.
.
.Entah sudah berapa kali Naruto mencoba menghubungi Sasuke dalam seminggu ini. Lelaki itu benar-benar tidak menunjukkan tanda-tanda keberadaannya. Seolah Sasuke menghindarinya, menjauhinya, meninggalkannya dari masalah yang sedikit runyam dari hubungan permainan mereka.
Kalau dipikir-pikir setelah kejadian acara pesta pernikahan dari keluarga Sasuke yang mereka hadiri, seharusnya yang patut melayangkan kekesalan dan amarahnya itu dirinya. Bukan Sasuke. Kenapa malah sekarang Sasuke yang menghindarinya. Pria kasar nan arogan itu memang benar-benar membuat Naruto tidak habis pikir.
"Huafht...!" Naruto kembali menghela nafasnya berat. Sambil sesekali melirik kaca ponsel genggamnya, mungkin saja ada sedikit keajaiban Sasuke menghubunginya. Sejujurnya, saat ini Naruto sedang dalam masalah pelik. Tiba-tiba saja kakeknya, Jiraiya meminta untuk mengundang Sasuke makan malam kerumah mereka. Bagaimana Naruto menjelaskan, bahwa seminggu ini. Bukan, -bukan seminggu ini, tapi sudah hampir dua minggu Sasuke maupun Naruto tidak saling berkomunikasi satu sama lain.
Kembali Naruto menghela nafasnya. Menghantuk-hantukkan kepalanya dimeja kerjanya. Ia harus menemukan ide yang berlian untuk meyakinkan kakeknya kali ini. Namun apa. Oh Kami-sama!!! Tolong aku!! Jeritnya dalam hati.
-Tut Tut Tut.
Ponsel Naruto bergetar. Dengan buru-buru Naruto mengambil ponselnya dan melihat siapa yang sedang menghubunginya saat ini. Nomor baru? Naruto bingung sendiri untuk mengangkatnya atau mengabaikannya. Benaknya pun kembali menjadi dilema, mungkin saja itu nomor Sasuke. Mungkin Sasuke yang saat ini sedang menghubunginya. Naruto memang agak sedikit sensitif jika nomor yang tidak diketahuinya menghubunginya.
Dengan keberanian, Naruto mencoba mengangkat sambungan telephone tersebut.
"Hallo! Naruto-chan? Kau disana?" Suara berat dari seorang pria membuat Naruto berfikir keras siapa yang saat ini sedang menghubunginya?
"Ini aku, Gaara? Apa kau ada waktu siang ini?" Naruto menghela nafasnya kembali, membungkukkan badannya hingga melemas. Ia fikir siapa.
"Naru-chan, kau mendengarkan ku kan?" Kembali Gaara bertanya dari sambungan telephone tersebut.
Naruto agak sedikit canggung untuk menjawabnya, "Ya. Aku mendengarkanmu-. Ada yang bisa ku bantu?" Tanyanya kemudian.
Dari seberang sambungan tersebut, Gaara tersenyum tipis. "Apa kau sibuk siang ini?"
Naruto berfikir sejenak, apa yang harus ia katakan. Sebenarnya dia tidak ingin kemana-mana saat ini. Namun dilain sisi, Naruto wanita yang sangat lembut. Ia tidak tegaan jika menolak ajakan dari orang yang dikenalinya. Apa lagi dari Gaara, pria yang pernah mengisi relung hatinya.
"Tidak. Ada apa?"
"Baguslah! Sepuluh menit lagi aku akan menjemputmu, temani aku untuk menikmati makan siangku. Ok? Tidak ada penolakan!" Perintah Gaara dengan nada yang sedikit tegas.
Naruto kembali berfikir, "Hmm. Baiklah. Aku akan menunggumu." Putusnya kemudian. Selanjutnya hubungan sambungan telephone tersebut terputus setelah Gaara mengucapkan kata-kata hangat pada Naruto.
.
.
.
.Disinilah mereka berdua berada saat ini. Ditempat biasa, sebuah cafe yang menjadikan tempat terfavorit mereka selama menjalin hubungan rahasia. Gaara sesekali tersenyum melirik Naruto yang masih tetap sama, gadis kecil pemalu yang beranjak menjadi wanita dewasa dan semakin cantik.
Gaara berdeham, untuk menghilangkan rasa kencanggungan mereka. Dehamannya pun menyadarkan Naruto, sontak membuat Naruto melirik Gaara dengan wajah yang amat teramat polos. Membuat Gaara mengacak poni Naruto dengan lembut dan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue & Moon
FanfictionSedikit mainstream. Tapi begitulah kehidupan. Tidak pernah luput dari segala aturan "Keluarga". Aturan tersebut terkadang dapat diterima dan terkadang tidak. Seperti sekarang, suatu PERJODOHAN yang terdengar lucu. Harus dituruti oleh kedua belah...