8.

1.3K 113 42
                                    


Hari ini Minho mengajak Jiyeon untuk membeli cincin pertunangannya yang akan diadakan dua minggu lagi. ada rasa tak semangat pada diri gadis itu karena sejujurnya ini bukan keinginannya meski salah satu impian indahnya memilih cincin yang indah untuk pertunangannya dengan pria yang benar-benar ia cintai setulus hati bukan karena keinginan Ayahnya.

Beberapa model cincin bermata berlian yang indah terjejer cantik Jiyeon tak tahu harus memilih cincin yang seperti apa.

"Jiyeon-ahh bagaimana kalau yang ini.?" Minho mengambil satu cincin yang menurutnya sangat cantik dengan mata berlian yang indah.

"Eum... terserah kau saja Minho-ya aku benar-benar tak tau harus memilih yang mana karena semuanya terlihat cantik." ucap Jiyeon dengan senyum yang ia paksakan. sebenarnya Jiyeon tertarik dengan satu cincin yang terlihat begitu indah tetapi tak begitu glamor terkesan simpel namun cantik. tapi entah kenapa Jiyeon akan lebih senang kalau cincin itu yang memberikannya Myungsoo bukan Minho.

"Baiklah saya ambil yang ini." tunjuk Minho pada satu cincin yang ia pilih. Minho tahu kalau Jiyeon belum sepenuh hati menerimanya tapi pria itu yakin kalau suatu saat nanti Jiyeon akan menerimanya dengan sepenuh hati Minho percaya itu.

Setelahnya dari toko perhiasan Jiyeon dan Minho berjalan menuju restoran untuk makan siang tetapi langkah keduanya terhenti saat seorang anak kecil memanggil Jiyeon dengan sedikit berlari kearahnya diikuti oleh satu orang pria yang sangat Jiyeon rindukan.

"Ibuuu.... "

"Myungji-yaa... jangan berlari nanti Myungji bisa jatuh." Jiyeon memperingati, sedangkan sang Ayah gadis kecil iti terlihat sedikit tak bersahabat. Myungsoo tahu kalau Jiyeon akan menyelenggarakan pertunangannya dalam waktu dua minggu lagi. awalnya Myungsoo senang karena hubungan keduanya membaik tapi saat dirinya tahu kalau gadis itu sudah dijodohkan dengan pria lain membuat hatinya hancur semangat dalam hidupnya hilang begitu saja.

"Hehee... Ibu habis membeli apa.?" tanya Myungji dengan polosnya.

"Eumm... Ibu habis membeli cincin sayang... " sejujurnya Jiyeon tak ingin menjawab pertanyaan Myungji karena ada Myungsoo didepannya tapi gadis iti juga tak enak hati pada Minho yang sebentar lagi resmi menjadi tunangannya. Myungsoo membuang arah pandangnya seakan menulikan telinganya tak mau mendengar ucapan gadis sejujurnya sangat ia rindukan.

"Senang bertemu denganmu Myungsoo-shi. Saya sedikit tahu tentangmu dari Jiyeon dan Saya cukup senang karena sebentar lagi kau akan menjadi kakak iparku." Myungsoo tak suka ucapan Minho padanya yang mengatakan dirinya akan segera menjadi kakak iparnya.

"Tapi sayangnya kau belum resmi menjadi adik iparku Minho-shi. dan saya sedikit terganggu dengan ucapanmu." jawab Myungsoo dengan tatapan mata tajam tak suka. Jiyeon tahu suasana hati keduanya sedang tak baik.

"Myungji-yaa... Apa Myungji tidak lapar.? bagaimana kalau Myungji makan bersama Ibu, bagaimana.?"

"Jiyeon-ahh Myungji bukan putrimu kau tak bisa terus menerus memanggil dirimu Ibu untuk putri yang bukan putri kandungmu sendiri." ucap Minho tak suka. dan itu membuat Myungsoo menatap kearah pria itu semakin tajam tangannya terkepal kuat rasanya ingin sekali Myungsoo menonjok wajah pria itu kalau Myungsoo tidak sadar bahwa disini ada putri kecilnya.

"Choi Minho kita sudah membahas masalah ini berkali-kali jadi aku mohon padamu untuk mengerti." Myungji tahu kalau paman yang dihadapannya tak suka kalau memanggil wanita yang sudah ia anggap seperti Ibu baginya dengan sebutan Ibu.

"Ayah... Myungji mau pulang." Myungji melepas genggaman tangannya pada Jiyeon berjalan kearah Ayahnya untuk meminta pulang dengan wajah murung.

"Minho-shi setidaknya kau tak berbicara yang membuat hati anak kecil terluka." ucap Myungsoo sarkas.

" Ibu Untuk Myungji "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang