Chapter 25

88 7 0
                                    

Sean membawa Mauren ke taman belakang di rumah sakit, dimana biasanya pasien, perawat dan keluarga pasien menghabiskan waktu luang mereka. Sean mencoba menjelaskan kepada Mauren tentang masa lalunya dengan Jessica, yang sebelumnya belum pernah Ia ceritakan kepada Sharen.

" Apa yang membuat mu menghindari Sharen ? ", tanya Mauren.

" Aku melihat dia memasuki mobil bersama Daniel saat selesai dari acara kelulusannya. ", jawab Sean sambil menatap lurus kedepan.

" Lalu ? ", tanya Mauren.

" Harus ku akui jika aku kesal, namun aku mencoba memaafkan. Aku rasa kau juga tahu jika kami pergi bersama untuk makan malam dan aku tidak membahas masalah itu, meskipun Sharen menganggap ku tidak datang. ", jawab Sean.

" Apa yang terjadi sampai kau tidak bisa dihubungi ? ", tanya Mauren.

" Apakah kau pernah mencintai seseorang yang belum menjadi milik mu ? Pasti sakit rasanya jika kau tergesa-gesa untuk menemuinya namun kau dapati dia sedang bersama orang lain dalam keadaan yang sangat dekat. ", jawab Sean.

" Kalian belum menyatukan hati kalian ? ", tanya Mauren sambil menatap Sean.

" Belum. ", jawab Sean sambil tertunduk.

" Apa kau juga masih mencintai, Jessica ? ", tanya Mauren dengan sangat hati-hati.

" Aku sudah berhenti mencintainya. Kami hanya berteman. ", jawab Sean.

" Sean..", ucap Mauren sambil menunjukan ponselnya kepada Sean dan membuat Sean terdiam.

Sean terkejut saat melihat ponsel Mauren dan Ia menatap Mauren. Sementara Mauren hanya memandang Sean dengan wajah yang sedih dan khawatir.

" D-dari mana kau dapatkan ini ? ", tanya Sean.

" Apakah kau benar-benar sudah berhenti mencintainya ? ", tanya Mauren sambil menggigit bibir bawahnya dan memberikan Sean tatapan kecewa.

" Tidak, Mauren, yang kau lihat tidak seperti kenyataannya. Aku mohon percayalah. ", jawab Sean sambil menyentuh tangan Mauren.

" A-aku tidak tahu, Sean. ", ucap Mauren.

" A-apa Sharen sudah mengetahui hal ini ? ", tanya Sean yang mulai terlihat panik.

" Aku harap dia tidak pernah mengetahui hal ini. ", jawab Mauren.

Sean mengembalikan ponsel Mauren, Ia menopang kepalanya dengan kedua tangannya dan kini Ia berada ditingkat terberat dalam hidupnya. Ia tidak membayangkan setelah kehilangan pekerjaannya kini dia harus bersiap jika kehilangan wanita yang Ia cintai. Mauren memperhatikan Sean yang sedang menundukan kepala, Ia melihat bahu Sean bergerak dengan sangat cepat dan Ia mendengar ada tangisan.

" Sean. ", ucap Mauren.

" A-aku tidak seperti itu, Mauren. ", kata Sean sambil menutup wajahnya dengan tangannya.

" A-aku..", gumam Mauren yang mencoba untuk menyentuh bahu Sean.

" Aku tidak pernah menyentuhnya, aku benar-benar sudah berhenti mencintainya. ", ucap Sean sambil menatap Mauren sekejap dan tertunduk kembali.

Mauren kembali melihat air mata yang tulus itu membasahi wajah Sean, kini Ia sangat ingin untuk menghapus air mata itu dan membiarkan Sean kembali tersenyum. Namun, tiba-tiba saja Sean membuka matanya bulat-bulat dan Ia menatap Mauren.

" Daniel ! ", ucap Sean sambil berlari meninggalkan Mauren.

" Sean, tunggu. ", kata Mauren yang ikut mengejar Sean.

Sean berlari menuju kamar rawat Sharen, Ia khawatir jika Daniel menceritakan semuanya kepada Sharen. Sean berlari sekuat tenaga disepanjang lorong rumah sakit, Mauren nampak kelelahan saat mengejar Sean dan Ia merasa tidak sanggup untuk meneruskan larinya. Sean membuka pintu kamar rawat dan Ia terdiam saat melihat Sharen sudah sadarkan diri.

" Sharen.", gumam Sean.

Sean mendapatkan tatapan yang begitu dingin dari Sharen, Sean melihat mata Sharen sudah berkaca-kaca dan Ia bisa mengetahui jika Sharen sedang menahan tangis. Sementara Ia melihat tangan Daniel sedang menggenggam tangan Sharen, pikirannya semakin tak menentu, Ia merasa jika Sharen sudah mengetahui semuanya. Ketika Sean melangkahkan kakinya untuk mendekati Sharen, langkahnya terhenti karena Ia melihat air mata Sharen kini sudah lepas dari matanya.

" Why ? ", tanya Sharen lirih sambil menatap Sean.

" Sharen.", ucap Sean.

Keduanya kini hanya saling menatap dengan jarak yang ada. Mauren melihat Sean berdiri terdiam menatap Sharen, Ia juga melihat ke arah Daniel yang sedang menggenggam tangan Sharen. Ia merasa jika Sean terlambat untuk mencegah Daniel memberitahu Sharen tentang dirinya dan Jessica. Ruangan pun penuh keheningan dan perlahan Mauren mendekati Sean.

" Sebaiknya kau bawa dia pergi. ", ujar Daniel sambil menatap Mauren.

" Mengapa aku harus melakukan itu ? ", tanya Mauren.

" Dia hanya membuat kesehatan kakak mu semakin berkurang. ", jawab Daniel.

" Sean..", gumam Mauren sambil melihat Sean yang sudah tertunduk dihadapan Sharen.

Mauren meraih lengan Sean dan Ia terkejut saat mendapati lengan Sean sangat lemas. Sementara kini Sharen menangis di dalam pelukan Daniel dan Daniel mencoba untuk menenangkan Sharen dengan caranya. Perlahan Mauren membawa Sean keluar dari kamar rawat dan Sean berjalan mengikuti Mauren. Ia menuntun Sean sampai keluar rumah sakit karena tubuh Sean sangat lemas dan Ia mulai khawatir jika sesuatu terjadi pada Sean.

" Aku akan mengantar mu pulang. ", ucap Mauren.

" Tidak perlu. Sebaiknya kau menjaga kakak mu. ", jawab Sean yang masih tertunduk.

" Tapi keadaanmu...", ucap Mauren.

" A-aku baik-baik saja. ", jawab Sean.

Still The SameWhere stories live. Discover now