan pertanyaan itu.

Setiap pergerakannya kini menjadi fokusku dan perlahan aku melihat sepasang mata yang indah itu terbuka. Pandangannya terlihat heran saat melihat ku berdiri di dekatnya. Hati ini terus berharap agar dirinya tidak mengalami lupa ingatan mengingat benturan yang cukup keras itu.

" Sepertinya, aku mengenal mu. ", ucapnya dengan wajah yang terlihat memaksakan pikirannya untuk mengingat siapa aku.

" Sebaiknya kau istirahat, kita bisa bicarakan hal itu saat keadaan mu sudah pulih. ", jawab ku dengan senyum tipis ini dan perlahan langkah ku membawa ku untuk meninggalkannya.

(Sean POV end)

Still The SameWhere stories live. Discover now