Lips | 3

0 0 0
                                    

"Kau memang gila. Bahkan kau idiot."

👄👄👄👄


Tuk.

Tuk.

Suara ketukan sepatu pada lantai terdengar sangat jelas. Apalagi orang yang memakainya berjalan dengan tegas dan cepat. Twan Kyuper.

Orang yang mengetukan sepatunya pada lantai karena jalannya yang dikatakan sangat cepat. Karena hari ini, hari kedua ia berada di Berlin. Dengan informasi sebelumnya, detektif yang ia sewa telah menemukan sang tersangka sedang berada di kota terpecil England.

Bukan German, tapi England. Yang ada di pikiran Twan, kenapa ia justru malah ada di England? Tetapi Daniel, sang detektif beserta orang-orangnya lansung membekap sang tersangka dan mengirimnya ke negara perantauannya. Bukan negara asalnya. Karena sang tersangka bukan berasal dari German, tetapi dari Thailand.

Dan dengan tergesa-gesa Twan keluar dari lift yang dinaikinya dan berjalan menuju ruangan yang di dalamnya terdapat Zack, sang tersangka.

Tepat dihadapannya sebuah pintu, jika ia membukanya ia akan langsung bertatap muka dengan pelaku. Tetapi, ia menyadari bukan dia yang harus berada di dalam. Tapi si brengsek yang tak bertanggung jawablah yang harus masuk dan menanganinya.

Lalu, ia berjalan menjauh menemui Daniel untuk bertanya. "Bagaimana? Apa katanya?"

"Ia tidak menjawab satu pertanyaan pun. Dan ia malah terus-terusan mengajak bergurau." Jelas Daniel.

"Dugaanku, ia tidak sendiri menggelapkan dana sebesar itu. Dan sepertinya ia bersekongkol dengan orang. Karena kami menemukan ia terakhir di pusat pembelanjaan di London." Jelasnya lagi.

"Kenapa kau mengatakan ini?" Tanya Twan.

"Ini masih dugaan, sir. Saya akan memastikan secepatnya. Dan menurut pernyataan Johanes Lee, ia sempat terbang ke Thailand sebelum ke London. Tapi.." Johanes Lee, detektif yang juga di sewa Twan untuk mengurus latar belakang dan keluarga pelaku.

"Tapi apa?" Desak Twan menunggu jawaban Daniel.

"Ia tidak bertemu siapa-siapa di sana." Jawab Daniel ragu.

"Lalu?" Twan menaikkan sebelah alisnya menunggu kelanjutannya.

"Ia hanya pergi ke makam. Lalu paginya ia terbang ke London." Ujarnya.

"Lalu alasannya menggelapkan dana, apa?!" Marah Twan. Ia tak habis pikir dengan pria idiot itu.

Adiknya pernah berkata, 'Zack satu-satunya orang yang tidak pernah meminta libur. Karena setiap ditanya kemana keluarganya ia akan menjawab, keluargaku sudah berkumpul dan bahagia di sana.'

Lalu alasannya apa pria idiot itu menggelapkan dana sebesar 200 juta. Padahal, uang sebesar 200 juta bisa digunakan Naik Haji dua orang atau bahkan tiga orang plus saku hajinya.

Tapi untuk pria idiot seperti ini mana tau tentang Naik Haji, ck.

"Terus pantau dia. Lalu bagaimana dengan si brengsek tak bertanggung jawab itu?" Tanya Twan sarkatis.

"Ia sedang berada di South Korean bertemu dengan calon adik ipar anda, Mr." Ujar Daniel memberitahu Twan.

"Cih, dan bahkan disaat genting seperti ini mereka malah asik berkencan. Yang benar saja." Gerutu Twan.

👄👄👄👄

Christina dan Richo sedang bergurau meledek Sarah. Karena respon Sarah yang lucu dengan mengerucutkan bibirnya atau membulatkan bola matanya membuat mereka berlomba-lomba meledek Sarah.

"Ah, tau lah kalian menyebalkan." Sebal Sarah lalu sibuk dengan komputernya. Sedangkan Richo tidak ada habisnya meledek Sarah dengan menggoyang-goyangkan kursi yang Sarah duduki.

Christina yang melihat pun tersenyum melihat interaksi mereka berdua. Pasalnya Richo memang sedang tahap pendekatan dengan Sarah. Tapi karena Richo Sering tarik ulur membuat Sarah jadi gerah dan tidak meresponnya.

"Eh, tau tidak, ada film horror terbaru lho. Judulnya Jalangkung. Nonton yuk akhir pekan ini." Ajak Christina pada Sarah dan Richo.

"Kerjain dulu projek lho, baru bersenang-senang  nonton film kek, shopping kek, nongkrong di cafe kek." Ujar Richo mengingatkan Christina projeknya.

Sarah yang mendengar pun lantas mengangguk-angguk menyetujuinya. "Gak usah tegang, kerja itu juga butuh hiburan." Gumam Christina dengan sebal.

"Cielah ngambek, Kita download in deh biar lo nonton dan nggak ngambek." Ujar Richo merayu Christina.

"Emang udah keluar bajakannya?" Tanya Christina sambil berbalik menatap Richo.

"Enggak bajakan tapi trailer. Bwa-ha-ha." Richo tertawa keras sampai teman-temannya memusatkan perhatiannya pada Richo.

"Ups, sorry." Ujarnya pada mereka semua. Christina berdecak sebal dan mengalihkan pandangannya pada komputer melanjutkan projeknya.

Saat ini Christina sedang mencari biodata Laki-laki gila yang mencuri ciuman pertamanya di depan restoran di internet. Tidak banyak juga sih yang didapat. Hanya informasi umum. Seperti nama lengkap, tanggal/bulan/tahun lahir, kewarganegaraan, ayah Ibunya, pendidikan, dan prestasi.

Tapi yang dipertanyakan oleh kepala Christina adalah KENAPA TIDAK ADA RIWAYAT MENINGGAL PRIA ITU???

Christina mengundo pencariannya dan kembali mengetik di kolom pencarian 'Proses Melahirkan si Twan'. Wanita Gila. Ya, mungkin itu julukan yang pas untuk Christina.

Saat halaman google menampilkan prose melahirkan anak, Christina menggeleng. Bukan itu yang dia cari lalu dia mengclose halaman tersebut beralih ke ms.word. Harusnya saat jadwal wawancara dengan dia tiba aku harus bertanya, 'Bagaimana cara dia keluar dari rahim Ibunya?'

"Aw!" Christina memekik karena orang yang duduk dibelakangnya memukul kepalanya ke depan.

"Ada apa?! Kau gila!" Ketus Christina setelah menoleh kebelakang melihat Richo. Sang teman pun menggeleng dan menunjuk komputer Christina dengan dagu.

"Kau gila atau idiot? Bagaimana bisa kau bertanya pada google Proses Melahirkan Twan. Ah, yang benar saja! Harusnya kau bertemu dengan nyokapnya." Balas Richo sarkatis.

"Ah, kau benar juga. Aku harus membuat janji dengan Ibunya untuk diwawancarai." Richo menggelengkan kepala mendengar ucapan Christina.

"Kau memang gila. Bahkan kau idiot." Ejek Richo sarkatis.

Christina mengacuhkan ejekan Richo dan kembali fokus pada ms.wordnya yang harus ia ketik rapi mengeni pria gila itu.

Tbc.

Your LipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang