chapter 17

1.2K 53 6
                                    

Flashback 318 tahun yang lalu..


Disebuah hutan yang dipenuhi oleh pohon pohon maple, terdapat beberapa anak kecil berusia 4 tahun yang sedang bermain disana. Terdapat seorang anak laki laki berambut ungu sedang duduk diatas dahan pohon yang roboh sambil memainkan sebuah rubik ditangannya. Sementara ketujuh teman kembarnya sedang bermain kejar kejaran di sekitarnya.

"Paizooo!!! Ayo mainn... kita main dulu. Kau cedang apa sih?" tanya seorang temannya yang melihatnya memainkan rubik ditangannya.

"Oh? Aku cedaang bermain lubik pembelian kak Elly. Kau mau mencobanya tak?" tanya anak berambut ungu yang sebenarnya adalah Kaizo.

"Mau mau!! Tapi... aku tak tau cala memainkannya. Kau halus mengajali aku main lubik walna walni itu Paizo..." seru anak itu semangat.

"Iya, Hali. Jom kita aja kembalanmu yang lain. Kau tunggu dicini ya, aku mau panggil meleka dulu." ucap Kaizo kecil lalu berlari meninggalkan Halilintar kecil  yang duduk di dahan itu sambil melirik lirik antusias rubik milik Kaizo.

"UPAN! EMPA! ALEZ! ICE! THOLN! SOLAL!!" panggilnya dengan nada cadel miliknya.

Merasa namanya terpanggil, keenam anak kembar tersebut pun berhenti berlari dan menengok kearah Kaizo yang sedang berlari kearah mereka.

"Kenapa Paizo?" tanya Thorn kecil dengan polos.

"Aku mau ajak kalian main lubik baleng Hali. Kalian mau gak?" tanyanya.

"hem? Lubik? Cepeltinya selu!! Ayo kita MAIN LUBIK!!" pekik Blaze senang lalu berlari mengejar kembarannya dan sahabatnya itu.

"Jom kita main cekalang. Aku akan memulainya tellebih dahulu. Kalian tengok ye..." ucap Kaizo lalu mulai menyusun rubik sesuai warnanya itu. 5 menit kemudian ia pun selesai menyusunnya dan memperlihatkannya pada sahabat kembarnya itu.

"Wahh... fuyoo... kau hebat cangat lah Paizooo!!!" sorak Taufan senang.

"Hehehe.. Aku kan anak pintal!" ucap Kaizo menyombongkan dirinya membuat Gempa dan yang lainnya tertawa. Sedangkan Ice sudah meringkuk nyaman diatas pohon sambil bermain dialam mimpi.

"Heleh, aku juga bica tau mainnya. Cini coba aku pinjam lubiknya, Paizo." kata Halilintar meminjam rubik milik Kaizo yang langsung diberikan oleh pemiliknya.

"Memangnya bica kak Hali? Kak Hali kan belum pelnah mainin lubik kayak punya Paizo..." tutur Gempa kalem, Thorn yang disebelahnya pun menganggukkan kepalanya setuju.

"Aku bica kok. Kalian liat ya..."

Setelah lebih dari 10 menit berusaha, Halilintar pun akhirnya bisa memainkan rubik itu dengan benar.

"Huwaaaa... Kak Hali pintal banget. Nanti ajalin kita yaaa??? Paizo juga halus ngajalin kita ya ya ya ya???" pinta Taufan, Blaze dan Solar bersamaan dengan senyuman lebar diwajah mereka.

Kaizo dan Halilintar pun saling menoleh. Lalu menganggukkan kepala tanda mereka setuju.

"Oke nanti kakak dan Paizo ajalin kalian." jawab Halilintar membuat mereka semua tersenyum.

Mereka pun kembali bermain rubik sambil sesekali Kaizo dan Halilintar mengajari keenam anak kembar itu bermain rubik.

*******

10 tahun kemudian

"KAIZOOOOO!! Sudah kubilang berapa kali, jangan pernah memakai panahku tanpa izin?!" marah seorang pemuda bertopi hitam merah berlambang petir.

You're MinE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang