Dua Puluh Enam

3.9K 245 3
                                    

Macet. Siapa yang tak benci dengan kemacetan apalgi disaat ad urusan penting.

Panik,, emosi , tak sabaran menjadi satu. Itu lah yang dirasakan oleh Frans. Mobilnya terhimpit oleh ratusan kendaraan lainnya.

Dia mencoba memutar mp3 untuk membunuh kebosanannya.

Dahinya mengkerut saat dia mendengarkan sebuah lagu yang sepertinya bukan seleranya.

"Kemarin malam kudengar detak jantungku sendiri,Terdengar seperti langkah kaki di tangga ,satu bulan tlah berlalu dan aku masih menunggu, Meskipun kutahu kau tak ada, Kuputar ulang ribuan kenangan kita kasih, Terpikirkan segala yang tlah kita lewati, Mungkin aku terlalu banyak merenung akhir-akhir ini, Ketika waktu berhenti berputar dan ku miliki dirimu,Kembalilah kepadaku di sini,Seperti yang akan kau lakukan jika ini adalah film, Berdiri di bawah hujan hingga aku keluar, Kembalilah ke sini, Seperti yang bisa kau lakukan jika kau ingin bilang maaf, Kutahu kita bisa selesaikan ini, Namun jika ini film, saat ini kau berada di sini, Aku tahu manusia berubah dan semua ini terjadi,Namun aku ingat masa lalu, Tenggelam dalam pelukanmu dan teman-teman kita tertawa, Karena mereka tak pernah merasakannya, Kini kususuri gedung ini, Telusuri jalan yang kau lalui, Teringat suatu malam saat kau bilang padaku, Takkan ada yang berubah, aku atau pun dirimu, Sebelum kutahu betapa banyak kehilanganku
Jika kau di luar sana, jika kau di suatu tempat, jika kau sedang melangkah, Aku menunggumu sejak kau pergi, Aku hanya ingin semua kembali seperti dulu, Dan aku hanya ingin melihatmu lagi di pintu rumahku, Dan aku kan berkata, Kembalilah kepadaku di sini, Seperti yang akan kaulakukan sebelum kau berkata tak semudah itu,Sebelum pertengkaran kita, sebelum kutinggalkan dirimu, Namun kini 'kan kucabut semua perkataanku dulu,Kau 'kan di sini saat ini, Ini bukan akhir cerita yang ingin kau lihat, Kasih, bagaimana akhir cerita ini, Oh kukira engkau kan di sini saat ini,Bahwa kau kan di sini saat ini"

Frans terdiam meghayati setiaplirik dari lagu itu.

Dia yakin pasti Tisya lah yang mengotak-atik mp3 listnya.

Frans tersenyum kecil, apa begitu dalam kah perasaan gadis itu padanya?

Frans menjalankan sedikit mobilnya dan dia tak sengaja melihat, sepasang remaja sedang tertawa bersama di dalam sebuah mobil.

Frans mengerutkan dahinya. Sepertinya dia mengenal gadis itu.

Dia menajamkan matanya.

Dan benar. Dia adalah Tisya. Tapi dia sedang bersama siapa?

Sepertinya itu bukanlah kakaknya.

Frans mencengkram stirnya dengan kuat.

Kalau saja dia sekarang tidak ada meeting pasti dia akan senang hati membuntuti mereka.

Frans membelokan mobilnya dengan perasaan tak enak. Mungkin hari ini bukan hari keberuntungannya.

----

"Makaci ya." ucap Tisya sambil keluar dari mobil.

Dirga menarik pegelangan tangan Tisya pelan. "Besok pagi gue jemput ya."

Tisya menggelengkan kepalanya.

"Besokan sabtu sekolah libur."

Dirga menggaruk tengkuknya. "Oh iya ya,lupa. Gimana kalau sorenya kita nonton?"

Tisya menggeleng lagi.

"Aku gak suka film di bioskop. Aku besok ada janji maaf ya."

Tisya buru-biru meninggalkan Dirga. Padahal cowok itu masih ingin menawari satu rencana lagi.

Tapi ya sudah lah. Masih ada banyak esok hari.

Dirga pun keluar dari kawasan komplek tersebut.

Kalau diingat-ingat. Menurut rumor yang tersebar disekolah,keluarga Tisya bangkrut tapi kenapa rumah tadi tampak besar?

Dirga mengangkat bahunya. Dia tak pesuli meakipun Tisya tinggal dikolong jemvatan pun menerutnya Tisya gadis tercantik yang pernah dia dekati.

-----

Frans membolak-balikan bolpoinnya diatas meja. Pikirannya kacau. Meeting pun tak sesuai dengan apa yang di preseksinya.

Yang ada diotaknya hanya tawa dan senyum gadis itu. Dia merasa tak suka. Bagaimana bisa gadis itu tertawa bersama lelakiblain sedangkan dia sekarang tersiksa sendiri dengan batinnya.

"Aaarghgt gadis itu membuatku kacau.".

Braak..

Pintu terbuka, Frans mengerutkan dahinya ,siapa yang berani masuk tanpa mengetuk pintu keruangannya?

"Jangan biarkan gadis ingusan itu membuat pikiranmu kacau."

Frans menoleh. Ternyata papanya lah yang datang sambil membawa sebuah kertas.

"Apa itu pa?"

"Hmm entah ini apa. Yang jelas ada yang memberitahukan ku kalau tadi pagi kau mengambil beberapa milyar dari tabunganmu."

Frans kaget bagaimana papanya tau..

"Itu urusan pribadiku. Tak seharusnya papa melihat ke akun ku."

"Aku tahu, tapi aku hanya penasaran untuk apa uang sebanyak itu?" papanya semakin mendekat

Tapi Frans tak menunjukan rasa gugupnya. Meskipun dia sendiri takut kalau papanya tahu kemana kah uang itu dia transfer pasti dia akan sangat marah.

----

"Apa ,pa? Kita akan kembali kerumah kita? Tanya Tisya tak percaya.

Zet menganggukan kepalanya. "Iya sayang kita semua. Akan balik kerumah kita yang dulu."

"Alhamdulilah." ucap Berly.

"Tapi bukan kah semua sudah disita bank pa? Papa dapat uang dari mana?" tanya Adrian penasaran.

"Ada sebuah perusahaan menawarkan kerja sama , jadi perusahaan kita bisa terselamatkan dan kita bisa hidup seperti dulu".

Semua pun senang dan berelukan.

Tapi di satu sisi Adrian curiga. Untuk apa ada perusahaan yang menawari kerja sama perusahaan yang akan hancur.

Bukan kah kalau gagal sama saja bunuh diri?

'Aku harus menyelidikinya.'

Tbc

Waah maaf banget ya kemaren malem udah ngetik setengah eh ketiduran. Ini bangun tidur langsung ngebut hehe. Maaf ya udah php. Typo bertebaran. Makaci udah baca.

Letisya (Completed 7)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang