.
.
.Sudah seminggu berlalu, sejak kejadian pertemuan kedua antara Sasuke dan Naruto. Dan selama seminggu pula, kehidupan Naruto kembali tenang. Pascanya, selama seminggu ini ia tinggal di apartemen Kyuubi untuk menghindari diri dari perjodohan gila keingan kakeknya, Namikaze Jiraiya. Ponselnya selama seminggu ini dimatikannya, hingga tidak ada satu orang pun yang berhasil mengusik kehidupannya. Naruto sangat menyukai ketenangan dan kedamaian ini.
Hari ini seperti biasanya, ia melakukan pekerjaannya sebagai dokter bedah muda yang sangat berkualitas dan berkompeten. Sudah berapa banyak pasien yang ia tangani sebagai kepala pemimpin. Operasinya selalu berhasil, hingga ia mendapatkan banyak pujian dari beberapa teman sepekerjanya. Kepintarannya seolah sudah mendarah daging turunan dari neneknya, Senju Tsunade. Begitu pula dengan Kurama, dokter jantung yang sangat terkenal seotero Jepang.
Terlalu banyak pujian terhadap keluarganya, Namikaze dan Senju. Membuat dirinya tidak pernah tinggi hati sedikitpun. Bawasannya, kakeknya adalah pemilik perusahaan terkenal, Namikaze group yang saat ini sudah di ambil alih kepemimpinannya oleh Kyuubi, yang mengikuti jejak sang kakek dan almarhum ayahnya. Sedangkan ia dan kakaknya Kurama, mengikuti jejak sang nenek dan almarhum ibunya sebagai seorang dokter terkenal.
Setelah melakukan operasinya, salah satu asisten perawatnya datang mendekatinya dengan wajah kepanikan yang cukup jelas terlihat dikedua mata birunya. Membuat Naruto mengerutkan keningnya, tidak mengerti sama sekali.
"Namikaze-san, kakek anda-kakek anda Jiraiya-sama-" suara nafas yang masih belum teratur akibat aksi larian si perawat membuat Naruto semakin mengernyitkan keningnya tidak mengerti. Membuat Naruto memutuskan untuk memegang kedua bahu perawatnya dengan kedua tangannya, menenangkan si perawat muda tersebut.
"Tenanglah. Apa yang terjadi? Kenapa dengan kakekku?" Tanya Naruto beruntun. Membuat perawat muda tersebut menelan air ludahnya, sambil membuang nafas pelan-pelan memperbaiki nafasnya agar ia bisa kembali berbicara cukup jelas pada Naruto.
"Namikaze-sama saat ini sudah berada diruang rawat inapnya. Kamar nomor 203 bagian jantung. Pagi tadi, kakek anda tiba-tiba mendapatkan serang jantung mendadak-" belum selesai perawat muda tersebut menjelaskan pada Naruto, Naruto sudah melesatkan tubuhnya berlari dengan tergesa-gesa sambil merapalkan doa dan menyebut-nyebut ruangan kakeknya berada saat ini.
.
.
.Naruto mendobrak ruangan kakeknya. Jiraiya saat ini sudah terbaring lemah dengan semua alat penunjang kehidupan tertempelkan pada tubuhnya. Naruto histeris, menangis sejadi-jadinya sambil memeluk Jiraiya seerat mungkin.
"Kakek! Apa yang terjadi padamu! Sadarlah kek! Maafkan aku. Sekarang aku sudah disini! Kumohon sadarlah kek!" Jeritnya dengan suara kepiluan.
Kurama, Kyuubi dan Tsunade yang menyaksikan kejadian tersebut hanya bisa menunduk dan membiarkan Naruto melepaskan semua perasaannya akan keadaan Jiraiya saat ini.
Tsunade datang mendekati Naruto, memegang kedua bahu Naruto kemudian mengelusnya lembut. "Tenanglah. Kakekmu sudah membaik sekarang." Suara lirih Tsunade membuat Naruto melirik sekilas Tsunade yang berada dibelakangnya, "Kakekmu sudah siuman. Dan saat ini ia sedang tertidur." Jelas Tsunade lagi, membuat Naruto melepaskan pelukannya dari Jiraiya berubah haluan dengan memeluk Tsunade. Kurama dan Kyuubi yang melihat kejadian tersebut merasa bersalah, karena akibat ulah mereka berdualah Jiraiya menjadi seperti ini. Karena ulah mereka mengangsingkan dan menjauhkan Naruto dari Jiraiya, kakeknya menjadi seperti ini. Mereka berdua sangat menyesal, ditambah lagi melihat Naruto adik kesayangan mereka terlihat amat menyedihkan dimata mereka berdua.
.
.
."Beristirahatlah Naruto. Nenek akan menemani kakekmu disini. Kalian bertiga pulanglah." Perintah Tsunade pada ketiga cucunya. Naruto melirik Kuruma dan Kyuubi yang saat ini saling pandang memandang, seolah ia dapat menyimpulkan apakah mereka harus pulang atau tidak? Secara langsung, Naruto menggelengkan kepalanya masih berdiam diri duduk disamping tempat tidur Jiraiya. "Aku akan pergi setelah kakek bangun, dan melihatku." Suara penuh ketegasan yang terlontar dari mulut Naruto membuat Tsunade mendesah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue & Moon
FanficSedikit mainstream. Tapi begitulah kehidupan. Tidak pernah luput dari segala aturan "Keluarga". Aturan tersebut terkadang dapat diterima dan terkadang tidak. Seperti sekarang, suatu PERJODOHAN yang terdengar lucu. Harus dituruti oleh kedua belah...