2.

1.4K 206 20
                                    


"Ayah pokoknya Myungji mau bibi Jiyeon menjadi Ibu Myungji." ucap Myungji yang kini duduk dikursi samping kemudi, mobil yang kini di tumpanginya sedang menuju kebun binatang.

"Siapa bibi Jiyeon itu sayang.? Ayah benar-benar tak tahu siapa yang kau maksud. " myungsoo mencoba mencari jawaban dari ibunya yang kini duduk dikursi belakang siapa itu Jiyeon.

"Biar nenek jelaskan pada Ayahmu sayang... " ucap Ny. Kim mengambil alih pembicaraan.

"Jadi begini Myungsoo-yaa, Myungji bertemu dengan wanita yang begitu mirip dengan mendiang Ibunya, entah kenapa putrimu tiba-tiba meminta wanita itu menjadi Ibunya hanya karna wajahnya mirip dengan Jiyi."

"Apa itu benar. ?."

"Iya Ayah... bibi Jiyeon itu sangat cantik seperti Ibu Myungji. bibi Jiyeon juga baik sama Myungji, buktinya bibi Jiyeon mengajak Myungji makan sushi. "

"Tapi sayang, kau tak boleh percaya dengan orang yang baru kau kenal, bisa saja orang itu berniat buruk padamu. Ayah tak suka jika kau bersikap sembarangan seperti itu pada orang asing. Ayah mengkhawatirkan mu sayang, mengertilah itu. "

"Tapi bibi Jiyeon bukan orang jahat Yah... bibi Jiyeon orang baik-baik bahkan bibi Jiyeon berteman baik dengan Ms.Jung. "

"Lupakan bibi Jiyeon itu Ayah tak mau kau masih berhubungan dengannya lagi, Ayah tak mau mengambil resiko keselamatan mu. "

"Ayah... kenapa berbicara seperti itu pada Myungji. bibi Jiyeon orang baik... " Myungji sedih mendengar ucapan Ayahnya yang seolah-olah menyuruhnya untuk menjaga jarak dengan Jiyeon. bahkan gadis itu sekarang diam tak berbicara sedikit pun. Myungsoo menyadari sikap putrinya yang berubah akibat ucapannya. Myungsoo menghela nafas jika putrinya sudah dalam mood seperti ini akan susah membujuknya untuk berbicara padanya lagi.
Tak terasa mobil mereka pun sampai ditempat tujuan. Myungsoo beserta Ibu dan putrinya turun dari mobil untuk segera memulai petualangannya melihat berbagai binatang. Tapi bukannya senang karna sudah sampai dikebun binatang Myungji hanya diam tak merasa senang sedikitpun, sedari tadi Myungji hanya diam digandengan neneknya tak berniat mengajak Ayahnya berbicara sedikitpun.

"Myungji-yaa... kau kenapa sayang.? Apa Myungji ingin sesuatu.?. " ucap Ny. Kim yang kini jongkok bersejajar dengan tinggi cucunya.
Myungji menggeleng sebagai penolakan masih dalam moodnya yang buruk.

"Bukannya Myungji sendiri yang ingin kita pergi kekebun binatang, lalu kenapa sekarang Myungji hanya diam tak melakukan apapun." tetap dengan moodnya yang buruk Myungji hanya diam tak menjawab pertanyaan Ayahnya.

"Kim Myungji lihat Ayah kalau Ayah sedang berbicara padamu." jika Myungsoo sudah menyebut nama lengkap putrinya berarti batas kesabarannya sedang diuji. Myungji mengangkat wajahnya takut, bahkan matanya sudah memerah sekarang.

"Sudah sudah sebaiknya kita pulang saja. Ibu tak mau kau memarahi Myungji ditempat umum seperti ini. Ingat Kim Myungsoo putrimu masih kecil jangan kau biarkan putrimu trauma akan kemarahanmu yang tak beralasan itu pada putrimu. Kita pulang sayang..." Myungji terisak digandengan neneknya menuju mobil, sedangkan Myungsoo hanya diam menyesali perbuatannya.





***




"Apa kau tahu wajah bahagia putrimu saat menceritakan wanita yang dipanggilnya Ibu itu. Wajahnya benar-benar bahagia seakan dirinya bertemu Ibunya yang sekian lama tak ia temui. Tapi kau dengan mudahnya berbicara untuk tak berhubungan lagi dengan wanita yang wajahnya begitu mirip dengan Jiyi. kau harus ingat. kalau putrimu butuh sosok seorang Ibu disisinya."

"Tapi Myungji tak pernah mengeluh tentang itu padaku."

"Tapi bukan berarti putrimu tak ingin. dia hanya menjaga perasaan Ayahnya karna dia tak mau membuatmu sedih. kau beruntung memiliki Putri sepengertian seperti Myungji. yang bahkan mengesampingkan keinginanya demi kebahagiaan Ayahnya. temui Myungji dan minta maaflah pada putrimu. " Ny. Kim pergi setelah menasehati putranya.
sedangkan Myungsoo hanya diam menunduk merutuki kebodohannya yang membuat hati putrinya terluka.

" Ibu Untuk Myungji "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang