3: The Singing Gems

1.5K 255 16
                                    

Sehun membaringkan tubuhnya ditempat tidurnya, Ia membawa batu permata berwarna kuning itu dan juga bukunya. Ia begitu penasaran apa yang ada dibalik ini semua, dan juga siapa nenek itu sebenarnya.

Ini masih pukul setengah 12 malam, masih ada beberapa menit lagi. Ia harus menunggu, Ia ingin membuktikan sendiri apa yang dikatakan Jongin itu.

Waktu terasa berjalan lamban, dan tubuhnya lelah karena bekerja seharian. Tapi, Ia harus membuktikannya terlebih dahulu.

Namun sepertinya, mata Sehun tidak bisa bekerja sama dengannya.

Sehun tertidur karena Ia begitu lelah, hari ini Ia menghadiri beberapa sidang. Ia juga baru saja menyelesaikan analisa dari beberapa kasus selanjutnya.

Beberapa menit kemudian, jarum jam tepat mengarah kearah angka dua belas. Dan, batu itu memunculkan cahaya redup, hanya beberapa detik sebelum cahaya itu menghilang. Dan, batu itu mulai mengeluarkan suara. Sangat lirih, namun perlahan dapat terdengar dengan jelas. Hanya sendandung yang tenang dan indah.

Sehun masih terlelap, namun tidak lama kemudian, Ia membuka kelopak matanya perlahan, suara senandung itu membangunkannya dari tidur nyenyaknya. Sehun langsung mendudukkan dirinya dan meraih batu itu, Ia tidak bisa mempercayainya.

Batu itu benar – benar mengeluarkan suara. Suara yang sangat indah.

"T-tidak mungkin.." Lirih Sehun.

     

***

          

Jongin sedang membeli kopi di café dekat klinik tempat Ia bekerja, Ia tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam karena memikirkan batu dan buku itu. Ia membutuhkan kopi untuk mengusir rasa kantuknya.

"Kim Jongin?" Seseorang menyapanya.

Jongin langsung menoleh kearah suara itu, dan Ia melihat teman SMA-nya. Son Naeun, berdiri disampingnya dan tersenyum.

"Sudah lama kita tidak bertemu," Ucapnya sambil tersenyum.

"A-ah, benar." Jongin hanya tersenyum canggung.

Naeun melihat Jongin dari atas sampai bawah, dan matanya melebar.

"Kau seorang dokter?" Tanyanya. "Sepertinya benar, kau keren sekali dengan balutan jas putih ini. Kau memang selalu keren dan tampan, ya.."

Jongin kembali tersenyum canggung, "B-begitukah? Tidak juga.."

"Kau juga masih malu – malu dan sopan, kau tidak banyak berubah ya.." Naeun menepuk pelan pundak Jongin.

"Kau juga tidak banyak berubah," Ucap Jongin berbasa – basi.

"Apa kau bekerja di klinik Gureum?" Tanya Naeun lagi.

"Ya, begitulah." Jawab Jongin sekenanya.

"Wah, kebetulan sekali. Apartemenku berada didekat sini." Ucap Naeun. "Apa kita bisa bertemu lagi? Sepertinya kau sudah ingin pergi. Aku ingin mengobrol lebih banyak denganmu."

"Uhm, ya.. Sampai nanti, Naeun." Ucap Jongin.

"Bye, Jongin!" Naeun tersenyum padanya dan melambaikan tangannya sekilas.

Jongin segera keluar dari kafe itu dan menghela nafas lega. Ia tahu kalau semasa SMA, Naeun pernah menyukainya. Bahkan Ia tidak segan untuk menganggu yeoja yang mendekati Jongin.

Bisa dibilang kalau Naeun adalah seorang mantan iljin. Sejak dulu, Jongin tidak terlalu ingin dekat dengan Naeun. Namun, Ia hanya terlalu sopan untuk mengatakannya.

LUCKY ONE || SeulHun KaiStal FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang