Chapter three (setan!!!)

170 13 0
                                    

Rosella POV

Kuabaikan keberadaan Aidan yang mengikutiku dan tetap melanjutkan langkahku menuju kantin. Saat hampir sampai dikantin terlihat segerombol siswa yang memenuhi jalan. Kuterobos mereka dengan santai. Ketika aku sudah keluar dari gerombolan itu, ada sebuah tangan yang membekap mulutku kemudian ia membawaku dengan paksa. Aku dituntun untuk melewati lorong dan tangga yang sepi. Akhirnya aku sampai diatap gedung ini. Orang yang membekapku melepaskanku. Aku segera berbalik dan berniat untuk memberinya tatapan tertajamku. Namun ketika aku melihat wajahnya,

"Kau.." Aku terdiam sesaat memandangi wajahnya. "Aku bertemu setan," ucapku pelan yang dihadiahi jitakan dikepalaku. "SAKIT!!!" Teriaku tepat ditelinganya.

"Astaga, kenapa mulutmu masih saja seperti toa," ucapnya sambil mengelus-elus telinganya. Aku mulai menekuk wajahku pertanda aku kesal. "Oh, ada yang merajuk nih," godanya sambil mengelus lembut kepalaku. Aku masih diam saja. Tepatnya aku ingin lihat usahanya lebih. "Silla cantik," hanya dia didunia ini yang menanggilku silla. "Rosella Giovani, cewek paling cantik, imut, baik hati, suka menolong, rajin menabung," rayunya dengan tangan kirinya merangkulku dan tangan kanannya mengelus lembut pipiku. Aku yang mendengarnya langsung tertawa lepas.

"Udah ah, aku capek tertawa," aku mengalihkan pandanganku ke depan menikmati pemandangan academy venus ini. Tiba-tiba dari perutku terdengar suara orang kelaparan. Orang disampingku langsung tertawa terbahak-bahak. Aku mengerucutkan bibirku sambil berkata "Ini salah Atha tadikan aku mau ke kantin, lapar." Aku menggunakan nada yang manja dan memasang muka memelas. Atha, orang yang menculikku ini terdiam sebentar.

"Kau mau makan apa?" Aku mengernyitkan dahiku dan mengangkat bahuku pertanda bingung. "Huh, baiklah terserah aku saja ya," ucapannya menambah kebingunganku. Setelah terdiam cukup lama, ia memandangku dan mulai melakukan aktivitas seperti tadi, merangkul dan mengelus pipiku. "Sudah beres," aku hanya geleng-geleng kepala tanda tak mengerti.

Tak berapa lama kemudian, muncul seseorang beraura hitam mendekati kami. Ia membungkuk sebentar kearah Atha dan memberi sebuah bungkusan. Sebelum ia pergi, ia membungkuk lagi kearah Atha. Dapat kulihat jelas ketakutannya saat berhadapan dengan Atha. Bukan itu saja, kulihat ekspresi Atha yang semula hangat berubah dingin saat pria itu datang dan kembali hangat saat pria itu pergi.

"Dasar bodoh, apa kau lupa siapa Athamu itu," suara King terdengar sangat mengejek. Aku baru ingat cowok yang ku panggil atha ini memiliki nama lengkap Nathanial Blackstone. Sudah lima generasi klan hitam yang dipimpin keluarga Blackstone. Pantas saja pria tadi ketakutan dengan athaku.

Sementara aku melamun, kulihat Atha sudah menyiapkan makanan di depanku. Atha mulai melihatku dan mengernyit bingung. Kuletakan punggung tanganku didahi Atha dan berkata "Normal kok." Atha yang tahu arah pembicaraanku langsung mencubit kedua pipiku sembarangan. "Atha, sakit," rajukku dengan kedua tanganku mengelus pipiku yang mulus.

"Aku masih normal jangan pikir yang macam-macam," dengusnya, lalu langsung memulai makan makanan yang diberikan pria tadi. Aku mengedikan bahuku tak acuh dan mulai makan pula.

"Sil, kamu kamar berapa?" Atha mulai memecahkan keheningan setelah makan. Bukannya menjawab aku malah menaruh sebelah tanganku didagu khas orang berpikir. "Silla?" Atha mulai tak sabaran.

"Rahasia, entar kalau Silla kasih tahu Atha ganggu Silla mulu sih," ucapku dengan mengibaskan rambutku kebelakang.

Atha mendengus sebal, " Ayolah, Silla imut."

End Rosella POV

*****

Nathanial POV

Tak terasa sudah sebulan Silla berada diacademy ini. Aku bersyukur akan hal itu, setidaknya ada tempat untukku menunjukan diriku sebenarnya. Mungkin Silla juga menyadarinya, aku selalu bersikap dingin kepada orang lain bahkan gelar pangeran es langsung melekat padaku beberapa hari setelah aku memasuki akademy ini. Aku tak menampik itu semua, bagaimanapun juga aku adalah leader penerus klan hitam. Klan hitam terkenal akan aura kekejaman mereka. Aku harus bisa memberi teladan bagi klan hitam. Tapi entah mengapa, tekatku itu tak bisa berlaku bagi Silla. Aku tahu dia dari klan putih yang memiliki aura penenang, berlawanan dengan auraku. Dulu aku berpikir, auraku tak berlaku padanya karena ia berasal dari klan putih. Tapi saat aku bertemu klan putih lainnya mereka terpengaruh auraku. Sampai saat ini aku tak mengerti.

My adventure in academyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang