Chapter 24

87 7 0
                                    

Keesokan Harinya ...

Hari sudah menjelang siang, aku semakin mempercepat langkah kaki ku dan kini aku sudah berlari seperti sedang berlomba. Rasa khawatir dan bimbang pun mulai menghantui ku. Aku berlari disepanjang lorong dan memperhatikan sekitar ku. Tak lama aku menemukan dia sedang berdiri tepat di depan salah satu pintu kamar.

" Masuklah. ", ucap nya dengan tatapan yang begitu dingin.

Dengan cepat aku membuka pintu dan perlahan berjalan menghampiri seseorang yang masih tertidur lelap. Aku menghela nafas ku, aku merasa jika air mata ku sudah tidak lagi tertahan, aku melihatnya tubuhnya terpasang alat bantu pernapasan dan itu membuat ku semakin tersiksa. Aku berjalan mendekatinya dan fokus ku masih memperhatikan wajahnya yang begitu tenang.

" Hallo. ", ucap suara diseberang sana.

" Hallo. " jawab ku.

" Bisakah kau ke rumah sakit sekarang ? Sharen tidak berhenti memanggil nama mu. ", ucap suara itu.

" Sharen ? ", tanya ku heran.

" Aku Mauren. Saat ini Sharen sedang berada di rumah sakit, dia mengalami depresi berat dan menenggelamkan dirinya di kolam renang. Aku harap kehadiran mu bisa membantunya. ", jawab Mauren yang langsung mengakhiri percakapan itu.

Aku terdiam dan pikiran ku semakin kacau. Aku bergegas kembali ke kota, aku membawa tas ku dan meninggalkan teman-teman ku di pulau. Aku menjelaskan semuanya kepada Daron dan Daron memahami hal itu, dia pun meminta ku untuk bergegas karena dia juga mengkhawatirkan keadaan Sharen.

Aku duduk di kursi yang ada disamping tempat tidurnya dan aku menyentuh tangannya. Aku menggenggam tangannya dan menyentuh wajahnya.

" Semalam dia terus memanggil nama mu. Aku meminta nomor telepon mu pada perawat disini. Maaf jika aku meminta mu untuk kesini. ", ucap Mauren yang kini berada di belakang ku.

" Apa yang sudah terjadi padanya ? ", tanya ku sambil terus memandangi wajah Sharen.

" Dia tidak bisa menghubungi mu, dia merasa sangat bersalah dan tidak berguna. Aku menemukannya sedang menenggelamkan dirinya di kolam renang rumah dan ketika pagi hari ayah menemukan Sharen tidak sadarkan diri. ", jawab Mauren.

" Sharen..", gumam ku.

" Dan dia menggenggam beberapa butir obat penenang. ", ucap Mauren dan membuat ku terdiam.

" Apa ? ", tanya ku sambil memalingkan pandangan ku ke arah Mauren.

" Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada kalian sampai dia seperti itu. ", jawab Mauren sambil tertunduk.

Bibir ku kini bergetar seolah tidak tahu apa yang harus aku katakan, aku tidak menyangka jika dia mencari bahkan memikirkan keberadaan ku. Kini aku sangat lemah, aku menundukan kepala ku dan perlahan kepala ku menyentuh lengannya. Air mata ku mulai membasahi lengannya, aku menangis setelah sekian lama aku tidak pernah menangis, aku merasa hati ku sangat sakit, dan aku menyadari bahwa aku benar-benar mencintai wanita ini.

" Maafkan aku, Sharen. ", ucap ku dengan lirih.

(Mauren POV)

Aku mengerti sekali ketika seorang pria menangis karena seorang wanita yang dia cintai, berarti cintanya adalah tulus dan saat ini aku sedang melihat hal itu. Aku semakin yakin jika dia bukanlah seperti apa yang diceritakan Daniel, dia sangat tulus mencintai Sharen, bahkan kini bukan hanya dia yang menangis, aku sedang menahan air mata ku karena melihat hal yang sangat menyentuh ini.

Tangisan itu tiba-tiba terhenti karena ada seseorang yang membuka pintu dengan kasar dan orang itu adalah Daniel. Aku melihat wajahnya tampak marah melihat dokter itu berada disamping Sharen, meskipun dokter itu sedang menggunakan topi, dia tetap saja dapat dikenali.

" APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN ?! ", ucap Daniel yang berjalan cepat kearah Sean.

" Daniel, hentikan. ", jawab ku sambil menghalangi Daniel.

" Kau tahukan apa yang sudah dia perbuat di belakang kakak mu ? ", tanya Daniel sambil menunjuk Sean.

" Daniel, please.", jawab ku.

Aku melihat Sean berdiri dari kursinya dan Ia memandang Daniel. Aku semakin panik karena Sean terlihat mulai emosi, wajahnya memerah dan tangannya terkepalkan. Namun, aku terkejut ketika Sean akan melangkahkan kakinya, langkahnya terhentikan dengan suara Sharen yang memanggil namanya.

" Sean.", gumam Sharen yang masih menutup matanya.

Keheningan pun terjadi diantara kami, Daniel terlihat semakin emosi karena Sharen terbangun untuk memanggil Sean, dia mendorong ku ke sofa dan menarik baju Sean. Dia mendorong Sean ke dinding rumah sakit dan menatap Sean penuh kebencian. Aku beranjak dari sofa dan mencoba sekuat tenaga untuk melerai mereka.

" Apa yang kau inginkan ?! Kau sudah kembali dengan mantan kekasih mu kan ?! ", tanya Daniel.

" Tidak! Aku tidak pernah kembali bersamanya. ", jawab Sean yang membalas tatapan Daniel.

" Pembohong! ", ucapan itu diiringi dengan pukulan yang sangat keras di wajah Sean.

" DANIEL ! ", ucap ku yang langsung melepaskan tangan Daniel dari Sean.

Kini wajah Sean sudah berdarah dan dia hanya menahan rasa sakit. Aku membawa Sean untuk keluar dari kamar dan membiarkan Daniel berada di dalam, untungnya Sean mau mengalah untuk hal ini.

Aku membawanya ke ruang tunggu di depan kamar, aku mencoba untuk membersihkan luka diwajahnya, perlahan aku menyentuh wajahnya dengan kain basah. Dia mencoba menahan rasa sakit akibat pukulan yang diberikan Daniel. Disamping sedang mengobati lukanya, aku tidak bisa mengelak jika wajahnya yang sangat dingin itu begitu mempesona, matanya masih merah karena menangis tadi, aku menyentuh bibirnya dan aku terdiam saat matanya menatap ku.

" Biar aku saja. ", ujarnya sambil meraih tangan ku.

" Uh ? ", gumam ku yang terlihat bingung.

" Nanti tangan mu kotor dengan darah ini. ", jawabnya sambil mengambil kain di tangan ku dan melanjutkan membersihkan darah di bibirnya.

Aku masih memperhatikan wajahnya yang menahan sakit, kini aku mengerti mengapa Sharen sangat mencintai pria ini, pria yang menangis sejadi-jadinya ketika melihat wanita yang juga dia cintai dalam keadaan mengkhawatirkan.

" Sean. ", ucap ku sambil tertunduk.

" Iya ? ", tanyanya.

" Apakah yang dikatakan Daniel tadi itu benar ? ", tanya ku sambil memainkan jari-jari tangan ku.

" Jessica ? ", tanyanya.

" Iya. ", jawab ku.

" Aku tidak mengerti mengapa aku bisa bertemu kembali dengannya. ", ucap Sean.

" Huh ? ", tanya ku dalam hati.

" Aku tahu kau melihat ku saat di kampus dan wanita yang kau lihat itu adalah Jessica. Aku tidak mengerti mengapa dia berada disana, meskipun dia sudah menjelaskan alasannya. Tapi, dari sekian banyak orang yang hadir, mengapa dia bisa menemui ku ? Aku tidak bisa memikirkan hal itu. ", jawab Sean.

" Sean, sebaiknya kita bicarakan ini di taman. Aku khawatir jika Daniel menemui kita. ", ujar ku. 

Still The SameWhere stories live. Discover now