Jika Dia Memang Bukan Untukku

77 11 0
                                    


Namaku Hery Purnama Dinata. Aku suka merenung, dalam arti aku lebih suka berdiam diri jauh dari suasana ramai. Bahkan jika aku sedang berada didalam keramaian aku selalu merasakan kesendirian. Bukan tidak ingin berbaur. Aku hanya tidak ingin kehadiranku membuat orang lain merasa terganggu. Aku tidak terlalu suka terlihat menonjol baik itu kelebihan dan kekuranganku. Aku lebih suka menjadi jarum diantara tumpukan jerami. Biarlah aku ada diantara mereka sebagaimana mestinya tanpa harus khawatir menyakiti ataupun disakiti.

Aku kini berusia 23 tahun dan sampai kini masih belum menikah. Calon pacar? Itu pun juga pelum punya. Gebetan? Tanpa aku sebutkan mungkin kalian sudah tau jawabannya, belum. Sekarang kalian puaskan, jadi jangan Tanya lagi mengapa di umur segini aku masih belum menikah.

Gak laku, sory bukannya bermaksud sombong atau sok ganteng. Pada kenyataannya mukaku pas-pasan tapi cewek yang mau banyak. Katanya sih karena ada sesuatu yang beda dari diri saya, yaitu salah satunya sikap baik saya kepada setiap orang. Jadi jangan pernah sekalipun kalian panggil aku Jones.

Alasan mengapa sampai saat ini aku masih sendiri karena belum ada wanita yang mampu meluluhkan hatiku. Mungkin karena aku juga yang kurang memperhatikan orang lain dan terlalu asik dengan duniaku sendiri. Apalagi karena aku tidak terlalu mudah untuk bergaul dengan orang lain.

Hoby ku menulis Novel, membaca buku dan bermain games. Jadi walau aku terkesan tidak memiliki teman, aku sudah cukup tertemani dengan hoby ku tersebut. Ada atau tidak adanya teman bagiku sama saja. Tiada bedanya sama sekali. Ada atau tidak adanya yang menemani aku selalu berada di dalam duniaku sendiri.

Semua kehidupanku selalu begitu. Hingga saat ini pun masih begitu. Sudah terlalu asik sendiri sehingga membuat kita berada di dalam sebuah zona nyaman. Sulit untuk keluar, terlanjur asik dengan keadaan.

Saat liburan kerja aku sering jogging pagi dikawasan hijau yang ada di sekitar tempat tinggalku. Disana ada sebuah taman lengkap dengan bunga dan aksesoris layaknya sebuah taman. Jadi jangan ditanya bagaimana kondisi taman tersebut. Taman, ya seperti taman. Tidak lebih tidak kurang.

Setelah mengitari lapangan 3 kali aku mulai duduk disebuah kursi berbentu panjang. Itu bukan satu-satunya kursi disana. Aku duduk disebuah kursi yang terteduhi sebuah pohon besar. Aku mulai membuka sebuah novel yang belum selesa ku baca tadi malam dan mulai asik sendiri.

Hembusan angin kian lama kian membesar. Kulihat awan sudah mulai mendung. Tak terasa sudah jam 08 pagi. Sudah satu jam aku ditaman ini. Sudah banyak lembaran yang habis tergerus waktu karena telah selesai kubaca. Aku ingin beranjak namun rasanya ingin ku buka beberapa helaian lagi untuk membunuh rasa penasaranku.

Namun angina ini cukup mengganggu. Menerpa-nerpa buku novelku. Seakan angina itu ingin membuka lembaran buku baru atau sengaja menghalangiku melihat cerita yang ada di halaman selanjutnya.

Aku mulai kesal dengan angina ini dan kuputuskan untuk menutup bukuku. Kulihat kedepan dan memandang area sekitarku yang mulai sepi. Tak kutemukan orang di sudut menuju kea rah barat. Pandanganku menuju kea rah timur, dan disanalah baru ku temukan ada seorang wanita yang sedang duduk di kursi panjang dibawah pohon rindang. Posisi duduk kami berhadapan namun letak geografisnya agak jauh ke arah timur.

Pertanyaannya, sejak kapan gadis itu ada disitu. Aku semula tidak terlalu peduli toh belum kenal juga. Kulihat lagi sinopsis buku yang sedang kubaca. Buku itu sangat menarik perhatianku ingin rasanya ku baca lagi namun angin tidak bersahabat.

Entah mengapa mataku kini tertuju lagi kepada gadis tersebut. Cantik itu yang kupikirkan saat melihatnya di pandangan yang kedua. Kualihkan kembali mataku hingga mataku kembali tertuju ke arahnya. Kali ini nampak terlihat lebih cantik dari sebelumnya. Namun mata gadis tersebut nampak kosong seperti seseorang yang sedang memiliki masalah.

CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang