Chapter eight (dia mateku)

10 0 0
                                    

Rosella POV

Suara itu semakin dekat. Dapat kulihat sesosok manusia berbadan tegap dan gagah mendekatiku. "Apa yang kau lakukan disini?" Ia bertanya dengan nada curiga.

Jantungku berdegup kencang. Aku berusaha memakai kembali poker faceku dan menjawab "Bukan urusanmu," aku berdiri ingin pergi menjauh tapi lenganku ditahan. Kutatap tajam Xavier, orang yang memergokiku.

"Kau," ucapnya terdiam sesaat. Kulihat dia juga menatapku dengan tajam sebelum menyambung ucapannya tadi "Siapa kau sebenarnya?"

Seketika keheningan melanda kami. Angin malam semakin kencang meniup hawa dingin hingga terasa ditulang. Bulan purnama nampak malu mengintip kami dibalik awan. Aku memilih untuk menghempaskan tangannya dan berlalu. Akan tetapi dia tak menyerah. Dia bergerak cepat dan kini telah berdiri didepanku.

"Aku tahu kau bukan sembarang orang," tatapannya sangat tajam seakan ingin mengulitiku dari atas hingga kebawah untuk menggali informasi. "Siapa kau sebenarnya?" Ulangnya untuk kedua kalinya.

Kutatap ia tepat dimatanya. Sekilas memori menyeruak dihadapanku. Sudut bibirku sedikit terangkat membentuk senyum mengejek. "Menyedihkan," satu kata terucap dariku. Dapat kulihat dia mematung seakan mengerti maksud kataku.

"SELLA" teriakan Karen menghentikan debat 'kecil' kami. "Ih aku mencarimu kamu .. bla bla bla.." ocehan Karen pun langsung terdengar tanpa putus.

Beberapa hari kemudian aku telah kembali ke academy. Suasana pun sudah kembali normal, meskipun begitu aku tak melihat batang hidung gadis tersebut. Dari rumor-rumor yang kudengar Athaku memenjarakannya di penjara wilayah khusus klan hitam, selain itu ia juga menyegel kekuatan gadis itu. Aku belum sempat bertanya pada Atha karena kami belum sempat bertemu sejak aku kembali ke academy. Sepertinya ia tengah disibukan urusan sebagai leader klan hitam. Aku cukup mengerti akan hal itu dan memutuskan untuk tak mengganggunya. Hari-hariku di academy akhirnya berjalan normal. Tugas menumpuk, ocehan Rachel, penguntit Aidan, dan sebagainya. Akan tetapi, aku merasa ada yang mengganjal.

"Giov, bodoh sekali jika kau memikirkan gadis itu," ejek King terdengar jelas dikepalaku. "Dia bukan siapa-siapa." Aku dapat merasakan nada ketegasan dikalimatnya.

"King, kau tahu bukan dulu seperti apa diriku." Helaan nafas terdengar agak keras dariku. "Dulu aku mempunyai segalanya tapi kini aku bukan siapa-siapa lagi," aku merasa King sedang termenung didalam sana. "Bukannya aku tak mengikhlaskan semuanya. Tapi ini terlalu menyakitkan. Dulu aku selalu bertanya-tanya untuk apa rasa sakit diciptakan didunia. Saat itu, aku benar-benar tak mengerti. Namun setelah semua yang menimpaku. Kini aku mengerti untuk apa rasa sakit itu ada." Aku menghentikan perkataanku sejenak. "Rasa sakit ada karena.."

End Rosella POV
*****
Nathanial POV

Tumpukan kertas berisi laporan-laporan masih terlihat menggunung meskipun telah kukerjakan tanpa henti. Aku berhenti sejenak dan sedikit memijat kepalaku yang terasa pening. Seharusnya aku menemui Silla sejak ia kembali ke academy. Akan tetapi, apa daya aku dengan tugas yang terus menumpuk.

Tok,tok,tok

"Masuk," ucapku penuh wibawa.

"Ma.. maaf Leader, ada masalah di kartzela." Seorang pemuda beraura hitam berbicara dengan gugup dihadapanku. Seketika aura hitam mencekam keluar dari tubuhku. Tak ku acuhkam pemuda didepanku itu dan berlalu meninggalkan ruangan. Entah kenapa firasatku mengatakan ada hubungannya dengan Claudy sialan itu.

Dapat kulihat Peter, salah satu tangan kananku, telah menyiapkan pegasusku. Tanpa basa-basi aku langsung menaikinya. Seakan mengerti pikiranku pegasusku, Sam, meluncur dengan kecepatan maksimal menuju penjara khusus klan hitam, kartzela.

