Chapter 2

320 18 0
                                    

Aku tidak mengerti apa yang sudah terjadi padaku hari ini, kepala ku terasa berat dan sangat pusing. Setiap kali aku mencoba untuk mengingat kejadian hari ini, aku merasa begitu sakit. Aku hanya bisa berbaring dan memperhatikan ruangan yang serba putih ini dan memandangi tangan ku yang terpasangkan jarum infus.

" Pria itu ? ", gumam ku saat tak sengaja melihat seorang pria beranjak pergi saat aku mendapatinya sedang memperhatikan ku dari luar ruangan.

" Aku sangat yakin jika aku mengenalnya. ", sambung ku.

*Flashback*

Pagi itu aku sedang berjalan menuju stasiun, kali ini aku akan membeli peralatan melukisku. Aku melihat ada seorang pria yang mengenakan pakaian sangat rapi dan dia sedang membaca sebuah buku. Aku duduk tidak jauh dari pria itu, aku memainkan ponselku untuk mengurangi kejenuhan saat menunggu kereta datang.

Tak berapa lama, ada kereta yang datang dan pandangan ku tak sengaja melihat kembali ke arah pria tersebut. Dia beranjak meninggalkan kursinya, namun dia seolah tak sadar bahwa jaketnya tertinggal. Aku pun bergegas berlari mengambil jaketnya dan mengejar pria itu.

"Tunggu..", ucap ku yang sempat terdiam memperhatikan wajahnya yang begitu tampan.

" Ada apa ? ", suaranya yang begitu tenang membuat ku hampir melupakan jaket yang sudah berada di tanganku.

" Uhm, ini milikmu. ", jawab ku sambil mengembalikan jaketnya.

Wajah kebingungannya sangat lucu dan membuat ku menahan tawa. Dia mengambil jaket miliknya dan mengucapkan terimakasih. Namun, karena terburu-buru, dia bergegas meninggalkan ku dan masuk ke kereta yang sudah hampir berangkat itu.

*Flashback End*  

DOME Station,

Keesokan harinya, Sean tidak ada jadwal untuk ke rumah sakit, Ia menghabiskan waktunya untuk membeli beberapa buku yang bertemakan motivasi. Baginya, hanya buku-buku yang Ia bacalah yang dapat membantunya untuk melangkah lebih berani menghadapi masalah yang datang tiba-tiba.

Selama di perjalanan, Sean menikmati suasana di kereta yang begitu tenang. Ia memperhatikan anak kecil yang berada di depannya sedang bermain. Seolah mengajak untuk berinteraksi, Sean membuat anak kecil itu tersenyum. Tetapi, hal tersebut sedikit terhalang oleh masinis yang berjalan di gerbong tersebut. Berpostur yang gagah dan tatapan yang begitu serius, masinis ini melewati Sean. Hal tersebut dibalas dengan sikap dingin yang dimiliki Sean, Ia sama sekali tidak mempedulikan masinis itu dan tetap berinteraksi dengan anak kecil di depannya.

Colombus International Hospital,

Di sisi lain, Sharen belum terbangun dari mimpinya, Ia masih membutuhkan istirahat yang lebih. Sementara itu Lucas Claire harus meninggalkan putrinya itu karena harus menghadiri rapat besar bersama para Investor di perusahaannya. Sebelum Ia pergi, Ia meminta agar perawat menjaga Sharen dan memenuhi kebutuhan Sharen selama Ia meninggalkannya.

Hari beranjak siang, jam menunjukan pukul 11 waktu setempat. Sharen baru saja membuka matanya dan Ia melihat tidak ada seorang pun di sekelilingnya. Matanya sesekali tertutup dan Ia berusaha untuk bersandar. Tetapi, karena kondisi yang belum memungkinkan, Ia selalu gagal untuk bersandar atau sekedar mengangkat kepalanya.

Akhirnya, Sharen menekan alat untuk memanggil perawat yang diletakan di samping tempat tidurnya.

" Ada yang bisa kami bantu, Nona ? ", tanya perawat sambil melangkahkan kaki ke kamar Sharen.

" Bisakah kau membantuku untuk bersandar ? Aku sangat pusing jika harus berbaring terus menerus. Lagi pula, aku ingin makan.", pinta Sharen kepada perawat itu.

Perawat itu tersenyum dan Ia membantu Sharen untuk bersandar secara perlahan. Sulit untuk Sharen karena Ia menahan rasa nyeri di kepalanya, tetapi Ia mencoba melawan rasa sakit itu dan berhasil bersandar walaupun memakan waktu yang cukup lama.

(Sharen POV)

Aku benar-benar merasa jenuh dengan suasana di rumah sakit, aku hanya bisa menyaksikan acara di televisi. Tatapan ku yang kosong ini dibuyarkan oleh suara pintu ruangan yang terbuka. Aku berharap jika itu adalah ayahku agar aku bisa meminta kepadanya untuk kembali ke rumah. Namun, langkah kaki yang sangat yakin itu ternyata bukan milik ayahku dan aku pun hanya bisa terdiam melihat dirinya.

" Cepat sekali perkembangan mu, bahkan kau sudah bisa menyaksikan acara di televisi. ", ucap pria itu sambil tersenyum kecil.

" Kau ... ", gumam ku sambil mencoba kembali meyakinkan ingatan ku.

" Terimakasih sudah mengembalikan jaket ku. Ini adalah jaket kesayangan ku. ", ucap pria itu dan aku semakin yakin akan ingatan ku tentang pria ini.

Aku hanya menundukan kepala ku dan memalingkan wajah ku ke arah jendela yang ada di ruangan tempat aku dirawat. Aku memperhatikan burung-burung kecil yang ada di luar jendela dan menghelakan nafas.

" Aku tidak ingin berada disini. ", ucap ku.

Tidak ada satu kata pun yang terdengar dari pria itu yang aku dengar hanya suara kursi yang berpindah tempat. Perlahan pandangan ku mengarah kepada jarum infus yang ada di tanganku.

" Bisakah aku kembali menjalani aktivitas ku ? Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika aku hanya berada disini. Ini sangat menyiksa. ", ucap ku seolah ingin pria ini menjawab setiap perkataan ku.

" Aktivitas apa yang biasanya kau lakukan ? ", tanyanya dengan suara yang sangat tenang itu.

" Aku senang sekali bermain dengan anak-anak, terkadang aku berkeliling kota dengan kereta api jika jadwal kuliah ku kosong. ", jawab ku sambil tersenyum kecil.

" Kemana kau akan pergi setelah kau kembalikan jaket ku ? ", tanyanya.

" Aku pergi ke sebuah toko buku. ", jawab ku yang perlahan memberanikan diri untuk melihat wajahnya.

" Toko buku ? ", ku dengar suara gumamannya.

" Aku senang melukis dan aku selalu melatihnya disetiap buku gambar yang aku beli. ", jawab ku.

(Sharen POV end)

(Sean POV)

Wajahnya begitu menenangkan, suaranya mampu membuatku duduk diam untuk mendengarkan setiap perkataanya. Mungkin aku sudah gila bisa membayangkan pasien ku sendiri dan mulai memberi penilaian padanya. Aku tidak memiliki jadwal di rumah sakit hari ini, namun aku menyempatkan diri untuk sekedar menjenguknya. Untuk mengurangi kecurigaan perawat yang bertugas, aku pun tidak berlama-lama berada disana. Aku putuskan untuk kembai ke apartment ku.

Hari sudah menjelang malam saat aku tiba di apartment ku yang sudah cukup lama akutempati. Aku meletakan barang bawaanku dan sejenak menyandarkan tubuhku disofa. Ku pejamkan kedua mata ini dan ku lepaskan semua rasa lelah ku sehari ini.    

Still The SameWhere stories live. Discover now