Lips | 6

0 0 0
                                    

"Puaskan aku diranjang."

👄👄👄👄

Pukul 23 p.m pesta telah usai. Wanita itu terlalu lelah untuk duduk di sofa hingga tertidur. Twan yang berdiri tidak jauh dari sofa mengamati wajah wanita yang tidak diketahui namanya tersebut.

Ah, mungkin saat ia terbangun ia harus menanyakan nama wanita itu. Batinnya.

"Kenapa aku memikirkan nama wanita itu?" Runtuknya pada diri sendiri.

"Ah, lupakan saja." Twan berjalan menjauh dari sofa meninggalkan Christina.

Ia membuka pintu kamar tamu yang berada di lantai dua. Berjalan ke dalam kamar tersebut dan mengamati isinya. "Haruskah aku memindahkan ia ke sini?"

Ia berjalan keluar kamar dan menuruni tangga. Twan berdiri di hadapan Christina sambil memperhatikan wajahnya lagi.

Lalu ia mengendong tubuh bodygoals milik Christina ala bridal style ke kamar tamu yang ia datangi tadi.

Ia meletakkan tubuh Christina dengan hati-hati di atas ranjang. Ia berdiri di samping ranjang tersebut untuk mengamati wajah Christina ketiga kalinya.

Wanita yang unik. Batinnya setelah lama memandang.

Ia berjalan keluar dan menjauhi kamar tersebut saat dering ponsel handphonenya terdengar. Ia buru-buru merogoh kantung celananya dan segera menjawab panggilannya agar tidak menganggu tidur Christina.

"Hello?" Sahutnya pada sang penelepon.

👄👄👄👄

Twan menaiki tangga satu per satu dengan langkah yang tegap menuju lantai dua villa yang mengadakan pesta semalam. Ia ingin mengetahui kondisi wanita yang tidak ia ketahui namanya semalam, apakah sudah bangun dari mimpi indahnya? Atau masih nyenyak dalam petualangan mimpinya? Entah, ia tidak tahu dan sekarang apa harus memastikannya.

Ia berjalan ke sudut ruangan untuk menyibakkan gorden yang menutupi jendela keluar masuknya sinar matahari ke ruangan tersebut.

"Engh.."

Suara erangan dari bibir tipis milik Christina mulai terdengar saat sinar matahari mulai masuk ke dalam kamar dan merusak suasana tidurnya.

Twan yang berdiri di samping jendela pun mengamati pergerakan wanita itu. Perlahan-lahan kesadaran Christina mulai hadir.

Dan saat Christina sudah sepenuhnya sadar, ia terperajat kaget dengan kehadiran Twan. "Kau?!"

"Ada apa? Ke-Kenapa kau.. ada di-sini?" Ujarnya gugup dengan menduduk dirinya di ranjang empuk.

Twan menaikkan sebelah alisnya menatap tajam Christina. "Kau.. bertanya padaku? Sadarlah, kau ada di mana?" Ujarnya dingin.

Christina menatap sekelilingnya, ia merasa asing dengan ruangan yang ditempatinya. "Ini.. dimana?"

"Kau pikir?" Ujarnya sinis.
Mendengar kesinisan dari Twan, ia mulai mengingat kejadian tentang semalam.

"Ah, aku ingat! Ini.. di-villa semalam, kan?" Ujar Christina mengingat kejadian semalam.

"Maaf. Aku merepotkanmu."

"Sangat." Sahut Twan dengan cepat. Christina menduduk karena kecerobohannya sampai ia tertidur di sofa yang ia duduki semalam.

"Pergi mandi! Ku tunggu kau di bawah." Kata Twan dingin dan berjalan keluar kamar meninggalkan Christina yang sedang mencerna kata-kata yang barusan di ucapkan Twan.

👄👄👄👄

"Ehm."

"Duduk!" Suara dingin Twan yang menggema di sudut ruangan dapur saat ia menyadari kehadiran Christina dengan deheman.

Christina dengan gugup menarik kursi dan duduk di depan meja makan.

Twan berjalan dari balik meja pantry ke arah meja makan dengan membawa dua piring daging ikan tuna yang ia masak.

"Makanlah. Setelah makan akan ku antar pulang." Ujarnya lembut sambil meletakkan makanannya di hadapan Christina dan di hadapannya.

Christina mengangguk dan mencerna perkataan Twan. Twan yang melihat Christina sedang memikirkan perkataannya kembali menyahut. "Apa kau ingin tinggal di sini dan berniat tidak pulang ke rumahmu?"

Dengan cepat Christina menggeleng. "Tidak, Aku ingin cepat pulang."

Twan mengangguk melanjutkan sarapan paginya.

Hening.

Christina mulai memikirkan pekerjaannya tentang wawancara dengan Twan. Ia dengan sedikit gugup memulai pembicaraan dengannya.

"Ehm. Twan." Twan menjawab dengan dehemam saat Christina mulai berbicara.

"Bolehkah aku minta bantuan?" Tanya Christina dengan keberanian. Walaupun sebenarnya jantungnya berdetak sangat kencang.

"Aku tidak tahu namamu." Sahut Twan.

"Ah, Iya. Aku hampir lupa. Namaku Christina Schulman. Aku tau namamu, jadi kau tidak usah memperkenalkan dirimu."

"Aku juga tidak berniat memperkenalkan diriku. Kau pasti sudah tau. Tidak hanya kau, pasti sebagian orang kenal dengan diriku."

Kristina mendengus sebal mendengar rasa percaya diri yang dimiliki Twan."Kau belum menjawabku, Twan."

"Apa?" Sahut Twan cuek.

"Bisakah aku mewawancaraimu?" Twan mengangkat sebelah alisnya mendengar permintaan Christina.

"Ini menyangkut pekerjaanku. Aku diberi projek untuk menuliskan tentang perusahaan IT milikmu di Frankfurt. Bisakah kau membantuku?"

"Imbalannya apa?" Twan masih melanjutkan makannya tanpa menoleh ke arah Christina.

"Em.. Apa ya? Aku tidak tahu, jika aku akan membayarmu pasti kau akan menolaknya dan menertawakanku. Jadi.. kau minta apa sebagai imbalannya? Mermaid?"

Twan menggelengkan kepalanya mendengar usulan Christina. Twan memikirkan imbalan yang cocok untuk Christina. Ia memincingkan matanya menatap Christina.

"Aku punya ide. Kau harus mengiyakan atau aku tidak ingin melakukannya untukmu." Christina terdiam menunggu ucapan Twan selanjutnya.

"Puaskan aku diranjang."

"Hah?!" Christina menganga dan membulatkan kedua bola matanya saat mendengar ucapan Twan.

Jeng-jeng-jeng
Diajakin enak-enak tuh mbak, gaskeun.. wkwkwkwk ups! Author ngarang gak takut dosa emang. Namanya kaum milenial dh banyak pergaulan yg macem tuh. Langsunglah next ajaa..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your LipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang