SISTERS (Anna & Erry)

494 55 9
                                    

Note : Part Anna disini mengambil setting waktu dua hari sebelum kematian Zinan.

Anna

Anna beranjak dari ranjangnya dengan gerakan sepelan mungkin. Lezie baru saja terlelap dan dia berniat meninggalkan bayi itu. Selama ini Lezie memang tidur bersamanya, bahkan Rian yang harus mengalah dan tidur di kamar yang berbeda. Pasalnya Anna tidak ingin meletakkan Lezie di kamar berbeda dan menidurkannya di atas box bayi. Dia lebih suka tidur bersama Lezie dalam pelukannya.

Langkah Anna terayun ke arah dapur. Dia berniat membuat makanan untuk makan siang. Tangan Anna terulur untuk meraih ponselnya yang dia charge sejak sekitar tiga jam lalu. Baterainya sudah penuh, jadi dia mencabut chargernya. Ada satu panggilan dari nomor tidak dikenal. Anna mengamatinya sejenak. Seringkali dia tidak peduli pada hal - hal semacam ini -- panggilan dari nomor baru yang tidak dikenalnya. Jika memang ada yang ingin menghubunginya untuk menyampaikan hal penting pasti orang itu akan menghubunginya lagi nanti kan? Anna menggigit bibir, 'Tapi ini nomor khusus keluarga', batinnya. Dia mengangkat bahu beberapa saat kemudian, kembali memilih untuk tidak peduli.

Wanita itu memainkan mp3 dalam volume pelan sebelum mulai memasak. Beberapa kali dia ikut bersenandung dan bernyanyi kecil dengan tangan yang tetap bergerak untuk memotong, mengupas dan mencuci sayuran.

Tiba - tiba mp3 itu berhenti. Berganti dengan suara getaran beruntun. Tanda telepon masuk. Anna mengelap tangannya dan meraih ponselnya. Nomor itu lagi. Dia menunggu selama dua getaran lagi baru mengangkat telepon itu.

"Halo?"

Tidak ada sahutan dari seberang.

Hening.

Bahkan Anna tidak mendengar background suara apapun dari pihak penelepon.

"Halo?" ulang Anna.

Sama seperti sebelumnya, tidak ada sahutan dari sana.

"Halo, ini siapa?"

Anna menunggu beberapa saat tapi tetap tidak ada sahutan. Akhirnya dia memilih untuk memutus sambungan telepon.

"Gak jelas," gumamnya.

Musik kembali mengalun dan Anna bersiap melanjutkan kembali aktifitas memasaknya ketika ponselnya kembali bergetar. Anna mendengus. Dia sama sekali tidak ingin mengangkat panggilan itu. Malas meladeni si penelepon usil. Getaran ponselnya berhenti. Tapi hanya sebentar karena kemudian ponsel itu kembali bergetar. Membuat aplikasi mp3 player otomatis mati karena panggilan beruntun. Anna langsung mengangkat panggilan itu sekarang.

"Siapa sih?! Mau apa?"

Tetap tidak ada sahutan.

"Ngomong! Bisu ya?! Gak jelas banget jadi orang."

Tanpa sadar apa yang baru saja dia ucapkan membawanya ke satu kenangan di masa lalu.

Flashback...

"Woi siapa sih? Lo budek apa bisu hah? Kalo mulut gak fungsi mending gak usah telepon! Kurang kerjaan banget," omel Anna kesal sebelum menutup telepon. Hari minggunya berantakan karena sejak pagi tadi, ada nomor asing yang menelepon ke nomornya. Dan tiap kali diangkat si penelepon tidak mau bicara. Dan kadang justru langsung menutup teleponnya.

Ponsel Anna bergetar lagi, gadis itu menggeser ikon menerima panggilan dengan kasar.

"Salah sambung! Ngerti kagak lo?!"

Dia baru akan memutus sambungan telepon saat mendengar suara tawa yang familiar di ujung line sana. Dahi Anna mengernyit, tidak butuh waktu lama untuk mengenali suara tawa siapa itu. Terlebih ketika dua orang yang dapat dipastikan merupakan tersangka utama perusak suasana hari liburnya itu keluar dari kamar Dio masih dengan tawa mereka yang menggema.

ZINAN (a Walk To Remember) (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang