Chapter 7

5K 398 13
                                    

Kini usia kandungan Naruto sudah memasuki usia sembilan bulan. Tinggal menghitung hari sampai Naruto bisa melihat bayinya.

Naruto dan Sasuke telah menyiapkan segala hal untuk bayi pertama mereka. Dari kamar, baju, bahkan sampai popokpun sedah mereka siapkan. Sebenarnya yang banyak menyiapkan keperluan bayinya bukan mereka, tapi ayah dan ibu mereka. Mereka sangat semangat menyambut kedatangan cucu pertama mereka.

Naruto sudah mulai cuti kuliah sejak satu bulan yang lalu. Jadi kegiatanya sekarang adalah mengikuti suaminya kemana mana, termasuk kekantor. Memang sejak hamil besar, Naruto selalu ingin berada didekat Sasuke. Kalau Sasuke berada diluar jangkauan matanya, pasti Naruto akan langsung gelisah. Semakin besar kandungan Naruto, maka Naruto menjadi semakin manja pada suaminya. Seperti sekarang, Naruto duduk di pangkuan suaminya yang sedang mengerjakan dokumen dokumen yang menumpuk dimejanya. Walaupun berat, Sasuke tidak mengeluh sedikitpun, malahan Sasuke senang dengan kelakuanya. Sasuke merasa Naruto semakin manis sejak kehamilanya.
"Tok tok tok "
Terdengar suara pintu yang diketuk dari luar.
"Masuk "
"Clek " pintu terbuka, memperlihatkan seorang wanita yang menjabat sebagai sekertarisnya barunya. Dia berjalan dengan berlenggak lenggok, bertujuan untuk menggoda Sasuke. Tidak memperdulikan keberadaan Naruto yang masih duduk dipangkuan Sasuke. Naruto memandang sekertaris itu dengan pandangan tidak suka. Apa lagi dengan pakaiyan kekurangan bahan, yang memperlihatkan bentuk tubuh serta belahan dadanya.
"Ada apa? "
"Sebentar lagi rapat peluncuran produk baru akan segera dimulai pak "
"Hn, kau boleh pergi "
"Tapi pak.. "
"Suke, dia sekertarismu yang baru? "
"Ya, kenapa? "
"Pecat dia " ucap Naruto dengan nada datar.
"Apa! Apa kesalahanku? Kenapa kau ingin memecatku? " teriak sekertaris itu tidak terima.
"Karena kau tidak punya niat untuk bekerja "
"Apa maksudmu aku tidak punya niat bekerja? "
"Kau tidak profesional "
"Apa? "
"Kau tidak lihat apa yang kau pakai "
Sekertaris itu melihat kearah pakaiyanya, menurutnya tidak ada yang salah.
"Kau ingin bekerja atau menggoda seseorang? Dengan pakaiyan yang kau gunakan itu, pasti akan menarik perhatian kaum lelaki. Atau mungkin kau ingin memggoda suamiku? "
"Ti.tidak, tentu saja tidak " dia membantah, padahal dalam hati membenarkan. Dia ingin menggoda Sasuke, karena kalau Sasuke menjadi kekasihnya, dia bisa hidup enak tanpa harus bekerja.
"Te.tentu saja tidak nyonya "
"Kalau begitu, kau tidak membaca pelaturan "
"Peraturan apa? "
"Dilarang memakai baju yang terbuka, apa lagi bagi perempuan yang memakai rok harus panjang, paling pendek lima senti di bawah lutut. Dan kau melanggar dua peraturan itu. Apa kau tidak lihat? Semua karyawan memakai baju sopan "
"Pantas saja tadi saat aku masuk kantor semua orang memandang sinis padaku " batin sekertaris itu.
"Apa kau sekarang sudah mengerti kesalahanmu? "
" ya, nyonya " kata sekertaris itu lesu.
"Jadi bagaimana, kau ingin dia tetap dipecat? " tanya Sasuke.
"Mmm " Naruto terlihat berpikir, membuat sekertaris itu cemas menunggu keputusanya.
"Kau kuberi dua pilihan. Kau bisa tetap bekerja disini, tetapi jabatanmu kuturunkan menjadi resepsionis, atau kau bisa serahkan surat pengunduran dirimu "
Akhirnya sekertaris itu memilih dipindah tugaskan menjadi resepsionis dari pada keluar dari perusahaan, karena persaingan agar bisa masuk dalam perusahaan Uchiha sangatlah sulit. Dia harus bersaing dengan ratusan orang agar bisa sampai keposisi ini. Sekarang dia menyesal karena berani menggoda Uchiha Sasuke dan harus menerima konsekuensinya sendiri, yaitu diturunkan menjadi resepsionis.

Diapun pergi keluar setelah Sasuke menghubungi seseorang untuk memindah tugaskan mantan sekertarisnya.
"Kenapa tidak mengeluarkanya saja? " tanya Sasuke
"Bukankah setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua? "
"Kau terlalu baik "

Selah itu, Sasuke berkutat dengan pekerjaanya lagi. Dan Naruto masih setia duduk di pangkuan Sasuke, menunggunya menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk dengan tenang.
.
.
.

Di tengah malam, Naruto merintih kesakitan. Sepertinya dia akan melahirkan.
"Suke! " panggil Naruto sambil merintih kesakitan.
"Suke! Bangun " ucap Naruto sambil menepuk nepuk tangan Sasuke.
Akhirnya Sasuke membuka matanya.
"Ada apa? " tanya Sasuke dengan suara parau dan masih setengah sadar.
Saat mendengar suara rintihan Naruto, akhirnya Sasuke sadar secara penuh dan mulai panik.
"Kenapa? Mana yang sakit? " tanya Sasuke panik.
"Perutku! Perutku sakit " ucap Naruto sambil merintih kesakitan.

Karena panik, Sasuke jadi tidak bisa berpikir. Akhirnya Sasuke menghubungi ibunya.
"Kaa-san! "
"......... "
"Dia. Naruto kesakitan, aku tidak tau apa yang harus kulakukan "
".........."
"Ya "
"........."
"Baik, akan kulakukan "
Setelah di beri tau oleh ibunya, Sasuke segera melakukan apa yang harus dilakukanya. Ibunya bilang mungkin Naruto akan segera melahirkan, dan Sasuke harus segera membawa Naruto pergi kerumah sakit.

Sasuke memasangkan kerudung dan mantel kepada Naruto, lalu mengangkatnya dengan hati hati setelah menyambar kunci mobil yang ada di atas meja sebelah tempat tidurnya.

Setelah berada didalam mobil, Sasuke segera menjalankan mobilnya menuju rumah sakit, dengan kecepatan seperti seorang pembalap karena Sasuke memang dikejar waktu. Apa lagi melihat istrinya terus menerus merintih kesakitan.
"Kau harus kuat, demi bayi kita " ucap Sasuke sambil menggenggam tangan Naruto yang sudah licin oleh keringat.
Naruto hanya menggangguk, sudah tidak sanggup lagi untuk berbicara.

Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka sudah sampai di rumah sakit. Didepan sudah menunggu Tsunade dan meberapa perawat, di samping mereka sudah tersedia brankard. Tsunade memang sudah dihubugi oleh Mikoto tadi, dan segera keluar untuk menanti kedatangan Naruto.

Naruto segera dibawa keruangan bersalin. Setelah tiba diruangan bersalin, Tsunade segera melakukan proses persalinan Naruto. Sasukepun ikut menemani Naruto dalam proses persalinanya dan menyemangatinya dengan memegang tangan Naruto serta membisikan kata kata penyemangat.

Diluar ruang bersalin sudah ada keluarga Uchiha, Namikaze dan juga Jiraiya. Mereka menunggu dengan cemas kelahiran cucu pertama mereka. Mereka mendo'akan, semoga Naruto serta bayinya selamat.

Dua jam kemudian, barulah terdengar tangisan bayi dari dalam ruang bersalin.
"Oeeeek oeeeek "
Saat mereka mendengarnya, mereka tidak bisa menyembunyikan senyum bahagianya.

Di dalam ruang bersalinpun, mereka menyambut bayinya dengan senyum haru.
"Bayinya laki laki " ucap Tsunade sambil menggendong bayinya.
Bayi itu memiliki ciri fisik seperti ayahnya, berabut hitam dan berkulit putih bersih. Sedangkan mata, entahlah mereka belum bisa melihatnya.

Setelah itu bayinya di baringkan didada Naruto. Sedangkan Sasuke langsung mengadzankan bayinya di telinga bagian kanan, lalu iqomah di telinga bagian kiri.
"Akan kalian beri nama siapa bayi ini? "
Naruto melihat kearah Sasuke seakan meminta persetujuan dan Sauke menganggukan kepalanya seakan mengerti.
"Raito, Uchiha Raito. Yang berarti cahaya. Semoga dia akan menjadi cahaya bagi semua orang " ucap Naruto dengan senyum manis dibibirnya.

Sesaat setelah mengatakan namanya, Raitopun membuka matanya. Memperlihatkan mata biru jernihnya, identik dengan ibunya.

Keesokan harinya, ruang rawat Naruto sudah penuh dengan sanak saudara serta teman teman mereka. Mereka ingin melihat keluarga baru dari pasangan SasuNaru yang baru lahir. Mereka sudah terpesona pada keindahan paras Raito. Bayi mungil yang dikelilingi oleh orang orang yang mencintainya. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memandang iri dan benci kebahagiaan mereka.
"Lihat saja, sebentar lagi aku akan merenggut kebahagiaan kalian. Maka nikmati saja saat saat terakhir kalian bersama bayi itu "
Lalu diapun pergi untuk mempersiapkan rencananya.

TBC

Rumahku Surgaku ( Sequel Kekasih Syurgaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang