Chapter one (academy?)

325 12 0
                                    

--Rosella POV

"ROSELLA KAMU DENGAR TIDAK!!"teriak uncle Sam yang menggelegar. "Sudah berapa kali uncle bilang, hati-hati! Beruntung aunty menguasai sihir penghilang ingatan. Uncle tak mau tahu lagi, mulai sekarang uncle akan memasukan kamu ke academy venus dan TIDAK ADA BANTAHAN,"sambung uncle Sam dengan menekankan tiga kata terakhir.

"Tapi uncle.." Ucapanku terpotong oleh tatapan tajam uncle Sam. Sementara aunty Eve hanya diam saja sambil menyibukan diri dengan rajutannya. Sial, kalau sudah seperti ini aku tak bisa apa-apa lagi, batinku mengeluarkan seribu upatan.

"Bersiaplah, lusa kau berangkat,"putus uncle Sam sepihak.

*****

Akhirnya hari ini datang juga, aku, uncle Sam, dan aunty Eve berada dalam satu mobil yang akan membawaku ke academy venus. Setelah melewati perkotaan yang padat, kini kami melewati pepohonan yang rimbun dan bisa ku tebak bahwa tempat ini semacam hutan yang cukup mengerikan. Semakin lama, kami semakin memasuki rimbunan hutan ini. Sinar matahari nampak sulit untuk menembus tempat kami sekarang. "Uncle tak salah jalan kan?" Tanyaku memecah keheningan dan hanya dibalas gumaman lirih uncle Sam yang tetap fokus mengemudi. Sementara itu, aunty Eve yang duduk disamping Uncle Sam sudah tertidur sejak masih diperkotaan tadi. Suara dengkuran pelan menandakan betapa lelap tidur aunty Eve.

Setelah enam jam melakukan perjalanan akhirnya kami tiba disebuah lahan luas yang kosong. Uncle Sam menghentikan mobilnya dan mengeluarkan semacam ranting dengan ujungnya yang dihiasi gliter. Beberapa saat kemudian uncle Sam mengatakan sesuatu yang asing, tiba-tiba lahan yang semula kosong kini berdiri dengan kokoh bangunan kuno klasik. Dari depan bangunan ini nampak menyeramkan. Saat akan memasuki gerbang kami dicegat oleh seseorang berbaju besi. Setelah bercakap-cakap sebentar dengan uncle Sam, orang itu seperti memberi isyarat keatas. Tak berselang lama, pintu gerbang terbuka, uncle Sam mulai menjalankan kembali mobilnya hingga kami tiba didepan sebuah bangunan yang kuduga sebagai bangunan utama.

Mentari senja kini menyinariku saat aku keluar dari mobil. Uncle Sam kini sedang mengeluarkan koper-koperku. Kutatap lagi bangunan ini, keramik putih gading nampak kontras dengan pilar-pilar berwarna abu-abu yang menampakan kesan suram. Namun kuakui bangunan ini nampak terawat sempurna meskipun tidak bisa menutupi umurnya yang kuperkirakan lebih dari seabad.

"Welcome to academy venus,"ucap seseorang yang tiba-tiba ada dibelakangku. "Apa aku mengejutkanmu? Sorry," lanjutnya tersenyum ramah. Kuakui aku memang terkejut, aku tidak sadar ia ada dibelakangku. "Miss. Giovani?".

"Yes, sir.." Jawabku terdiam karna jujur aku tak tahu siapa lelaki separuh baya didepanku yang kini menatapku lekat-lekat.

"Hadson Roff, you can call me Mr. Roff," entah kenapa ia menjawab seakan ia tahu pikiranku. "Silahkan ikut saya, akan saya antar ke ruangan kepala sekolah. And untuk kopernya.." Mr. Roff membacakan sesuatu yang asing dan tiba-tiba koper-koper itu menghilang. Aku sedikit terkejut dengan hal itu. Tanpa sadar yang lain telah meninggalkanku. Aku segera berlari untuk menyusul mereka. Kami berjalan melewati beberapa lorong dan tangga melingkar. Kini tibalah kami didepan pintu berwarna emas dengan ukiran-ukiran yang cantik. Mr. Roff mengetuk pelan pintu tersebut lalu terdengar suara menyuruh kami masuk.

Begitu masuk keruangan ini, suasana terasa hangat dan nyaman tidak seperti lorong-lorong yang kami lewati tadi terkesan dingin. Dibagian kanan ruangan terdapat sofa cream setengah melingkar yang nampak begitu nyaman. Dibagian kiri terdapat rak-rak buku tersusun rapi seperti perpustakaan kecil. Sementara dibagian tengah terdapat meja agak besar dengan dua kursi didepannya dan satu kursi putar dibelakang meja yang kini diduduki oleh seorang lelaki paruh baya. Lelaki tersebut tersenyum ramah menyambut kedatangan kami.

Namun tiba-tiba muncul sebuah pedang perak keunguan ditangan lelaki tersebut dan dalam satu kedipan mata lelaki itu menyerang uncle Sam. Refleks aku langsung memeluk tangan aunty Eve disampingku. Saat aku menengok ke arah uncle Sam terlihat pedang perak kehijauan ditangan uncle Sam menahan serangan lelaki tersebut. Keheningan menguasai ruang ini. Tampak pula Mr. Roff yang terkejut dengan apa yang ada didepannya. Aku semakin mengeratkan peganganku ditangan aunty Eve dan bersembunyi dibelakangnya. Suasana mencekam semakin membuatku merinding. Hingga suara aunty Eve memecahkan suasana ini. "Bisakah kalian bersikap dewasa, lihatlah Rosella sampai ketakutan melihatnya."

Semua mata kini memandangku yang masih bersembunyi dibalik punggung aunty Eve. Kini lelaki tersebut mulai tertawa terbahak-bahak. Sedangkan keduan pedang tadi telah menghilang. Lelaki tersebut masih tertawa hingga uncle Sam mengatakan sesuatu yang membuatnya terdiam. "Dia belum pernah melihat pertarungan sihir."

"Kau serius?" Lelaki itu memandangiku dengan kerutan didahinya yang bertambah.

"Aku mengajarinya untuk hidup seperti manusia, tapi.." Ucapan uncle Sam terhenti dan kini uncle Sam sedang menatap tajam kearah mata lelaki tersebut.

"Bagaimana bisa? Apa yang mereka inginkan?" Ucap lelaki tersebut membuatku bingung.

"Kau tahu aktivitasku seperti manusia tidak memungkinkanku untuk menjaganya 24 jam, jadi.." Lagi-lagi uncle Sam terhenti dan entah mengapa aku merasa lelaki tersebut mengerti maksud dari uncle Sam meskipun ia tak mengucapkannya. Beberapa saat mereka terdiam dan hanya saling menatap. Aku menduga mereka pasti berbicara lewat mind link. Aku sebal jika sudah melihat orang melakukan mind link terutama uncle Sam dan aunty Eve, mereka sering melakukannya akhir-akhir ini. Aku mulai menekuk wajahku menandakan aku kesal. Uncle Sam melirikku sebentar dan tersenyum tipis lalu kembali memandang lelaki tersebut.

"Baiklah, aku mengerti," ucap final lelaki tersebut mengangguk-anggukan kepalanya. "Oh, aku lupa belum memperkenalkan diri. Namaku Leonardo Smith, you can call me Mr. Smith. Oh no no, special for you call me uncle Leon. And for information aku kepala sekolah disini," ujar uncle Leon tersenyum genit.

"Ingat umurmu Leon," saut aunty Eve sinis. Jika boleh jujur aku belum pernah melihat aunty Eve berbicara sinis kepada siapapun. Bukannya marah uncle Leon malah tertawa terbahak-bahak.

"Kau masih saja selalu sinis padaku, Ev," uncle Leon nampak menggeleng-gelengkan kepalanya. "Mr. Roff bisakah kau antarkan Rosella ke kamarnya!"

"Eh, baik sir"

*****

"ini dia kamarmu," Mr. Roff membukakan sebuah pintu putih dengan nomor 1412. "Kopermu sudah didalam kau bisa langsung menata barang-barangmu. Oh, dua jam lagi aku akan menyuruh salah satu murid menjemputmu untuk makan malam. Aku yakin kau belum tahu tempatnya," ucap Mr. Roff sebelum menutup pintu kamarku dan meninggalkanku sendirian dikamar yang akan menjadi miliku selama aku sekolah disini.

Kupandangi kamarku kini yang dominan dengan warna putih. "Aku tidak suka putih," sebuah suara yang terkesan menyeramkan muncul begitu saja dipikiranku. " Bisakah kau diam, aku pusing," aku memutuskan mind link sepihak. Aku yakin pasti dia kesal.

Aku memandang koper-koper hitamku yang nampak kontras dengan ruangan ini. Kubuka koperku dan mulai menata baju-bajuku disebuah lemari yang menempel didinding. Setelah selesai aku merebahkan badanku ke kasur ukuran queen size yang lagi-lagi berwarna putih. Aku tak suka ini, batinku mendengus. "Bisakah kita ganti dengan warna hitam," lagi-lagi suara itu menggangguku. "Oh, tentu bisa," ucapku sarkas dan hanya dibalasnya dengan dengusan.

Tok, tok, tok, terdengan suara ketukan pintu yang mengharuskanku untuk bangkit dari kasurku ini.

"Hei, aku Karen Hanagawa...

My adventure in academyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang