Chapter 28

80 7 0
                                    

Square Garden Residence

Aku membuka pintu rumah yang akan menjadi teman ku selama disini atau mungkin aku akan selamanya disini. Aku melihat isi rumah yang seolah sudah dipersiapkan sejak lama, aku melangkahkan kaki ku menuju ruang tamu dan duduk di sofa. Hari yang sangat melelahkan, ku biarkan tubuh yang sangat lelah ini beristirahat sejenak sebelum beraktivitas lagi.

" Maaf jika aku mengganggu mu. "

" Bagaimana bisa ? "

" Aku ingin meminta maaf. "

Bayangnya kembali muncul dan membuat hati ku lirih. Aku menyesali jika perpisahan kami harus terjadi karena seseorang merencanakanya. Aku bahkan tidak menyadari jika Jessica juga terlibat dalam perpisahan kami, aku semakin tidak mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya.

" Kau yang membuat ku gila. "

" Kau jauh membuat ku gila, Sean. Kau membuat ku tetap merindukan mu bahkan..."

" Apa ? "

" A-aku masih mencintai mu sampai saat ini. "

Aku membuka mata ku dan mengusap wajah ku. Aku merasa kembali gila karena dua wanita itu, aku seolah meyakinkan hati ku jika aku tidak ingin membuka hati ku pada siapapun termasuk mereka berdua. Aku meraih koper ku dan membawanya ke kamar.

Keesokan Harinya...

Sungguh, aku sangat tidak menyukai sinar matahari yang masuk begitu saja ke kamar ku tanpa mengucapkan salam. Aku terpaksa mengakhiri tidur ku dan bersiap untuk hari pertama ku di rumah sakit. Langkah kaki ku berjalan menuju pintu rumah, ketika aku membukanya, aku mendapati dua orang pria sudah menunggu ku di luar rumah. Perlahan aku menghampiri mereka dan mereka secara langsung memberikan salam pada ku.

" Selamat pagi, tuan. ", ucap salah satu pria itu.

" Kami diminta oleh tuan Lucas untuk mengantar mobil pribadi yang bisa anda gunakan selama disini. ", ucap pria yang lainnya.

" Oh, oke. Terimakasih. ", jawab ku.

Mereka memberikan kunci mobil kepada ku, lalu pergi meninggalkan ku. Aku bergegas masuk ke mobil dan berangkat menuju rumah sakit dengan bantuan peta di ponsel ku.

(Sharen POV)

Saint Peter Hospital,

Aku terbangun dari tidur ku dan masih mendapati adik ku belum sadarkan diri. Aku selalu berdoa agar Tuhan menyembuhkan adik ku yang sudah seminggu ini tidak sadarkan diri. Dokter dan perawat terus bergantian melihat keadaan Mauren, tapi mereka tetap memberikan jawaban yang sama bahwa ini semua sebab dari kecelakaan hebat yang Mauren alami.

" Sadarkah dengan siapa kau berbicara saat ini ? "

" Mauren Claire. "

" Sharen please don't lie. Aku bukan anak kecil lagi. "

Aku masih mengingat saat dia akan kembali ke New York untuk bekerja, aku bisa merasakan ada kekhawatiran di wajahnya ketika akan meninggalkan rumah.

" Aku akan kembali ke New York. "

" Baiklah."

" Apa kau akan baik-baik saja ? "

" Tentu saja. "

" Aku akan merindukan mu."

" Benarkah ? "

" Tentu saja, stupid sister."

" Hei! "

" Maafkan aku. "

Pelukannya malaikat kecil ku itu masih sama seperti disaat kami belum tumbuh menjadi wanita yang seperti ini. Aku tidak berhenti menyentuh wajahnya, sesekali aku merapikan rambutnya dan berharap agar dia membuka matanya.

" Selamat pagi, nona Sharen. ", ucap perawat yang tiba-tiba masuk ke kamar Mauren.

" Selamat pagi. ", jawab ku sambil tersenyum.

" Dokter ingin bertemu dengan anda. ", ucap perawat itu.

" Uh, baiklah. ", jawab ku.

Aku pun mengikuti perawat itu menuju ruang dokter yang selama ini menangani Mauren. Mulai muncul perasaan tak menentu dihati ku, kekhawatiran kini menyelimuti diri ku, aku tidak ingin jika sesuatu yang buruk akan disampaikan hari ini.

" Selamat pagi, dokter. ", ucap ku saat masuk ke ruangan dokter itu.

" Hallo. ", jawab dokter itu.

" Bagimana keadaan adik ku ? ", tanya ku cemas.

" Percayalah kepada kami dan berterimakasih lah kepada Tuhan jika hari ini adik mu bisa sadarkan diri. ", jawab dokter itu sambil tersenyum.

" A-apa maksud mu ? ", tanya ku heran.

" Kemungkinan besar adik mu akan sadarkan diri hari ini karena dokter yang akan menangani masalah ini sudah tiba. ", jawab dokter itu.

" Benarkah ? ", tanya ku terkejut.

" Tentu saja dan adik mu kini menjadi tanggung jawab dokter itu. Kau bisa menanyakan perkembangannya pada dokter itu langsung. ", jawab dokter itu.

Aku sangat senang dan aku berterimakasih kepada dokter yang selama ini sudah merawat Mauren. Entah mengapa aku merasa jika Tuhan mendengar doa ku selama ini dan aku pun perlahan meninggalkan ruangan dokter itu.

Aku berjalan menuju kamar rawat Mauren dengan membawa makanan untuk sarapan. Aku tak berhenti tersenyum saat mendengar kabar bahwa adik ku akan kembali sadarkan diri bahkan hari ini. Aku membuka pintu kamar rawat dan aku menutupnya perlahan. Namun, langkah kaki ku terhenti dan mata ku terbuka lebar saat aku melihat seorang dokter sedang berdiri menghadap Mauren. Aku melihat dokter itu sedang berbicara dengan Mauren yang dari tadi masih jelas ku ingat belum sadarkan diri.

Perlahan aku melangkahkan kaki ku mendekati mereka dan kini jantung ku semakin berdetak tak menentu saat ku dapati dokter itu adalah dokter yang selama ini pernah merawat ku.

" Sean. ", gumam ku.

Still The SameWhere stories live. Discover now