Fourteen

3.4K 545 64
                                    

"Kalau badak itu bercula satu dan kalau lo itu, cuman satu dan nggak akan ada yang gantiin."

"Belajar dari mana gombalnya, Pak?"

"Itu kenyataan bukan gombal."

Mata Sherly langsung terbuka saat mengingat masa lalunya. Kantuknya tiba-tiba saja menghilang begitu saja tanpa ia ketahui sebabnya. Ini mungkin karena kejadian tadi siang, saat ia bertemu dengan Azka, lagi. Entah kenapa kejadian itu membuatnya kepalanya sakit.

Ini air mata juga, resek banget sih!!

Ayolah, itu semua cuman masa lalu. Masa lalu yang indah dan tidak mungkin terjadi lagi. Semua itu sudah terlewati dan tidak akan terulang untuk kesekian kalinya. Masa remaja itu sudah terlewati dan seharusnya, sekarang ia bisa menjadi lebih dewasa. Lebih dewasa dari pada waktu itu. Sherly tahu mana yang baik dan buruk bagi dirinya. Maka dari itu, ia harus menyelesaikan semua ini. Meninggalkan segalanya.

Karena ini yang terbaik buatku.

Jika orang lain saja bisa, kenapa ia tidak bisa? Ia yakin, ia bisa menata hati ini lagi. Mungkin, Sherly bisa juga memilih untuk tidak terlalu memikirkan masalah hati. Kayaknya, ini pilihan yang terbaik, tidak memikirkan masalah hati terlebih dahulu.

Cinta yang tulus akan datang diwaktu yang tepat, 'kan?

***

Laut yang sangat luas membentang indah didepan Azka. Semilir angin pagi yang sejuk menyapa tubuh Azka. Bunyi deburan ombak saat ini seakan berirama. Membuat hati Azka sedikit tenang dan damai. Untuk pertama kalinya, ia merasakan hal-hal seperti ini lagi.

Merasakan ketenangan dan kedamaian. Bukan rasa sakit dan sebagainya. Mungkin, ini efek dari keinginannya untuk sejenak melupakan masalah hati yang selama ini ia rasakan.

Mata Azka terbuka saat ia merasakan ada seseorang yang duduk disampingnya. Keningnya mengerut melihat orang ini berpakaian santai sekali.

"Ada apa, Kay? Lo kenapa kelihatan santai? Nggak ada jadwal hari ini?"

"Gue batalin semua," Kayla menggeleng, ia tersenyum lebar, tatapannya masih menatap ke arah laut, "gue mau sama lo hari ini."

"Ha?"

"Gue mau sama lo hari ini!" Kayla mengulangi kata-katanya, "tanpa berantem ataupun berdebat."

"Tumben." Azka masih belum yakin sepenuhnya.

Kayla berdiri, ia sedikit kesal namun ia mencoba menenangkan dirinya secepat mungkin. "Jadi, lo mau kita berantem terus gitu?!"

Kening Azka mengerut, "Ada apa?"

"Gue," Kayla mencoba menatap mata Azka, "gue cuman kangen lo yang dulu. Yang perhatian sama gue dan nggak galau segininya."

Mata Azka masih menatap Kayla dengan tatapan tidak yakin.

Kayla berdecak kesal, "Gue mau lo bahagia lagi, Az!! Itu aja."

Satu alis Azka terangkat, "Emang lo tahu caranya gimana?"

Kayla menggeleng dengan wajah polosnya itu.

Kayla. Kayla.

Azka ikut berdiri, ia berdiri tepat disamping Kayla, menepuk pelan puncak kepala kembarannya. "Gue bisa bahagia asal ngelihat lo bahagia."

Bohong!!! Ingin sekali Kayla meneriakkan isi hatinya itu. Hanya saja, entah kenapa, ia hanya berteriak didalam batinnya dan tidak mampu menyuarakan segalanya.

Kayla cuman ingin melihat Azka tersenyum tulus kembali, seperti dulu. Senyum yang benar-benar tulus, bukan senyum kepalsuan. Ia sama sekali tidak menyukai senyum palsu apalagi tawa yang Azka buat-buat. Jangan pikir kalau selama ini Kayla tidak mengetahui bagaimana isi hati dan otak kembarannya ini, ia mengetahui segalanya. Hanya saja, Kayla lebih memilih untuk diam dan tidak ikut campur dengan urusan Azka. Ia tidak mau ikut bermain dalam hidup Azka walau ia saudara kembar Azka.

{2} ILY ( I Love You or I Leave You )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang