"Nyebelin banget sih!" ucap Andrea pelan setelah memastikan langkah kaki senior yang baru saja ia tahu namanya adalah Genta itu telah berlalu. Andrea memanadang ke arah Genta sampai lelaki itu membuka pintu perpustakaan dan hilang begitu saja.
Gadis itu tengah kesal setengah mati namun merasa bingung harus berbuat apa. ia akhirnya bangkit kemudian meraih sepatunya lalu memakainya. dikembalikannya buku yang belum lama ia ambil itu ke rak. kemudian ia segera bergegas pergi keluar dari perpustakaan.
kalau dipikir-pikir, wajar saja bila andrea merasa sangat sebal dengan senior bernama genta itu. menurutnya sangat tidak wajar lelaki itu tiba-tiba datang menghampirinya hanya untuk mengejeknya. hanya untuk mempertegas bahwa ia tengah membaca buku yang ia sama sekali tidak mengerti apa isinya. lagipula, siapa peduli? 'apa urusan dia sih?!' batin Andrea terus menggerutu.
***
Selalu ada kabar baik dan kabar buruk. Selalu ada hari baik dan hari yang buruk. ketika hari ini sedikit buruk, mungkin esok akan membaik. atau jika cuaca kali ini cukup buruk, mungkin pagi nanti mentari memberi hari yang baik. ah! tidak. semua tak pernah baik kala kamu tak disini. semua hanya terkesan baik. kadang bahkan bisa sangat buruk, lebih dari kesannya. dan hanya Andrea yang merasakannya.
'Aufar, gue kangen lo...'batin Andrea.
malam itu, gadis berkaos putih dengan hotpants blue navynya hanya menghabiskan waktu mondar-mandir di dalam kamarnya. Oke, jika ada yang bertanya ini jam berapa, ia akan segera menjawabnya. sekarang jam 20.35 malam yang panjang yang membuatnya bingung entah mau melakukan apa. jika ada yang bertanya ini hari apa, ia akan dengan cepat menjawab ini adalah hari sabtu. ya, tepatnya ini malam minggu. malam dimana seharusnya ia berada diluar entah di bioskop, caffe atau sekadar main ke kos temannya seperti yang sering Rea lakukan. namun sepertinya malam ini ia sangat malas untuk melakukan apapun. bahkan untuk sekadar membaca buku pun ia enggan. kalian sekarang boleh bertanya kepadanya sekarang tanggal berapa, namun mungkin kalian tidak akan menerima jawaban apapun. ia akan diam seribu bahasa. jadi, sekarang tepat tanggal 3 oktober dan ini adalah hari ulang tahun Aufar. hari yang belakangan ini mengganggu pikirannya. beberapa minggu ini ia sudah cukup kuat untuk tidak mengingat-ingat anak itu lagi. ia jalani hari seperti biasanya seakan tidak pernah ada apa apa. berangkat kuliah, belajar bersama teman-teman, menemui orang-orang yang menyenangkan dan beberapa yang menyebalkan. melewati beberapa kisahnya bersama daffa, seperti nonton bersama atau sekadar meminta untuk ditemani makan karena tidak punya kendaraan untuk makan jauh-jauh. ya! seharusnya andrea sudah cukup baik-baik saja. melupakan, lalu mengambil laptop dan mengerjakan hal yang lebih berguna malam itu. namun nyatanya sulit! semakin berusaha ia malah semakin rindu.
gadis itu mendudukan dirinya di kasur. meraih handphone dan membuka galery, melihat foto-foto kenangan lamanya bersama Aufar.
'selamat ulang tahun, Far.' ucapnya seraya tersenyum. tak terasa air mata di pipi kanannya menetes. namun ia masih terus berusaha untuk tersenyum. dipandanginya foto itu lekat-lekat. tak terasa sudah hampir tiga bulan, ia pergi. tanpa komunikasi sama sekali. mungkin ini pilihan Aufar untuk memutuskan hubungan dengan Rea yang juga sampai memutus hubungan komunikasi. Andrea mulai menyadari semua itu ketika tiba-tiba saja Aufar memblock semua akun media sosialnya tanpa alasan. Andrea pun sadar, sekalipun ada alasannya... ia tak perlu mengetahuinya. toh akhirnya malah akan membuatnya sakit hati.
segera ia menutup galery handphonenya dan membuka aplikasi Line.
ia mengetik satu nama di kolom perncarian kemudian mulai mengetik pesan.
Andrea Nandia:
woy, makan yuk? gue laper nih. hehe
read.
tidak lama chat yang dikirim itu langsung dibalas oleh si penerima.
Daffa Bimantara :
Mau makan apa?
Andrea Nandia :
Sate pak sabar, mau gak?
read.
Daffa Bimantara :
otw.
beberapa hari ini memang selalu daffa yang menemani hari-hari Andrea. sejak mereka sepakat untuk pura-pura pacaran, hanya untuk menolak Akbar dan Bara, akhirnya mereka malah semakin dekat. entah terbawa suasana, atau totalitas berpura-pura. hanya mereka berdua lah yang tau.
meskipun kenyataannya, Andrea cukup nyaman untuk menumpahkan kekesalannya dengan meluangkan waktu bersama daffa. menurutnya, daffa adalah teman yang sangat baik. terkadang bahkan karena terlalu nyaman menjadi temannya, Andrea sering kali melontarkan candaan candaan yang entah membuat daffa baper atau tidak. seperti... gue sayang banget sama lo ah, daf! ia mengatakan hal itu waktu daffa membantunya mengerjakan tugas mata kuliah sistem ekonomi yang sangat membuatnya pusing. mungkin itu hanya gurauan menurut Andrea. tapi entah menurut yang lain.
***
Kurang lebih sekitar 10 menit, motor vixion daffa sudah berada di depan kosan Andrea. beberapa kali daffa teriak memanggil-manggil namanya, hingga akhirnya gadis itu turun dari lantai atas dan langsung menuju pagar. ya, itulah daffa! ia lebih senang teriak mengganggu seluruh penghuni kosan ketimbang menghubungi yang dia cari via line atau telepon.
"sabar sih! gue kan siap-siap dulu tadi, gak usah pake teriak-teriak juga." teriak Andrea ketika keluar dari kosannya.
daffa tertawa pelan. "kalo gak teriak kan lo gak denger." ucapnya seraya menyalakan motornya.
yang mendengar malah mendengus kesal. "ini kos-kosan, bukan lapangan!" katanya jengkel.
"oh, ini kos-kosan?"
"BODOAMAT DAF!" gadis itu segera naik ke atas motor dihadapannya tanpa perlu disuruh.
motor melaju membelah jalan malam itu menuju tempat tujuan mereka, dengan suasana yang campur aduk. Andrea tidak dapat membunuh kerinduannya. apalagi dihari spesial seperti ini. dihari yang biasanya ia habiskan dengan entah makan bersama, atau menonton bersama. yang jelas hari ini seharusnya hari yang bisa ia lewati seharian bersama orang itu. hari yang spesial. seharusnya.
***
Selesai makan, Andrea meminta daffa untuk langsung pulang. perasaannya sangat tidak karuan malam itu. tidak mungkin juga ia tumpahkan semuanya kepada daffa, sangat tidak adil. jadi akan lebih baik jika malam ini ia berdiam diri di kamar. mengenang semua yang menggenang dalam hati dan fikirannya. setidaknya, malam itu ia membiarkan seluruh kegelisahannya untuk menang. anggap saja, itu hadiah untuk yang malam ini tengah berulang tahun. lebih tepatnya, ia memang kalah dengan perasaannya sendiri, dan tidak mampu mengelaknya.
gadis itu bangkit meraih handphonenya, dan mulai membuka notes. mengetik puisi yang biasanya akan langsung ia kirim pada Aufar. Andrea memang menyukai puisi, dan aufar selalu senang ketika mendapatkan puisi dari mantan kekasihnya itu, namun nyatanya kini puisi itu hanya bisa Andrea simpan dalam notesnya. ya... hanya bisa ia simpan.
JARAK
Memberi batas antara rindu dan bahumu.
Meneguk pilu, lalu malah candu.
Aku masih ingat aromamu, kala kuhirup kenangan dahulu.
Kita satu, kau yang mau, akhirnya... kau malah ragu.
sudah, aku kalah. biarlah.
Jarak ini membuat jengah. kau pun membuat resah.
selamat ulang tahun, Aufar.
-Andrea Nandia

KAMU SEDANG MEMBACA
Run
Teen FictionBeberapa orang mungkin akan dengan mudah melupakan masalalunya, sisanya memerlukan waktu yang cukup lama. dari mereka, ada yang menunggu dan ada yang mulai membuka hidup dengan yang baru, ketika benar-benar siap membuang kenangan lama. namun saat ka...