Para penjaga kartzela tertunduk memberi hormat ketika melihatku datang. Masih dengan aura intimidasiku aku memasuki kartzela membuat semua orang memberi jalan kepadaku tanpa komando. Aku langsung menuju penjara bawah tanah tempat aku memenjarakan wanita gila itu. Bau anyir dan cahaya temaram menyambutku pada langkah pertama aku memasuki penjara bawah tanah ini. Dari kejauhan aku melihat seseorang berjubah coklat berdiri didepan suatu sel. Aku melangkah mendekat kearahnya tapi semakin aku mendekat bau anyir yang mendominasi penciumanku terkalahkan oleh bau vanila dan coklat. Bau yang bisa membuatku mengerahkan kosentrasiku dengan maksimal agar aku tidak segera menerkamnya. Langkahku terus berjalan dan kini aku dapat melihat seorang gadis lain yang tertunduk ketakutan.

Aku mendekati orang bertudung itu. Tiba-tiba ia berbalik dan langsung memukulku dengan keras.

End Nathanial POV
*****
Rosella POV

Entah setan apa yang merasukiku hingga aku melangkahkan kakiku ke tempat ini. Suasana mencekam menyambut tiap langkahku dalam pencahayaan yang minim ini. Diujung tempat yang penuh jeruji besi ini, aku melihat seorang gadis dengan luka diseluruh tubuhnya. Mungkin bila ia tidak memiliki darah bangsawan aku yakin dia telah mati mengenaskan. aku terdiam dan terus menatap gadis didepanku ini dengan tajam. tak berselang lama, aku mendengar suara langkah gemetar menuju kearahku kini.

"Si..siapa kamu?" nada ketakutan terdengar pilu ditelingaku. Tak kuacuhkan gadis dibelakangku ini dan terus menatap orang dibalik jeruji. "Kau... Kenal adikku?" meski tak setakut tadi, aku masih bisa mendengan nada pilu dari suaranya.

"Kakak," suara yang lirih bahkan  terkesan bisikan terdengar dari gadis dibalik jeruji ini.

"Claudy, maafkan Kakak," dengan isakan kecil gadis itu mencoba meraih Claudy yang ada dibalik jeruji.

"Ini bukan salah Kakak, justru aku yang minta maaf. Maaf aku bertindak gegabah, aku tak bisa melihat kak Laura seperti ini. Selama ini Kak Laura sudah cukup bersabar dengan sikap Leader, tapi..." kata-katanya terputus oleh suara batuknya. Dapat kulihat dengan jelas darah segar mengalir dari mulutnya.

"Apa hubunganmu dengan Nathanial Blackstone?" Setelah sekian lama akhirnya aku mengeluarkan suara.

"KAMU.." batuh darah kembali menyerang Claudy.

"CLAUDY!" Laura semakin histeria melihat banyak darah yang dikeluarkan Claudy.

Tak kuacuhkan kejadian barusan dan mengalihkan pandanganku yang tajam ke arah Laura. "Apa hubungan kalian?"

"Di,dia ... mateku," ucapnya lirih tapi dapat kudengar dengan baik.

Keheningan kembali menyerang dan berakhir ketika suara langkah tergesa-gesa menuju kami. Aku kembali memandang Claudy dengan tatapan kosong hingga suara langkah itu berjarak satu langkah aku berbalik dan langsung melayangkan sebuah pukulan. Tatapan kaget terpampang jelas disetiap muka tak terkecuali orang-orang yang mengikuti sang pemilik langkah tadi. Aku menatap mereka masih dengan tajam. Perlahan tudung yang kupakai aku buka, "Bebaskan dia dan panggil dokter!" Suara dingin tak luput kukeluarkan. Mereka mulai saling pandang dan berakhir memandang sang leader mereka, Nathanial Blackstrone. Akan tetapi, ia justru mebuang muka seakan berkata lakukan saja. Kepala sipir mulai mendekat dan mengeluarkan Claudy. Disampingku Laura berusaha menahan tangisnya sehingga hanya menimbulkan isakan kecil. "Ikut aku!" Tanpa basa basi aku menarik tangan Laura berjalan melewati Natha dan mengikuti arah Claudy pergi.

Tak berapa lama kemudian, kami sampai dipusat pengobatan klan hitam. Claudy telah diperiksa dan sekarang terbaring diatas ranjang putih dengan perban hampir mengelilingi seluruh tubuhnya.

"A, anu..."

End Rosella POV

My adventure in academyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang