7

1.1K 62 7
                                    

"Ehm.. ee.. maaf?" Ucap Vino takut-takut.

"Sekarang. Lo gaboleh nanya. Dengerin apa kata kita dan jawab aja pertanyaan dari kita. Okey? Okey." Tegas Jayden.

"Lo siapa" pertanyaan pertama dari Jordan.

"Hah? Gue? Nama gue Claudio Vilix Alexander" jawab Vino.

"Bukannya Vino?" Tanya Joseph.

"Heemn itu waktu itu gue salah kasih kartu nama ke Vina" jawab Vino, lagi.

"Lu kenapa terlalu baik gini sama dia? Lu ada perlu apa? Lu suruhan siapa? Siapa yang ngutus lu, mau lu apain Vina!?" Tanya Joseph bertubi-tubi.

"Joseph , slow down!" Seru Jayden.

"Gapapa, gue tau kalian cuma mau vina aman. Jadi gini, gue bukan siapa- siapa atau utusan siapa-siapa kayak yg lu fikir Roy, gue cuma seorang cowo yg khawatir sama seorang cewe kecil yang tiba tiba gue liat lagi ditikam sama orang. Gue kesini, cuma mau mastiin kalo dia gakenapa- napa dan ya." Jelas Vino.

"Hmn? Gimana kita bisa percaya sama omongan lo, gimana kalo waktu itu lo sengaja nabrak dia? Buat kenal dia dan nyakitin dia?" Selidik Jordan

"Kalian bisa background check gua! Terserah! Kalian bisa ikutin gua. Gua ga maksud apa apa ke dia!" Ucap Vino, mulai kesal.

" okay guys, thats it. Vino lu terserah mau pulang atau apa. Makasih udah mau kita tanyain, dan yang penting makasih udah khawatirin Vina kayak gini. Thanks bro. " jawab Roy, akhirnya menengahi perdebatan yang makin panas.

Vino pun memutuskan untuk pulang kembali ke apartmennya, dan beristirahat.

Sementara anak-anak itu lebih memutuskan untuk tinggal di kamar rawat inap Vina. Mama Vina tidak tahu apa yang terjadi, yang ia tahu adalah Vina sedang menginap di rumah temannya.

Sesaat mereka masuk ke kamar Vina, ternyata Vina sudah tidur dengan lelap lagi. Efek dari obat yang ia minum, mungkin. Atau mungkin ia memang kelelahan.

Mereka berempat pun memutuskan untuk tidur mengelilingi tempat tidur Vina. Mereka duduk di kursi dan menopangkan tangan di atas tempat tidur Vina. Tak butuh waktu yang lama untuk mendengar dengkuran halus mereka berempat.

Vina terbangun dan tersentak melihat 4 kepala laki-laki yang terletak di tempat tidurnya. Keempat lelaki yang sudah ia sayangi sejak kecil. Perlahan ia mengusap kepala mereka masing-masing, penuh kasih sayang. Seperti layaknya seorang kakak perempuan menyayangi adik laki-lakinya.

"Makasih ya, kalian selalu ada buat gue" ucap Vina perlahan, sebelum kembali terlelap.

Vino's POV

Kenapa gue gabisa tidur ya. Daritadi si Vina Vina ini mondar - mandir mulu. Dia gacape apa. Tidur woi Vina jangan jalan- jalan di pikiran gue terus!

Is she alright? Apa mungkin besok gue tengok lagi ya? Apa ngga? Ah ngapain sih gapenting.

*kruyukkkk*

Yaoloh, gua laper men. Makan deh. Indomeeeehhh.

Begitulah malam Vino berakhir dengan ia yang tertidur setelah kenyang memakan dua bungkus indomeh goreng dengan telor setengah matang yang ia buat.

Keesokan paginya, Vino sudah berada di Rumah sakit, membawa sebuah
buket bunga. Yang yah, tidak bisa dikatakan terlalu kecil, namun tidak terlalu besar juga.

"Lah kok gua ud disini aja? Ini bunga lagi. Yaampun Vino kayaknya lu mabok deh" ucap Vino, yang tak sadar bahwa tubuhnya bergerak sendiri membeli bunga dan pergi menjenguk Vina.

Akhirnya Vinopun memutuskan untuk pergi ke kamar Vina, memberikan buket bunga tersebut kepadanya. Daripada mubazir, fikirnya.

Vino pun melangkah dengan mantap menuju kamar Vina. Sesampainya ia mengetuk pintu dan langsung masuk begitu seseorang memperbolehkannya untuk masuk. Vina ternyata. Joseph, Roy dan si kembar kembali ke rumah sementara umtuk sekedar mandi dan mengambil baju mereka agar bisa menemani vina dengan lebih mudah tanpa harus bolak balik ke rumah masing- masing untuk mengambil pakaian.

"Oii, guee bawa bunga buat loo" ucap Vino, seraya menyapa Vina yang baru saja menghabiskan sarapannya.

"Oh iya makasih, taro aja disitu" ucap Vina dengan senyum tipis di mulutnya.
Ngapain dah ni cowok. Batin Vina.

Ruangan pun sepi untuk sementara sampai Vina memutuskan untuk angkat bicara.

" emn, lu ngapain ke sini?" Tanya Vina ke Vino.

" mau ngasih lo bunga." gurau Vino yang tidak ditanggapi oleh Vina.

"Buat apa sih gapenting banget". Ucap Vina. Vina alergi dengan beberapa jenis bunga, membuatnya sedikit menghindari bunga.

"Ye gapapa ini bukti kepedulian gue buat lo" jawab Vino, tak sadar.

"Hah apasih lu aja bukan siapa-siapa gue". Ketus Vina. Vina mulai kesal karena sifat Vino yang seperti laki-laki lain yang mencoba menggodanya. Berawal dari bunga dan sifat manis memuakkan yang pada akhirnya hanya akan menjadi kenangan pahit.

Iya ya, gue kan bukan siapa-siapanya. Gua kenapa sih kok aneh hari ini. Batin Vino.

"Hmn yaudah gue taro bunganya disini ya, gue balik dulu. Bye Vin" ucap Vino, meletakkan buket bunga yang ia beli di nakas sambil beranjak keluar dari kamar Vina.

"Duh males banget gua. Cowo beginian lagi. Ini nih yang ngasih bunga di awal-awal kaya gini kalo ngga player, dia pasti hatinya terlalu lemah lembut. Iya yang model gampang baper, gampang jealous kalo gue main sama temen-temen cowo gue." Ucap Vina sambil menghela nafasnya perlahan.

Sementara itu Vino yang sudah berada di dalam mobilnya, merenung. Terlarut dalam pikirannya sendiri.

Gue gapernah gini deh kalo gue pikir-pikir. Tapi, itu cewe... bener deh gue penasaran banget sama dia.

Siapa sih, Vina? Gue kayak pernah liat.. tapi, dimana ya? Bukan. Bukan pas kecelakaan itu doang. Kayaknya kita udah kenal dari dulu sebelum itu.

Gue harus cari tau.
.
.
.
.
.
HELOOOOUUUUU IM BACKKKKK HEHHE. Harusnya kemaren di post! EHHH PAS LAGI NGETIK KETIDURAN HAHAHA SO SORRYY. Makasi yaaa yang udah nungguin hehe :) love u 💕 kapan lagi di love you in yega. Hehe maaf ya lagi gajelas gua! Habis dijepit pintu mobil sama dede ku yg paling gemes uh sampe pengen gue remesh remesh. Hehe maaf ya jadi curcol. Udah ah kepanjangan!!!  Tungguin chapt selanjutnya ya! Btw gambar buket yg di pic itu yg dikasih Vino ke Vina ya hehe.

Bad Boy VS Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang