Sembilan Belas

4.3K 230 7
                                    

Semua orang tertawa melihat ke arah Frans. Pria itu bingung kenapa setiap orang bertingkah aneh.

Cowok itu berjalan sambil membawa dua ice cream di kedua tangannya.

Sedangkan Tisya asyik duduk sambil memandang ke arah anak kecil yang sedang bermain di playground.

"Nih." ucap Frans sambil menyerahkan satu cone ice cream coklat strawberry milik Tisya.

"Gomawo oppa."

Frans menyengitkan dahi sambil duduk dusebelahnya.

"Bukannya bahasa koreanya terima kasih kamsahamida?"

"Loh oppa kok tahu? Cie oppa sekarang ikut-ikutan suka korea"

"Gak lah. Itu biasa Tisya, di iklan-iklan juga banyak."

"Oooh.. Gitu..." Tisya menjilati ice cream itu.

Frans pun mau tak mau harus memakan ice cream nya sebelum menetes. Sebenarnya dia tidak mau, tapi bukan Tisya kalau gak bisa memaksa seseorang menuruti semua kemauannya.

"Gimana? Enak gak oppa?"

"Hmmm.. Sebenarnya saya gak suka susu." terang Frans.

"Ini bukan susu oppa, ini ice cream."

"Iya tapi bahan dasarnya kan susu. Sama saja."

"Gak sama lah oppa. Kalau ini kan sudah dicampur sama coklat atau strawberry sama gula juga terus sama apa lagi ya..."

"Tetap saja sama Tisya."

"Gak sama."

"Di iyain aja deh. Asal kamu seneng."

"Cie oppa sekarang pengen aku swnwng terus ya."

"Iya. Kalau kamu sedih malah saya yang susah." sindir Frans.

Tisya tertawa kecil. Dia suka sekali memandang wajah pria itu. Apalagi ketika raut mukanya kesal atau menahan amarahnya. Lucu sekali. Tisya merasa gemas ingin sekali mencubit pipi Frans hingga merah. Tapi dia tahu itu tidak sopan.

"Tempat ini dulu pertama kalinya aku ketemu seorang cowok oppa."

Frans langsung menoleh.

"Waktu aku kecil. Waktu baru pindah dari luar negeri aku main di playground ini. Waktu itu aku ketemu cowok yang tampan banget oppa. Aku pikir dia itu pangeran."

Frans hanya diam sambil mendengarkan Tisya mengoceh. Tapi entah mengapa dia merasa tak enak. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya ingin marah. Tapi dia tak tahu itu apa.

"Dia lebih tua dari aku oppa. Waktu itu aku umur 6 tahun dan aku setinggi dadanya oppa. Aku gak tahu dia umur berapa. Waktu itu ya oppa. Mukanya terlihat sedih. Aku yakin pasti dia habis nangis. Terus aku kasih aja sapu tanganku. Eh dia terima oppa. Terus dia cerita kalau mamanya barusan bunuh diri. Kasian kan oppa."

Frans terdiam entah mengapa dia merasa mengingat sesuatu.

"Waktu kecil aku gak tahu bunuh diri itu apa. Ya udah aku lari kepenjual ice cream dan aku beliin dia ice cream tapi saat aku balik dia udah gak ada. Padahal aku ingin ketemu dengan dia."

"Jadi dia cinta pertama kamu?" goda Frans.

Tisya menggelengkan kepalanya.

"Bukan. Cinta pertamaku kan oppa."

Frans hanya tersenyum kecil dan memakan lagi ice cream coklatnya itu. Huuh rasanya giginya ngilu sekali.

Dia selalu menghindari makan atau minum yang dingin-dingin karena gigi yang sensitiv ini. Dia sengaja tak memberi tahu Tisya, meskipun dia memberitahukannya pasti ada saja yang di minta gadis itu.

Letisya (Completed 7)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang