28 Juni 2015
"Aku keterima di universitas itu, Far." ucap gadis dihadapannya saat mereka tengah menghadiri acara perpisahan SMA. Gadis anggun yang mengenakan setelan dress hitam selutut itu tersenyum bahagia ke arah lelaki di hadapannya. SMA Nusantara, salah satu sekolah ternama itu memang tengah melaksanakan perpisahan. Melepas seluruh siswi angkatan dua belas yang seluruhnya telah lulus dari sekolah dan ujian nasional. Hari itu seluruh siswa menghadiri perpisahan sekolah, saling mengabadikan momen terakhir sebelum akhirnya mereka melanjutkan perjalanan dalam kehidupan masing-masing. Ada yang setelah lulus elanjutkan study di luar kota hingga luar negri. Beberapa anak juga ada yang terdengar ingin langsung bekerja, katanya sih bosan belajar melulu. Bahkan ada isu hangat bahwa salah satu dari lulusan tahun ini ada yang mau menikah! Bukan karena MBA, tapi karena dijodohkan oleh salah satu kerabat, dan kebetulan yang digosipkan tersebut adalah Amara, salah satu teman kelas Andrea.
Bahagia? tentu. bangga? jelas. Khawatir dengan perpisahan? Ini yang paling tepat.
mungkin perasaan yang tidak karuan itu sudah dirasakan oleh lelaki berkacamata itu. Aufar ghani, lelaki tinggi berkulit coklat yang ketampanannya tidak perlu diragukan lagi, kini tersenyum tipis ke arah lawan bicaranya. bingung harus berkomentar apa setelah mendengar kabar gembira itu. Beberapa bulan lalu, Aufar sudah mencoba untuk membujuk Andrea mengambil kuliah di kampus yang sama dengannya, yang lokasinya masih di wilayah mereka. Namun, usahanya tidak mendapatkan hasil apapun. Andrea tetap ngotot untuk memilih Universitas di luar kota untuk jalur SNMPTNnya, katanya sih peluangnya lebih besar. Lagipula, kampus negri di daerah mereka menjadi incara nomor satu dikalangan siswa-siswi seIndonesia, jadi Andrea merasa pesimis untuk mengambil pilihan di kampus itu.
Dan kini jelas saja perasaan Aufar semakin campur aduk mendengar kalimat barusan. bagaimana tidak? gadis yang dicintainya hampir tiga tahun belakangan ini, akan meninggalkannya. dan secara terang terangan mengatakan bahwa mereka akan berpisah. kalau diminta untuk jujur, sebenarnya Aufar tidak ingin melepaskan kekasihnya itu. dia sangat tidak percaya dengan hubungan jarak jauh. apa yang bisa diandalkan dari telfon genggam dan semua teknologi lainnya? ketika pengobat rindu hanyalah pertemuan. kebiasaan bersama setiap hari, selama tiga tahun belakangan ini pasti akan sulit untuk dilupakan begitu saja. makan, jalan, nonton, ahh! bayangan hubungan jarak jauh itu pasti tidak akan berjalan baik. namun, ia paham betul bahwa ini cita cita terbesar Rea. bahkan sejak mereka baru pertama kali berkenalan, Rea sudah menceritakan cita-citanya ini.
"anjir, lo ngapain ngasih tau gue sih?! " batin cowok itu.
ia membenarkan kacamatanya seraya menatap ke arah lawan bicaranya itu. menghela nafas panjang kemudian kembali tersenyum. "wah, bagus dong aku ikut seneng. kapan berangkat?" tanyanya.
"hmm, bulan depan." jawab gadis itu. ia menatap ke arah Aufar seraya tersenyum. senyum yang berbeda. senyum yang tidak menunjukan kebahagian. "kita gak kenapa-kenapa kan, far?'' tanyanya pelan. sepelan aufar menelaah kalimat itu, kata per kata. TIDAK KENAPA-KENAPA dia bilang? jelas-jelas lelaki di hadapannya ini selalu mengatakan bahwa ia benci hubungan jarak jauh, dan sekarang ia harus menerima kalau mereka berdua harus melewati hal itu.
Aufar mungkin memang orang yang terlampau santai. hubungannya dengan Andrea bisa bertahan sejauh ini karena mereka jarang ribut. kalau pun ada masalah yang menghampiri hubungan mereka, cowok itu selalu menjadi bagian si 'pengalah' yang kemudian meminta maaf. dia ogah ribet. kalau dengan minta maaf bisa menyelesaikan masalah, kenapa harus capek capek mempertahankan gengsi yang beresiko memperparah keadaan? hal tersebut lah yang akhirnya membuat hubungan mereka berdua awet-awet aja.
sedangkan Adrea tipe anak yang malesan. ya, kalau sudah males sama sesuatu, yasudah. dia akan meninggalkan dan melupakan begitu saja. namun, entah kenapa, gadis itu tidak pernah bisa males dengan kekasihnya itu. padahal, ini bukan kali pertama ia pacaran. dan pacar-pacar sebelumnya, hanya kuat bertahan tiga sampa empat bulan di hati Andrea. kalau sudah masuk ke zona malesnya, yaudah cowok itu mau melakukan apapun tidak akan ia gubris. dan akhirnya hubungan kandas.
agak mengherankan memang melihat seseorang yang mudah bosan dan malas seperti Andrea bisa bertahan sejauh ini. sejak pertemuan pertamanya dengan Aufar saat mereka kebetulan teman sekelas, hingga hampir tiga tahun ini mereka selalu menghabiskan waktu bersama, Andrea selalu merasa hanya Aufar yang mengerti tabiatnya. hanya lelaki itu yang bisa menghadapinya. dan.... ia sungguh mencintainya.
ÿa gak kenapa-kenapa lah, emangnya kenapa?"jawab Aufar yang berusaha menjaga raut wajahnya untuk tetap tenang.
"emang kamu kuat LDR sama aku?" tanya gadis itu lagi.
Aufar mengerutkan keningnya. "udah bahas nanti aja. tuh gabung sama anak anak gih. perpisahan kok malah mojok hish."
Andrea tertawa kecil. kemudian ia melangkah pergi menjauhi lelaki itu. membaur ke arah teman-temannya yang tengah berfoto dan berbincang. suasana perpisahan sekolah yang biasa saja. tak ada yang begitu spesial. terutama bagi Aufar. lagipula, apa yang bisa dikatakan bahagia dalam sebuah perpisahan? tidak ada. dan ketika tidak ada bahagianya, mengapa masih dirayakan? seperti ulang tahun saja! Mata lelaki itu masih mengikuti langkah kekasihnya pergi, tanpa sadar ia mngepal lengan kirinya seraya memaki dan mencaci dalam hati.
'Gue harus bilang berapa kali sih re, kalo gue benci jarak?! Apa perlu gue kasih tau alesannya?' bentak lelaki itu dalam hati
***
"aku kayaknya gak bisa deh. kita sampe sini aja ya." suara yang akhirnya memecah hening. keadaan taman saat itu memang tengah sepi. hanya ada beberapa pedagang jajanan yang posisinya agak jauh dari mereka. dan akhirnya ketika tak ada satu pun yang berbicara, hening menjadi penghias suasana.
"loh, tapi ken-"
"aku gak percaya sama jarak. bullshit kita bisa jalanin ini."
"kenapa baru bahas sekarang?" air matanya menetes. "pantes belakangan ini kamu gak pernah bales chat aku. kamu mulai cuek. aku fikir kamu emang lagi sibuk-sibuknya siapin waktu buat masuk kuliah, tapi kenapa malah gini?"
"udah, kita udahan aja ya?"
hening.
"kamu jahat."
"Re, jodoh gak kemana kok. kita kan masih bisa temenan."
***
-------------------------------------------------------------
Hai, maaf masih amatir ya hehe. ini sudah direvisi. selamat membaca, jangan lupa voment ya :) makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Run
Teen FictionBeberapa orang mungkin akan dengan mudah melupakan masalalunya, sisanya memerlukan waktu yang cukup lama. dari mereka, ada yang menunggu dan ada yang mulai membuka hidup dengan yang baru, ketika benar-benar siap membuang kenangan lama. namun saat ka...