Apakah Aku Bisa

992 24 4
                                    

Keterbatasan sering kali menjegal langkah kaki kita untuk melangkah maju. Hidup apa adanya dan tak ada kemauan untuk merubah strata kehidupan yang serba kekurangan. Hal itu memnuat kita terus terkurung di dalam lingkaran kemiskinan yang terus membelenggu karena kurangnya sumber daya manusia dalam memerangi kejamnya dunia. Keterbatasan pola pikir itulah yang membuat masyarakat di indonesia berada dalam kemiskinan.

Aku adalah salah satu dari banyaknya orang yang ada di indonesia. Namun pola pemikiranku sedikit berbeda dengan kebanyakan orang pada umumnya. Aku memiliki cita-cita yang sangat tinggi karena aku masih memiliki harapan dan impian yang selalu kujaga dan ingin ku raih.

Cita-citaku sebenarnya sangat simple yaitu menjadi seorang guru, namun aku ingin menjadi seseorang pengusaha yang sukses dan menjadi penulis buku terkenal di dalam negeri. Tapi jangan salah, cita-citaku bukan sebatas itu saja. Aku ingin menjadi orang yang di kenal bukan hanya dikenal di dalam negeri melainkan di seluruh penjuru dunia.

Mimpiku itu yang terkadang menjadi bahan ejekan orang karena keadaanku yang jauh dari kata berkecukupan. Walau begitu, aku tak pernah patah arang. Aku tak pernah mempedulikan hujatan yang terlempar ke padaku. Justru aku menjadikan itu sebagai motivasi untuk mencambuk jiwaku agar semakin semangat dan membakar jiwaku untuk membuktikan bahwa aku bisa mewujudkan semua itu. Hal yang aku tempuh salah satunya dengan belajar sungguh-sungguh.

Siang malam buku tak pernah ku lepaskan. Aku selalu membaca buku kemanapun kakiku melangkah pergi. Berbeda dengan kebanyakan orang yang lebih sering membawa smart phone atau gadgetnya. Ke kantin, ke ruang makan, ke ruang tamu, main bahkan sering kali tak terasa buku itu menempel di mukaku karena ketiduran. Hal itu membuat aku di juluki si kutu buku. Aku tak pernah sedikitpun merasa malu karena menurutku buku adalah jendela dunia. Apapun yang ingin ku ketahui ada semua di dalam buku-buku yang ku baca. Merubah pola pikir dan menambah wawasan tentang betapa menabjubkannya dunia dan rahasia-rahasia sang pencipta yang belum ku ketahui dan yang jarang di jamah oleh manusia.

Namaku Adalah Indra Lesmana sering di panggil Puing. Postur tubuhku cukup tinggi dan berotot. Kulitku aga coklat khas indonesia namun tidak hitam. Rambutku cukuran pendek dan aga kriting so pastinya berwarna hitam karena masih pelajar. Kini aku bersekolah di salah satu SMA Ellite di kota Subang dan program yang ku ambil adalah MIPA atau Matematika dan Ipa. Menurutku ipa itu sangat menarik apalagi matematika yang sangat mengasikkan.

Latar belakang keluargaku termasuk menengah kebawah. Dibilang miskin tidak dibilang kaya apalagi, pastinya tidak mungkin. Ayahku sudah lama meninggal, jadi aku hanya memiliki ibu, kakak perempuan dan 2 anak kakak ku yang sama-sama perempuan dan masih kecil. Ibu ku bekerja sebagai buruh tani di sawah milik tetangga.

Kakak perempuanku sudah lama tidak bekerja. Adik ku masih kecil dan masih bersekolah. Ibuku mati-matian bekerja untuk membiayai adik-adikku. Kakak ku terpaksa putus sekolah karena tidak punya biaya dan masih tamatan smp. Hanya Aku yang sampai ke jenjang pendidikan menengah yaitu SMA.

Aku bisa sekolah pun karena kebijakan guru yang peduli kepadaku dengan menghapuskan biaya SPP bulanan dan menggratiskan semua pungutan yang di bebankan kepada siswa. Gratis sekolah membuat kita bisa sekolah, yang pasti tidak. Bukan hanya pungutan yang gratis agar bisa sekolah.

Walaupun sudah dapat yang gratisan, biaya bersekolah pastinya masih ada dan jika dihitung sampai lulus pastinya melebihi dari 2,3,4 bahkan 5 jutaan lebih yang tak terasa kita pakai setiap harinya. Contohnya untuk membeli pakaian seragam, buku tulis, buku paket dan perlengkapan lainnya, belum lagi kerja kelompok dan lainnya yang cenderung membutuhkan uang, uang dan uang.

Aku pernah berpikir apakah aku bisa melanjutkan sekolah dengan keadaanku yang seperti ini. Jangankan untuk semua itu, untuk makan sehari-haripun susah. Disaat itu aku drop, aku lemah dan terpuruk rasanya ingin aku berhenti dan menyerah, ku lihat cita-citaku semakin jauh melangkahkan kakinya dan meninggalkanku yang jatuh terpuruk lemah dan tak berdaya.

Aku sempat berpikir apakah dengan sekolah aku bisa maju dan sukses toh pada kenyataannya banyak yang pendidikannya tinggi ujung-ujungnya turun kesawah juga parahnya jadi pengangguran dan banyak yang pendidikannya rendah tapi penghasilannya melebihi seorang sarjana apakah aku berhenti saja, pikirku saat itu walau kusadari pemikiran itu salah. Aku sadar pemikiran seperti itu hanya keluar dari seseorang yang malas belajar dan berjuang.

Disaat keterpurukanku, aku beruntung masih ada guru-guru yang menyayangiku dan mensuport ku untuk kembali bangkit. Teman-temanku yang membantuku saat kesulitan dana untuk mengerjakan tugas sekolah dan banyak lagi yang memberikanku secercah harapan yang begitu berarti yang sembuat kobaran semangatku kembali menyala di tengah belenggu hitam lingkaran kemiskinan. Berkat merekalah aku kembali semangat belajar kembali.

Dukungan terus datang baik berupa sugestion maupun materil. Guru kesayanganku terkadang memberiku uang untuk membeli seragam yang sangat ku hargai sekali pemberiannya dan selalu ku simpan di lemariku.

Berkat itu aku bisa melanjutkan sekolah walau harus terkatung-katung. Ketika mendapat tugas menggunakan komputer aku selalu pulang malam dan meminjam fasilitas sekolah agar bisa mengerjakan tugas, ketika ada tugas kelompok aku selalu di bantu oleh teman-temanku, ketika aku tak punya uang aku selalu di kasih oleh temanku walau aku tak pernah memintanya karena setiap harinya aku tak pernah meminta uang saku kepada ibuku, aku juga harus berjalan kaki dan jarak yang ku tempuh cukup jauh. Aku jalan kaki karena aku tak memiliki kendaraan untuk pergi ke sekolah.

Tapi yang membuatku menjadi manusia sangat beruntung di dunia karena aku memiliki banyak teman yang begitu perhatian dan peduli ke padaku. Melihatku yang sering berjalan kaki mereka sering menawarkan tumpangan walau sedikitpun tak pernah kuminta.

Aku tak bsa terus begini, bergantung pada teman-teman serta guru-guruku yang begitu baik. Aku memutar otak kembali dan merubah pola pikir ku agar aku mendapatkan penghasilan minimal untuk aku jajan agar aku tidak terlalu merepotkan semua orang yang sudah peduli kepadaku.

Akhirnya aku memutuskan jualan online, mengikuti kegiatan osis, ke pramukaan, dan kesenian, mengikuti perlombaan menulis dan menjual karya-karyaku kepada teman-temanku. Apapun aku lakukan untuk bisa terus bersekolah, dan berkat semua itu aku terus bisa sekolah walau harus terkatung-katung.

Karena itu aku tak pernah menyia-nyiakan semua dukungan yang telah aku terima. Sebagai bentuk terima kasihku aku selalu belajar dengan sungguh-sungguh. Ku lakukan semampu dan sebisaku, walau hanya sekedar 5 besar namun itu lah hasil kerja kerasku. Aku tetap memiliki mimpi menjadi yang pertama, walau sulit aku pasti bisa merubah dari 5 besar menjadi 3 besar.

Aku sangat suka belajar karena aku mempunyai ambisi dan tekad yang kuat untuk menggapai cita-citaku. Walau terkadang banyak yang memandangku sebelah mata, namun aku terus berusaha untuk membuktikan bahwa orang seperti aku pun bisa.

Semua usahaku itu sedikit demi sedikit mampu merubah pola pikir teman temanku yang semula kontra menjadi pro dan perlaha lahan aku mejadi terkenal dan memiliki banyak teman baik di kalangan guru maupun siswa. Hingga suatu hari ada seorang gadis yang mendatangiku karena ia menykai sikapku yang tak pernah putus asa.

Nama gadis itu Lita Safitri seorang gadis yang berperawakan kecil, cukup tinggi dan cantik. Kulitnya putih dan berkerudung yang mencerminkan bahwa ia adala wanita sholehah.

bersambung...

CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang