Rosella POV
Sepanjang perjalanan Karen masih sibuk mengoceh tak penting. Aku mengabaikannya dan memilih untuk melihat tanaman-tanaman hias disepanjang dinding-dinding yang ku lakui. Dinding sebelah kananku terbuat dari kaca sehingga membuat sinar matahari dapat masuk. Selain itu jendela-jendela besar nampak terbuka, mengirim hawa sejuk kedalam rumah. Tiba-tiba, buk...
"Maaf," suara bariton lembut terdengar dari pria berambut coklat tua pendek. Mata birunya terlihat sangat jernih. Aura biru menyeruak dari tubuhnya.
"Xavier!" Karen berteriak disampingku lalu menghampiri pria itu dan memeluknya dengan erat. Dapat kulihat pria itu seperti tercekik akibat ulah Karen.
"Leader penerus klan biru," aku merasa King menatap Xavier dengan tajam. "Ingat perkataanku tadi?"
"I know, aku tak boleh dekat-dekat dengannya," aku memutar bola mataku dengan malas.
"Sella," rajuk Karen yang sadar kuabaikan tadi, aku hanya menatapnya dengan datar seolah-olah aku tidak melakukan kesalahan sama sekali. "Sudahlah," pasrah Karen dengan helaan napas keras
"Jadi kau yang bernama Sella. Perkenalkan namaku Laxavier Leith, kau bisa memanggilku Xavier. Aku sepupunya Karen." Ia mengulurkan tanganya dan tersenyum tulus.
"Sella," jawabku singkat, padat dan pastinya dingin. Senyum tak terukir diwajahku dan aku juga tak menerima uluran tangannya. Kulihat Karen sedikit menyenggol Xavier memberi kode. Akhirnya Xavier mengerti dan menurunkan tangannya.
Kami terdiam cukup lama hingga Karen memecahkan keheningan ini. "Wah sudah waktunya makan. Ayo makan,makan,makan," Karen mengucapkannya dengan nada seperti anak kecil yang diberi permen. Aku melanjutkan langkahku yang terhenti. "Ih, Sella tunggu," Karen berusaha berjalan sejajar denganku dengan tangan kanannya menggait tangan Xavier.
"Pelan-pelan Karen," ucap Xavier lembut tapi penuh peringatan. Karen menjawabnya dengan cengiran khasnya.
Kami tiba diruang makan dengan seluruh anggota keluarga Karen serta petinggi klan hijau duduk berhadapan dimeja panjang. Tersisa tiga kursi dengan namaku, Karen, dan Xavier. Aku langsung duduk ditempatku, masih dengan ekspresi datarku. Tak berselang lama, para pelayan sibuk meletakkan makanan didepan kami. Semua makanan khas klan hijau disajikan dalam meja ini.
"Ini seperti bukan makan malam biasa," dapat kurasakan King sedikit khawatir. "Untuk apa mereka melakukan jamuan besar seperti ini." Kuacuhkan perkataan King dan mulai makan.
Tak terdengar suara kecuali dari denting alat makan di ruangan ini. Sekitar setengah jam kemudian "Salam klan hijau tercinta!" Seru sang leader klan hijau.
"Salam klan hijau!" Jawab semua orang disini kecuali aku dan Xavier yang duduk disebelah Karen. Sementra itu, disebelahku Karen menjawab seruan itu dengan lantang membuatku memejamkan mata sebentar untuk mengurangi dengungan akibat suaranya.
"Pada malam ini .. bla bla bla .."
Leader klan biru mulai memberikan sambutannya. Sudah kuduga, makan malam formal klan. Berbagai ucapan terima kasih diberikan kepadaku dan hanya ku jawab anggukan tak lupa ekspresi datarku. Bahkan aku sempat mengeluarkan tatapan tajam pada siapa saja yang terlalu berlebih, oh maksudku bukan ucapan terima kasih berlebih. Lebih tepatnya ucapan hanya untuk menarik simpatiku. Aku sadar, semenjak aku melakukan hal 'itu' namaku melambung dan diagung-agungkan di klan hijau. Bukan ini maksudku, aku tak mau menarik perhatian. Hanya .., sudahlah lupakan.Bosan, satu kata yang menghinggapiku saat ini. Seharusnya aku sudah bisa bergelung manja diatas kasur.
Malam semakin larut, denting jam tua diruang ini mengingatkan bahwa hari telah berganti."Giov, kau tak lupa ini waktunya untuk apa bukan?" Tiba-tiba suara King membuyarkan lamunanku.
Ku lihat sekelilingiku. Kami sudah tidak duduk lagi dimeja makan tapi kami berada di ruang tengah yang dipersiapkan untuk perayaan 'kecilan' ini. Kuedarkan pandanganku, semua orang sibuk berbicara satu sama lain. Lalu kulihat pula Karen yang tengah sibuk dengan Xavier. Kesempatanku, dengan langkah tenang aku keluar dari ruangan ini. Aku terus berjalan dengan tenang, disepanjang perjalanan para pelayan maupun penjaga menunduk hormat kepadaku. Entah kenapa aku teringat akan sesuatu.
"Masa lalu hanya masa lalu. Apa yang kau lepaskan jangan pernah berharap untuk kembali," ucap King dengan sadis.
Walau dengan nada sadis aku tahu dia hanya ingin aku tak bersedih karena masa laluku. Kuhapus air mataku dengan kasar. Mengangkat daguku tinggi-tinggi, seakan mengatakan pada dunia aku baik-baik saja.
End Rosella POV
*****
Karen POV"Kenapa wajahmu itu?" Baru kusadari sedari tadi tingkah laku Xavier agak berbeda. Biasanya ia hanya akan begini jika ada masalah. "Katakan padaku ada apa? Siapa tahu aku bisa membantumu? Atau aku bisa meminta bantuan Paman Sam? Cepat katakan? Aku pasti siap membantu, kau.." ucapanku terputus karena Xavier membekap mulutku.
"Bisakah sehari saja kau tidak cerewet, dan ya aku ada masalah tapi aku yakin kau tak akan bisa membantuku," ucap Xavier agak kesal.
"Kau menyebalkan, lebih baik aku dengan Sella saja." Aku memasang muka cemberut dan mengedarkan pandangan mencari Sella. Tapi kenapa aku tak melihat batang hidungnya. Apa mungkin ia sudah kembali ke kamar, batinku agak kesal. Uh, kenapa dia meninggalkanku? Padahal ini kan acara ucapan terima kasih untuknya.
Aku pergi ke kamar Sella dengan menghentak-hentakan kakiku. Aku sangat benci diacuhkan, tapi aku lebih benci jika aku tak boleh menyoceh. Akhirnya aku sampai didepan kamar Sella. Aku membuka kamar Sella dan berteriak memanggilnya. Tapi aku tak mendapatinya dimanapun, ranjangnya, kamar mandi bahkan balkon pun.
Aku keluar dari kamar Sella dengan perasaan tambah kesal. Kulihat ada seorang pelayan lewat, aku memanggilnya dan ia berhenti berbalik menunduk sambil mendekatiku. "Dimana Sella?" Tanyaku to the point. Untuk seorang sepertiku bertanya to the point adalah suatu hal langkah. Aku sempat memuji diriku sendiri karna bisa melakukannya hehehe...
"Maaf nona, sepertinya tadi saya melihat nona Sella ke taman belakang," jawabnya dengan sopan.
"Kau boleh pergi," ucapku sambil berpikir, taman belakang. Ah kenapa dia harus kesana. Tempat itu sangat angker bagiku.
End Karen POV
*****
Death Angel POVSeperti biasa suara tangis kesakitan selalu menemaniku. Sejauh mata memandang kulihat tanah yang tandus berwarna hitam pekat. Bukan karna warna tanah yang berwarna hitam, tapi karena ratusan mayat berdarah hitam diatasnya. Kuambil lyraku dan mulai memainkan alunan kematian memanggil jiwa-jiwa yang masih hidup untuk menyebrang ke alam lain. Seiring teriakan kesakitan mereka aku merasa kekuatanku semakin meningkat. Kuhentikan permainanku setelah kurasa semua yang didepanku telah tewas mengenaskan.
Bulan purnama menemaniku malam ini. Hawa dingin serta bau anyir telah mengelilingiku. Aku tersenyum sadis dan mengeluarkan aura intimidasi. Meski aku tahu makhluk-makhluk didepanku telah mati semua, tapi aku belum lega bila belum mengeluarkan aura intimidasiku. Tawa nyaringku pecah seketika menambah suasana mencekam ditempat ini. Aku berbalik dan mengeluarkan sayapku lalu terbang menjauh dari area pertempuran yang kumenangkan ini.
End Death Angel POV
*****
Rosella POVSaat aku merasa telah sendiri, eagle menghampiriku dan seperti biasa membawakan sebotol cairan merah. Ini menyebalkan, batinku mendengus.
"Tak usah banyak mengeluh cepat minum sebelum ada orang lain," King memerintahku dengan tegas.
Mau tak mau aku pun menutup mata dan hidungku lalu meneguknya sekali minum. Rasa panas langsung menjalar diseluruh tubuhku. Tiba-tiba aku mendengar suara langkah mendekat. Eagle langsung mengerti maksudku, ia langsung terbang menyudahi bermanja-manja denganku.
Suara itu semakin dekat. Dapat kulihat sesosok manusia berbadan tegap dan gagah mendekatiku. "Apa yang kau lakukan disini?" Ia bertanya dengan nada curiga.
Jantungku berdegup kencang. Aku berusaha memakai kembali poker faceku dan menjawab "Bukan urusanmu," aku berdiri ingin pergi menjauh tapi lenganku ditahan. Kutatap tajam Xavier, orang yang memergokiku.
"Kau," ucapnya terdiam sesaat. Kulihat dia juga menatapku dengan tajam sebelum menyambung ucapannya tadi "Siapa kau sebenarnya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
My adventure in academy
FantasyCukup, cukup aku saja yang menanggung semuanya -death angel *********** Semua mata kini tertuju pada seorang gadis asing di depan kelas. Ekspresi datar nampak jelas diwajahnya yang cantik. Mata, hidung, bibir, dan semua yang nampak terlihat sempurn...