I will leave my heart at the door.
---------------------------------------------
"jadi, lo tuh sebenernya kenapa sih hobi banget ngehindar dari cowok-cowok? apa lagi sama gue tuh. kaya gak normal aja!"setelah beberapa kali menyeruput es milonya, akhirnya Daffa angkat bicara.
suasana disana tidak begitu ramai. hanya ada beberapa mahasiswa baru yang sepertinya satu kampus dengan mereka, namun mereka memilih untuk tidak mengacuhkannya. Rea memalingkan wajahnya, antara kesal dan juga bingung harus menjawab apa. lagipula, apa urusan anak ini sih sampai sebegitu ingin tahu urusan pribadi orang. "lo kepo ya jadi orang. gue masih normal tau!" ucapnya setelah beberapa saat.
"mana buktinya?"
pertanyaan macam apa ini?
"DAFFA!" ketusnya. mata Rea melotot ke arah daffa.
Yang dipelototi malah cengengesan. membuat giginya yang tersusun rapi itu terlihat jelas. "gue becanda elah" Ia spontan mengusap kepala gadis dihadapannya itu. posisi mereka yang cukup dekat dan gerakan daffa yang dapat dikatakan sangat cepat membuatnya kaget, membuat Rea sulit untuk mengelak.
"apasih hish." Sebenarnya, Andrea cukup tertarik dengan daffa. semenjak mereka ditakdirkan untuk menjadi teman satu cluster saat ospek, saat itu Andrea sudah memperhatikan lelaki itu. bukan karena mereka satu jurusan. Bahkan ia baru sadar bahwa lelaki itu satu jurusan dengannya saat mereka mendapatkan kelas yang sama, tepatnya saat tiba-tiba Daffa memperkenalkan diri dengan pedenya kepada Rea. hanya saja, lelaki itu yang paling supel diantara yang lain. sampai akhirnya membuat Andrea sering tak sengaja memperhatikannya saat ospek berlangsung. namun, ia menganggap bahwa yang ia rasakan bukan lah hal yang serius.
Entah sudah berapa lama ini berlangsung, kali ini, di mata Andrea tak pernah ada yang namanya hubungan serius. toh, seandainya dibawa serius pada akhirnya akan kandas juga seperti.... ah! lupakan.
"yaelah... lebay kan. biasa aja kali"
Pembicaraan terhenti, Andrea memilih untuk diam dan menatap ke jalanan. Posisi McD yang tepat di pinggir jalan, dan tempat duduk mereka di lantai atas yang menghadap ke jalanan membuat mereka dengan leluasa menyaksikan kendaraan berlalu lalang.
Jika membahas tentang lawan jenis. memang ada beberapa orang yang sepertinya berusaha mendekatinya. ada yang masih direspon baik seperti Akbar dan Bara, anak Himpunan yang kebetulan juga seniornya, walaupun tidak menyukai keduanya, tidak dapat ia pungkiri bahwa belakangan ini dua cowok itu lumayan sering mengisi kesehariannya. ada juga yang ditolak mentah-mentah, yang mungkin salah satunya adalah Daffa yang bahkan harus menggunakan alibi buku untuk mengajak makan bareng. kadang memang membingungkan, Andrea merespon baik Akbar maupun Bara karena justru ia merasa tidak ada ketertarikan apapun kepada mereka. sedangkan dengan daffa... ia berusaha sebisa mungkin untuk menghindari anak itu. bahkan sampai sebegitunya.
Andrea tenggelam dalam lamunannya, kalau dipikir-pikir memang benar yang daffa katakan. ia teralu menutup dirinya, apalagi pada teman kelas. padahal dulu... ia adalah anak yang supel di SMA. tidak seperti sekarang ini. untuk cewek, hanya Rara dan Renatha yang biasa dekat dengannya, selebihnya yaa, hanya sebatas kenal. kalau cowok, mungkin sampai detik ini hanya daffa yang bisa dekat dengannya (Segitu dibilang dekat?) huh, selebihnya bahkan ia tidak mau tau. hanya rendy yang cukup sering ia perhatikan, itupun karena rendy menjadi incaran renatha. Entah apa yang membuat ia lebih nyaman membuka diri dengan senior laki-laki ketimbang teman lelaki seangkatannya. sebenarnya bukan membuka diri juga sih, kenyataannya mengingat ia sedang dekat dengan senior-senior itupun ia malas, mereka hanya dijadikan bahan keisengan gadis itu. entah apa maunya, mungkin menurutnya, berurusan dengan senior tidak semerepotkan berurusan dengan teman sekelas yang kalau sampai ada masalah, tiap hari harus tetap ketemu.
"woy! kok lo malah bengong sih."
"ha? ngng." Daffa membuyarkan semua lamunannya. "gapapa kok"
"yee, ati-ati lo kesambet! udah buruan review ini. besok gak kelar aja mampus lo!"
Andrea menyeruput es milo miliknya. mengambil friench fries lalu memakannya. ia diam beberapa saat sampai makanan itu benar-benar ia telan. "daf?"
"ha?"
Andrea kembali diam. ia bingung ingin mengatakan apa. ia menatap ke segala arah, seraya memikirkan kata perkata yang ia coba untuk dikatakan.
"lo- pernah- pacaran gak?" tanyanya patah-patah.
Daffa yang awalnya asyik dengan pulpen dan kertas folionya kemudian terdiam. cowok dengan stelan jeans biru dan kaos putih itu menatap ke arah lawan bicaranya beberapa saat. "abis putus gue malah. beberapa bulan lalu. "jawabnya pelan.
"ha? oh. kalo misal nih ya... misal, tapi lo gausah geer!"
"ya, misal apa? "Daffa kini meletakkan pulpennya.
gadis itu menggigit bibir bawahnya. ia bingung bagaimana cara menyusun kalimatnya. "mi.. sal, lo suka gue, terus lo tembak dan gue nolak. lo bakal ngapain daf?'
yang ditanya malah tertawa cukup keras.
ïh jawab!" ucap andrea seraya menekuk wajahnya.
daffa masih tidak bisa menahan tawanya.
"gak mungkin sih gue suka sama lo. dan lebih gak mungkin lagi lo nolak gue. secara, gue ganteng. "jawabnya dengan nada selengean. "emang ada apaan tiba-tiba nanya kaya gitu? " ia kini balik bertanya.
"cumi! gue nanya serius hish. gue tuh mau nolak kating sebenernya, tapi gue gaenak. kita kan masih junior nih. nah gue takut abis nolak, yang ada gue malah dikerjain mulu sama mereka."jelasnya. air mukanya mulai serius. "apalagi ini masih ospek. dan mereka anak himpunan daf." lanjutnya.
daffa menatap andrea dengan serius. ia mendengarkan semua penjelasan itu kemudian diam beberapa saat. "ya, lo ngapain awalnya ngerespon coba?"
"ïseng sih. hehe"jawab andrea cengengesan.
membuat daffa makin bingung harus memberi solusi seperti apa. cowok itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, menatap ke langit-langit kemudian tersenyum simpul.
"lo pura-pura jadi pacar gue ajadeh!"ucapnya.
membuat Andrea seketika tersentak. "HA? gila apa?!?" mau pura-pura, ataupun serius, ya namanya pacarn tetap pacaran! dan ia sangat ogah untuk melakukan itu. baginya pacaran itu hal bodoh. cuma bikin sakit hati aja. gak ada faedahnya! tapi... yaa, mau bagaimana lagi? daripada capek menghindar karena beberapa hari ini diminta kejelasan oleh dua orang yang sama sekali tidak membuatnya tertarik. kesalahan andrea juga sih, seharusnya sejak awal ia tidak membuat mereka jatuh hati dengan membalas pesan singkat, mengiyakan ketika diajak makan dan mengizinkan mereka membatu mengerjakan tugas ospek. hingga akhirnya keisengannya malah membuat masalah. Apalagi, mereka berdua koordinator lapangan di Ospek jurusannya, macam-macam bisa kena hukuman!
***
![](https://img.wattpad.com/cover/114912677-288-k904486.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Run
Teen FictionBeberapa orang mungkin akan dengan mudah melupakan masalalunya, sisanya memerlukan waktu yang cukup lama. dari mereka, ada yang menunggu dan ada yang mulai membuka hidup dengan yang baru, ketika benar-benar siap membuang kenangan lama. namun saat ka...