Kudengar rintih duka Bumi
Menahan pedih lara hati
Tertumpah darah di tanahnya yang memerah
Dan di langitnya ternoda sumpah serapahMengapa benci mendominasi?
Mengapa lupakan jati diri?
Mengapa ciptakan peperangan?
Mengapa tak saling memaafkan?Betapa rindu akan teduhnya kalbu
Seperti rindu kepada langit biru
Betapa angan akan perdamaian abadi
Seperti angan memiliki si jantung hatiLalu kudengar lagi suara Bumi
Yang tak jera nyalakan asa di hati
Masih percaya lagi belum putus harapannya
Senyuman cerah 'kan hiasi wajah penghuninyaBetapa, oh betapa ....
(Heidy S.C.©Solo, 30 Juni 2017)
Author's Note
Halo, Heidy di sini. ^_^
Genap 30 hari mengikuti event "Nulis Random 2017" & berhasil posting 'sesuatu' setiap hari tanpa terputus! Yang kuposting di sini memang cuma puisi, postingan lain ada di status facebook-ku.Nah, puisi ini adalah entry terakhirku untuk penutup "Nulis Random" tahun ini. Sampai jumpa di event yang sama tahun depan.
Untuk "Kumpulan Puisi" ini sendiri, akan terus update selagi ada ide. Akhir kata, jagalah Bumi, karena Bumi juga selalu menjaga kita. Peace & love. ♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Mutiara Kata (Kumpulan Puisi)
PoetryMencoba mengumpulkan puisi-puisi yang pernah kubuat. Yang terlama & ada arsipnya ternyata dari tahun 1999! Tulisan zaman saya SMP, he he he ... Baiklah. Ini adalah mutiara-mutiara kata yang diuntai dari alam pemikiranku, sejak masih beranjak remaja...