Chapter five (sakit)

121 8 0
                                    

Rosella POV

"Ros, arahkan tanganmu ke dia dan ucapkan swasrata," teriak Aidan terdengar jelas ditelingaku. Tanpa pikir panjang aku mengarahkan tanganku kearah Claudy.

"Cih, mantra selemah itu tak bisa melumpuhkanku." Ucapnya dengan sombong.

Aku tak acuh dengan ucapannya, tanganku masih mengarah padanya dan "Swasrata."
Seketika cahaya putih keluar dari tanganku dan menyerangnya. Sekilas sihir itu seperti sihir pada umumnya, tapi memiliki efek yang berbeda. Gadis yang bernama Claudy terbaring tak sadarkan diri dengan luka sayatan disekujur tubuhnya.

Tubuhku bergetar, "King." Aku memanggil King dengan suara lemah. "Bersikaplah tenang," aku dapat merasakan kegelisahan King meskipun dia menenangkanku. "Bagaimana aku bisa tenang," suara gemetaran tak luput dariku.

"Ros," panggil seseorang dengan raut wajah begitu khawatir.

Seketika sekelibat bayangan tentang masa laluku terlihat. Aku berteriak-teriak agar dia tak mendekat. Aku tak peduli siapa barusan yang memanggilku. Aku merasa ada yang memeluku berusaha menenangkanku, tapi bayangan masa laluku mengalahkan semuanya. "Menjauh dariku, Qwe!" Aku berteriak tak jelas. Aku merasa orang didepanku bertambah khawatir serta bingung. Ia kemudia berdiri digantikan oleh seseorang yang tetap kuteriaki untuk menjauh.

"Silla, ini saya desilla. Tak akan saya biarkan seorangpun menyakiti Silla. Saya mohon tenanglah," suara itu, Atha. Aku melihat kearahnya, lalu memelukan dengan erat sebelum kegelapan merenggutku.

End Rosella POV
***
Aidan POV

Pagi ini terasa melelahkan untukku. Masih teringat dikepalaku saat Rosella lebih memilih mengobati si brengsek itu daripada aku, juga saat si brengsek itu menggendongnya tanpa aku bisa berbuat apa-apa. Tapi setelah kuingat lagi, saat Rosella digendongnya aku melihat mukanya sebab seperti orang habis menangis. Apa mungkin...

"Tok,tok,tok.." terdengar suara pintu kamarku diketuk.

"Masuk," ucapku dengan malas.

"Maaf leader, tapi anda harus ikut saya sekarang," tiba-tiba Deon masuk tergesa-gesa dan menarikku dengan paksa.

Aku sempat memberontak tapi setelah kupikir lagi Deon pasti punya alasan kuat untuk bertindak tak sopan padaku.
Tak berapa lama kemudian, dihadapanku terpampang mateku tengah diserang seorang wanita dengan aura hitam pekat. Reflek aku langsung menyerang dinding pelindung yang mengurung mateku dan wanita gila itu. Kukeluarkan seluruh kekuatanku untuk menghancurkan dinding pelindung ini sambil berteriak tak jelas memanggil mateku.

Aku mendengar geraman tegas seorang leader disampingku. Wanita gila itu berhenti sejenak, tapi itu tidak bertahan lama. Aku mencekram kerah Nathan, leader dari klan hitam. "BERANI SEKALI KLANMU MELUKAI CALON LUNA KAMI!!" Bentakku tak terkendali.

"Silla tak tahu satupun mantra penyerang," Nathan mengucapkan hal itu dengan pandangan kosong.
Rasa takut langsung menjalar keseluruh tubuhku. Aku baru saja bertemu mate dalam sebulan, aku tak mau kehilangannya dan terlebih aku tak mau klan merah hidup tanpa lunanya.

Seketika sekelibat ingatan memenuhi otakku dan "Ros, arahkan tanganmu ke dia dan ucapkan swasrata." Aku tak tahu apa Ros mendengarku atau tidak tapi aku melihat ia mengarahkan tangannya kearah gadis gila itu. Mantra pun terucap dari bibirnya dan muncul cahaya putih menyerang gadis gila itu. Aku terdiam tak bergerak melihat kejadian didepan mataku sendiri. Mantra klan putih level rendah dapat diubahnya bagai mantra level tinggi. Dinding pelindung telah menghilang dan aku mulai maju mendekati Ros. Aku memanggilnya tapi "PERGI ! MENJAUH DARIKU!". Ia berteriak-teriak tak terkendali. Hatiku terasa tergores belasan belati, seandainya aku bisa menjaganya ia tak akan seperti ini. Aku mendekat kearahnya lalu memeluknya dengan erat berusaha menenangkannya. Ia terus memberontak hingga aku mendengar sesuatu yang membuatku terkejut.

My adventure in academyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang