ZACKY
Jika ditanya siapa yang paling brengsek di antara mereka berlima dulu, tentu Zacky jawabannya. Semua hal-hal buruk seringkali bersumber padanya, meskipun pada kenyataannya dia adalah teman yang
memiliki loyalitas tinggi.Malam ini, Zacky hanya duduk di balkon lantai atas klub malam tempat dia baru saja melakukan aksi DJnya. Dengan botol minuman di tangan kanan dan sebatang rokok di jemari tangan kiri. Zacky tidak membutuhkan siapapun saat ini. Tidak ketika dia sedang bergelut dengan perasaannya sendiri yang tengah menghadirkan sosok teman yang begitu dia rindukan. Zacky menghembuskan asap rokoknya, tatapan matanya terpaku pada langit yang menampakkan sedikit bintang. Mungkin kota Jakarta memiliki terlalu banyak lampu hingga cahaya bintang itu samar bahkan tidak terlihat dan hanya bintang-bintang terang yang terlihat, itu kesimpulan yang diambil Zacky dan Zinan ketika mereka sempat membicarakan tentang lampu dan bintang dulu.
Zacky terkekeh, "Gue kangen sat," gumamnya sambil kembali menghisap rokoknya.
Tidak, Zacky tidak mabuk.
Atau lebih tepatnya belum, meski kenyataannya lelaki itu memang tengah bermonolog. Dia hanya sedang merindukan almarhum sahabatnya.
Flashback...
Zacky menunduk menatap tanah di bawahnya, fokusnya jatuh pada gundukan tanah yang baru saja mereka taburi bunga warna-warni.
Menangis?
Tentu tidak.
Danu dan Farellah yang matanya memerah sekarang. Zacky sendiri hanya menatap makam Zinan dengan tatapan yang sulit dideskripsikan, sekaligus menatap kedua temannya yang berjongkok di sebelah makam itu. Tepukan pelan mendarat di pundaknya. Zacky menoleh dan mendapati Bobby di sebelahnya. Detik berikutnya keduanya berpelukan.
"Dia udah gak ada Ky," bisik Bobby.
Tidak ada niatan dalam diri Zacky untuk menyahut ucapan Bobby, dia hanya membalas pelukan Bobby dan mengusap punggung lelaki itu. Mencoba menenangkan.
Kemarin sore, dia mendengar kabar mengejutkan dari Bobby yang mengatakan bahwa Zinan meninggal. Tentu saja awalnya Zacky tidak percaya, sampai pagi ini mereka melayat ke pemakaman bersama.
Malam ini, Zacky mengunci diri di kamar. Lelaki itu duduk di depan ranjangnya. Menyelonjorkan kaki kanan dan meletakkan lengannya di atas kaki kiri yang menekuk.
"Lo kenapa gak ngelarang gue sekarang Re?" gumamnya sambil menggoreskan silet ke lengan kirinya.
"Biasanya kalo tau gue ngelakuin ini lo bakal marah-marah," Zacky kembali bergumam, lalu menatap tulisan yang baru saja goreskan dengan silet itu.
A-R-E-N-D-R-A
"Sekarang, gue bahkan bikin ini di tempat yang bisa dilihat banyak orang, tapi kenapa lo gak tiba-tiba dateng dan ngelarang gue sat?!" Zacky mulai termakan emosinya sendiri.
"Pengecut lo Re! Bangsaaaattt!!!" dia mulai berteriak dan menangis, tangisan yang dia tahan sejak pagi tadi di makam Zinan.
Flashback off...
Zacky tertawa getir.
Zinan itu salah satu teman yang bersikap sangat baik padanya. Itu yang membuat Zacky marah jika ada orang yang bersikap buruk pada Zinan. Baginya, hanya dia dan teman-temannya yang boleh membully Zinan. Ya pada dasarnya mereka memang saling membully satu sama lain. Zacky sekali lagi menghisap rokoknya.
Ah bahkan hanya dengan merokok seperti ini pun dia merindukan Zinan.
Flashback...
Suara pintu kamar yang terbuka tidak membuat Zacky bangun dari tidurnya. Pemuda itu sama sekali tidak bergerak di bawah selimutnya. Zinan berjalan memasuki kamar setelah menutup pintu, menghampiri ranjang Zacky dan berdecak melihat Zacky yang tidak bergerak sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZINAN (a Walk To Remember) (COMPLETE)
Ficción GeneralAnother Side Story for GIFT Beberapa kenangan tentang Zinan yang diingat orang - orang terdekatnya. Teman dekat, saudara terbaik dan putra yang dirindukan. Satu cerita ketika mereka berada dalam titik dimana mereka mengenang, merasa kehilangan dan m...