"Ma.. Pa.. Av akan jemput kalian."
[ Brenden's POV** ]
Tuh anak sumpah bikin kesel banget. Gue lampiasin amarah gue ke Av. Pecut tebal dari rotan itu pun berulang kali terhempas dibadannya.
"Gue mau pulang!" itulah salah satu kata yang gue denger dari mulut Av. Entah kenapa tiba - tiba air mata gue luruh. Kaki gue mulai lemas dan aku pun ambruk berlutut di depan tubuh Av yang terkulai.
"Bahagia kan?" tanya Av pelan sekali lalu matanya tertutup rapat. Terdengar bel rumah berbunyi tapi gue masih duduk tak berdaya. Pintu itu pun terbuka dan menampakkan seorang laki - laki.
Dia pun berlari mendekati Av dengan wajah khawatir. Mulut dan tangannya terus mencoba membangunkan Av. Karena tak ada jawaban laki - laki itu menatap gue dengan amarah nya.
"Elo apain Av hah? Elo itu kakak macam apa? Berani - beraninya nyiksa Av. Dia itu udah elo siksa selama 7 taun. Nyadar ga lo. Brengsek!"
"Av..." ujarku terputus saat Dherfan memukul ku dengan keras.
"Brugh.."
Aku terlempar ke arah anak tangga. Tangannya terus memukul perut dan wajahku. Gue nggak bisa ngebales perbuatan Dherfan karena gue tau kalo gue salah.
"Byar.."
Kaca jendela pun pecah saat Dherfan melemparku keluar rumah. Kulihat wajahnya sangat bersungut - sungut, Amarahnya tak mudah untuk dipadamkan dengan sekali tiupan.
"Kan gue udah bilang jangan angkat tangan elo untuk nyakitin Av lagi. Kalo elo lakuin itu maka elo akan berhadapan sama gue."
"Brak.. Buk.. Dubkh kya..!"
[ Author's POV ** ]
Setelah menghajar Brenden habis - habisan Dherfan langsung berlari masuk kedalam rumah dan membawanya ke Rumah Sakit. Didepan rumah hanya ada Brenden yang duduk lemas.
"Selamat menikmati apa yang dirasakan Av selama ini." sambil menatap Brenden dengan sinis.
Rumah Sakit Medical Family*
"Dokter, Suster bantuin saya!" teriak Dherfan sambil mengelus rambut Av.
Dokter dan suster pun berdatangan untuk membantu Dherfan. Av tetus meringis kesakitan, mulutnya mengeluarkan darah yang lama kelamaan menjadi banyak. Dherfan mengacak - acak rambutnya frustasi karena melihat gadis mungil itu terbaring lemah di ruang ICU. Tanpa pikir panjang Dherfan mengambil Iphone nya.
"Ya, hallo datang kesini cepet.."
"...."
"Ga usah banyak cingcong! Gue di Rumah sakit Medical Family."
"...."
"Entar aja gue jelasinnya!"
"...."
Dherfan langsung membanting Iphone nya kearah tembok. Dia tak memperdulikan orang yang ada disekitarnya. Yang dia hanya tau adalah Av harus sadar.
Detik berganti Menit dan Menit berganti menjadi jam. Dherfan terus mondar - mandir. Seseorang yang dia tunggu pun datang.
"Ada apa Dher?"
"Brenden sialan Ka, Dia udah nyebabin ini semua."
Ya emang yang ditunggu Dherfan adalah Alka dan yang lainnya. Tunggu kemanakah yang lainnya?
"Yang laen masih ada tugas dari atasan!"
"Yaelah ngapain sih masih ada tugas dijam segini. Apa atasan kita udah gila ya?" teriak Dherfan.
"Yaudah lo tunggu disini dulu, jagain Av klo ada kabar hubungi gue."
"Tap.."
Dherfan pun langsung melengos menjauhi ruang ICU dengan keadaan yang sangat kacau. Yang dia khawatirkan adalah Av tak bisa bangun dari tidurnya.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•Truit.... Truit.... Truit...
Maaf udah bikin nunggu lama yak.
Eh part ini pendek sekali ya kek AUTHOR nye.Eh ye ile jangan ngambek dulu entar gue bawain part yang lebih seru dan bikin baper. Janganlupa VoteMent😘😘😘😘
YOU ARE READING
YOU ARE!!
Ficción GeneralPembunuh itu tidak melihat bagaimana kondisi targetnya dan dimana POSISINYA.