Enam Belas

3.8K 222 0
                                    

Seminggu kemudian

Tisya dan keluarganya sedang berada diruang keluarga. Kakak Tisya sudah kembali dari rumah sakit,dan Zet papa mereka sedang ingin menyampaikan sesuatu yang penting.

"Adrian.. Tisya.. Mulai minggu depan kalian pindah ke rumah oma opa ya." ucap Zet.

"Hah? Kenapa pa?" ucap mereka berdua kaget.

"Hmm.. Perusahaan papa beberapa bulan ini sedang ada masalah. Papa takut nanti terjadi apa-apa dengan kalian. Apalagi kalau teman-teman kalian tahu pasti mereka akan mengejek kalian."

"Apa papa akan bangkrut?" tanya Adrian pelan.

"Belum sayang, tapi papa kalian akan berusaha semampunya supaya cepat kembali normal seperti dulu." jawab Berly.

"Apa karena membiayai pengobatan Adrian keuangan kita jadi seperti ini?" adrian semakin tak enak. Wajahnya pucat.

"Bukan Adrian. Kamu gak boleh bilang seperti itu. Perusahaan jatuh dan naik itu sudah biasa dalam bisnis. Dan mungkin saatnya kita jatuh."

"Sebelum jatuh kita harus berpegangan pa. Kita harus berusaha semaksimal mungkin bertahan agar tak jatuh."ucap Tisya.

"Makasih sayang. Tapi kalau memang sudah waktunya jatuh kita harus mengikhlaskan." ucap mamanya pelan.

"Tidak apa-apa jatuh,kita tinggal bangkit lagi." ucap Tisya mantap.

"Caranya?"tanya Adrian.

"Hmmm.. Caranya .. Hmm.. Gimana kalau Tisya bantuin papa di kantor."

"Jangan pa, dia bakal bantuin papa. Itu cuma alasan dia supaya bisa hmmmhmmmhmm" Adrian tak bisa melanjutkan kalimatnyam kerena Tisya langsung membungkam mulut kakaknya dengan tangannya.

"Tisya.. Beneran kok bisa bantuin papa. Kan papa tau sendiri nilai akuntasi Tisya tinggi. "

"Bisnis gak cuman akuntasi saja Tisya, lagian kalian fokus saja sekolah dan main. Masa remaja kalian jangan disia-sia kan karena tidak akan terulang lagi."

Mendengar ucapan papanya Adrian dan Tisya hanya bisa mengangguk pasrah. Apa yang dikatakan papa mamanya memang benar.

"Papa jual aja mobil Tisya. Aku gak apa-apa kok. Kan bisa bareng kak Adrian kesekolahnya."

"Tidak usah sayang. Apa yang sudah papa berikan pada kamu adalah milik kamu. Papa gak mau mengambil hak kamu. Biar papa yang memikirkan jalan keluarnya."

Berly menggenggam tangan suaminya. Zet tersenyum disaat seperti ini memang keluarga lah yang obat penenang terbaik.

Tisya pun memeluk papanya di ikuti Adrian dan Berly.

Dalam benak Tisya dia harus melakukan sesuarmtu demi keluarganya.

'Tuhan, kenapa masalah sekarang datang bersamaan. Disaat di menemukan kebahagiaannya di luar sana.'

Tbc

Letisya (Completed 7)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang