Ter*piiip*

134 4 26
                                    

Setelah terjadi teriakan yang menggemparkan itu, pengisi ruangan 403 dan 404 membubarkan diri.

"Eh Jachi, tadi kenapa Euijin tiba-tiba masuk ke sini terus bawa Jeonghan?" tanya Saeyong yang berpapasan dengan Jachi dan Jehan.

"Hah? Euijin? Serius?" tanya Jachi.

"Lah? Kau gak tau?" tanya Junhong.

"Kami gak tau apa-apa selain dengar Jeonghan teriak," jawab Jehan.

"Iya, kami juga gak tau kalau Euijin ke kamar kalian," sambung Jachi.

"Aneh," ujar keempatnya.

"Ya sudahlah, mending balik ke kamar masing-masing. Kalau ketahuan saem, bisa di tendang ke laut nih," ujar Saeyong.

Sementara itu...

"Kau ini ngapain teriak begitu!? Bikin malu aku saja!" gerutu Jeonghan.

"Habisnya sih... mereka kenapa pada topless," jawab Euijin dengan wajah memerah.

Jeonghan berkacak pinggang karena kesal, "Hari ini kenapa banyak sekali yang membuatku naik darah!?" batinnya.

"Aku akan pesankan kamar untukmu," ujar Jeonghan.

"Eh? Ta-tapi,"

"Apa lagi? Aku juga gak tega melihatmu harus di sana,"

Jeonghan pun melenggang pergi ke kamar 403. Sementara Euijin masih menunggunya di lobby.

'Tok tok'

'Ceklek'

"Oh, Hong Euijin? Ada apa?" tanya Jaeho.

"Aku mau- maksudku Jeonghan menyuruhku membawa tasnya," jawab Jeonghan.

"Kamu kemanakan anak itu?" tanya Seungcheol.

"Hah? Dia baik-baik saja kok. Kenapa sih? Cepat berikan tasnya!" jawab Jeonghan.

"Tidak mau! Aku curiga kamu bakal macam-macam dengan kungkang kesayanganku," balas Seungcheol.

"Macam-macam gimana sih maksudmu? Aish... Jaeho, berikan tasnya!" ujar Jeonghan.

Jaeho pun memberikan tas milik Jeonghan kepada Jeonghan yang berwujud Euijin, "Tapi, kenapa bukan dia sendiri yang mengambil tasnya?"

"NAH KAN! Kamu kemanakan dia!?"

"Apa sih? Dia di lobby tuh sedang makan puding. Sudah ya, makasih."

Jeonghan pun kembali menghampiri Euijin yang masih menikmati pudingnya. Ia pun meletakkan tas dan mencari dompetnya.

"Sudah habis belum?" tanya Jeonghan.

"Oh, sebentar," jawab Euijin, ia pun segera menghabiskan pudingnya.

"Pesan kamar sana!" perintah Jeonghan.

"Apa? Kan kau bilang kau yang pesankan!"

"Dengan tubuh ini?"

"Bilang saja atas nama Yoon Jeonghan, kan tidak masalah."

"Aish, kamu merepotkan sekali, ya!" Jeonghan pun pergi.

Sementara Euijin tampak senang karena dapat mengerjai Jeonghan. Tidak, bukan mengerjai... lebih tepatnya melihat sisi baik Jeonghan meskipun lelaki itu tetap bersikap ketus.

"Ayo, aku sudah dapat kuncinya," ujar Jeonghan.

"Tasmu?" tanya Euijin.

"Kamu yang bawa. Itu kan bakal dipakai olehmu, haha,"

Exchange (24/7 in Japan!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang