Lips | 1

3 1 0
                                    

"Berhentilah, menggodaku. Aku sudah terlambat."

- Twan -

👄👄👄👄

Sial! Aku bangun kesiangan lagi.

Aku masuk ke kamar mandi membersihkan tubuhku setelah melakukan permainan gila malam tadi.

Aku berdiri merasakan dinginnya air shower yang menghujaniku. Kebanyakan orang bangun sangat pagi untuk mandi sebelum melakukan aktivitasnya. Mereka pikir mandi pagi sungguh segar dan sehat. Bahkan beberapa waktu yang lalu aku sempat membaca sebuah informasi yang mengatakan bahwa mandi pagi tidak sehat dibandingkan mandi malam hari atau siang hari.

Huh. Mungkinkah hanya Aku yang mengiyakan? Tidak. Pasti ada orang-orang yang malas mandi akan sependapat denganku.

Krek.

Aku mengerutkan dahiku dan menoleh saat terdengar pintu kamar mandi terbuka. Seingatku pintunya tadi sudah ku kunci. Apa tanganku tadi salah? Apa aku yang lupa?

Aku mendengus sebal sebelum melihat dengan jelas. Sial! Aku sudah terlambat ditambah lagi siapa yang baru memasuki kamar mandi. Annette Medison.

Wanita yang semalam menemaniku melakukan permainan gila di ranjang. Wanita itu berdiri dengan tubuh polosnya setelah membuka pintu kamar mandi.

"Kenapa kau meninggalkan ku?" Entah kapan Annette berjalan mendekatiku sampai sekarang ia memeluk badanku dari belakang dengan manja.

"Kau bisa membangunkanku dan mandi bersama." Ujarnya lagi.

Aku mendengus sebal meraskan sepasang benda kenyal yang menempel di punggungku. Karena aku dalam kondisi sadar dan terburu-buru karena ada rapat besar dengan dewan direksi,

Aku melepaskan tangannya yang bermain menggodaku di atas perutku. Aku membalikkan badanku menatapnya sejenak. Lalu berjalan meninggalkannya di bawah shower dengan air menyala.

"Kenapa meninggalkan lagi?" Ia mengejarku dan memelukku lagi dari belakang. Aku tidak menanggapinya dan menggambil handuk kering dari gantungan.

Aku melepaskan pelukannya, dengan cepat Aku mengeringkan badanku yang basah dengan handuk lalu melemparkan benda tersebut ke kepala Annette.

"Berhentilah, menggodaku. Aku sudah terlambat." Ujarku datar dan dingin.

Well, mereka semua selalu menyimpulkan bahwa aku seorang ceo yang dingin seperti es batu. Ya, kalian sudah baca? Aku seorang CEO yang bekerja membangun perusahaan IT di London. Daddy memberikan aku posisi yang besar di perusahaan itu. Yang membuatku harus belajar bertanggung jawab, dan menerima segala resiko yang terjadi dalam perusahaanku.

Tentang wanita tadi. Ia adalah Annette Medison. Temanku sejak SMP kelas dua. Jika ada yang bertanya statusku dan dia adalah friend with benefit. Ya, mungkin kami gila. Tapi, dia dulu yang menawarkan tubuhnya padaku. Sebagai pria yang normal pasti aku akan tergoda.

Aku menghela nafas pelan dengan gerakan mengancingkan bajuku. Lalu kupakai celana kerjaku dan memasang sabuk pada celana. Ku sisir rambutku ke belakang dan menyemprotkan parfum yang selalu ku bawa kemana-mana di leher dan kedua tanganku.

Aku meneteng tas kerja di tangan kananku, sedangkan tangan kiriku membawa lipatan jas. Lalu berjalan menuju meja sebelah ranjang dan menatuhkan beberapa uang di atasnya. Ketika Aku hendak berjalan keluar kamar, ada suara yang menghentikanku.

"Aku seperti jalang di depanmu. Kau selalu seperti ini! Menyebalkan sekali." Sebal Annette yang bersandar di pintu kamar mandi dengan menggunakan jubah mandinya.

"Sudah lah, Aku terlambat." Aku berjalan tidak memerdulikan dirinya.

👄👄👄👄

Aku keluar dari kamar hotel yang ku sewa dan berjalan ke arah lift yang terbuka. Setelah pintu tertutup Aku menekan tombol lobi. Ku lirik arloji yang terpasang di tangan kiriku.

Shit! Ternyata sudah jam delapan.

Bisa-bisanya aku terlambat sesiang ini. Biasanya tepat pukul 7 aku sudah berada di kantor. Selain cuek, aku juga mendapatkan julukan workaholic dan disipliners. Mereka sungguh gila dan tak memiliki pekerjaan sampai-sampai membuat julukan konyol untukku.

Ting.

Pintu lift terbuka, Aku manampakkan kaki ku keluar lift dan menuju Mobil Lamborghini ku.

Aku menghidupkan mesinnya dan meninggalkan hotel itu dan menuju ke kantor ku.

👄👄👄👄

Cerita ketigaku para readers. Bantu aku dalam menghadapi bahasa-bahasa yang membuatku rumit untuk merangkai. Jujur aja ya, buat cerita ini banyak deg-degan nya. Apalagi 18+

Bingung naruhnya adegan di awal, tengah atau ending. Waktu ngetik kata per kata, Aku juga sempet mikir dosa nggak ya buat cerita kek beginian. Kata temanku sih dosa, tapi temanku yang satunya menantangku untuk membuat yang beginian.

Alhasil, karena authornya keras kepala akhirnya tetep buat deh. Entah nanti hasilnya ancur atau gimana tetep dihargai ya. Setidaknya berikan Komen saja. Kalian memberikan sebuah komentar author sudah jingkrang-jingkrang tidak jelas di atas springbed. Apalagi sebuah vote.

Maap author nyampah. Yuks next part, cium jauh dibibirmu, muach. muach. muach.

Kamis, 28 Maret 2019

Your LipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang