ix. dia dan Yayan (2015)

504 69 0
                                    

Selamat sore.

Ha. Tidak terasa dua bulan lagi kita akan sampai di penghujung tahun. Kamu tau diary? Akhir-akhir ini saya tidak dalam mood yang baik. Rasanya aneh berada begitu jauh dari Ar.

Sudah hampir seminggu saya dan Ar tidak mengobrol. Itu karena Ar sibuk belajar untuk UAS dan juga selama UAS Ar diantar jemput oleh papanya. Orang tua Ar memang begitu -memberi perlakuan spesial pada sang anak di saat-saat tertentu.

Tapi itu membuat saya hampa.

Dunia saya semakin hancur saat rasa hampa itu bercampur dengan cemburu. Iya, saya cemburu melihat Ar dengan Sean atau yang biasa Ar panggil Yayan. Mereka tidak berpacaran, mereka juga tidak sedekat hubungan Ar dan Rama. Tapi kejadian tak disengaja tadi cukup membuat saya cemburu.

Saat itu, saya melihat anak-anak kelas 12 yang satu ruangan dengan Ar sedang mengintip siapa guru pengawas yang akan mereka dapat. Saat melihat Bu Ita si killer berjalan ke ruang mereka, murid-murid itu berlari kalang kabut untuk kembali ke dalam barisan.

Di koridor yang sempit, Yayan sedang berjalan diantara dua barisan. Tapi kemudian ia ditabrak oleh gerombolan murid itu, tepat saat ia sedang berdiri di depan Ar yang bersandar. Lantas, Yayan meletakan tangannya di kiri dan kanan kepala Ar. Jadi posisinya, Yayan mengurung tubuh Ar.

Sialnya lagi, murid-murid itu terus menabrak Yayan sampai mau tak mau jarak antara Ar dan Yayan terus terkikis. Saya sempat bernapas lega saat melihat Yayan berusaha menahan agar tubuhnya —atau bisa jadi juga wajahnya— dan tubuh Ar tidak menempel. Sayang, jantung saya harus kembali memompa dengan cepat saat melihat seorang cowok sengaja mendorong Yayan sampai jarak antara wajah Ar dan Yayan benar-benar tipis.

Bisa saya lihat dengan jelas mata mereka yang saling bertatapan dalam jarak kurang dari 10 senti.

Dan saya tidak suka melihatnya.

---

DiariumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang