Genta POV
Sebelum gue mulai cerita ini, gue mau menjelaskan kenapa gue harus menceritakan ini. karena akan sangat menyebalkan ketika cerita ini gue biarkan mengalir dari sudut pandang author. pertama, dia sebenarnya gak terlalu paham sudut pandang gue tentang kisah ini. Gue gak mau dianggap sebagai seorang yang berlebihan disini. gue mau Genta yang diceritakan disini adalah Genta Pradipta yang gak ada bedanya dengan kenyataan yang ada. jadi, inilah gue....
***
waktu itu gue lagi duduk di salah satu bangku perpustakaan fakultas waktu gue lihat ada salah satu cewek yang mukanya gak begitu asing merhatiin gue. beberapa kali gue ngeliat dia celingak-celinguk ke sekelilingnya, sampai akhirnya mata itu mengarah ke meja gue. posisi duduk gue yang memang hanya berjarak dua meja dari mejanya membuat gue gak butuh waktu lama untuk sadar bahwa gadis itu memandang lama ke arah posisi gue. mungkin dia gak sadar kalau gue sadar akan hal itu. Gadis yang tengah memegang buku yang gue rasa baru ia pinjam di salah satu rak perpustakaan. ia duduk di bangku pojok dan sendirian. sepintas gue perhatiin kalau dia sedang mencari seseorang, entah siapa gue gak peduli.
sekadar informasi, sebelum kalian menanyakan sebenarnya siapa gue dan kenapa gue akhirnya harus mengisi part ini, jadi... gue Genta Pradipta, laki-laki yang tingginya sekitar 167an (iya iya, gue tau tinggi gue pas-pasan! tapi, untungnya tampang gue gak pas-pasan kok.) gue adalah mahasiswa semester 5 jurusan HI. salah satu anggota dari eksekutif mahasiswa di fakultas gue, dan salah satu senior yang benci maba. karena maba selalu jadi anak sok aktif dan kepo tentang kampus, padahal kampus dan kuliah itu ngebosenin! gue aja, kalau boleh memilih, lebih milih ternak lele ketimbang ngelanjutin kuliah gue yang nggak jelas ini. tapi gue salut kok, maba itu semangatnya lebih tinggi dibanding mahasiswa yang suka aksi depan gedung rektorat! kalau ditanya apa yang gue suka? sejauh ini, gue sukanya tidur. selain itu, gue suka baca buku, dan gue rasa buku bacaan gue lebih berfaedah daripada ceramah dosen di fakultas gue. kalau lo mau gue ajarin, lo bisa minta kontak gue sama authornya. hehe. eh bukan sok pinter ya, tapi gue emang pinter, bahkan dosen fakultas gue pernah ada yang nanya teori ke gue karena gue lebih dulu baca buku itu ketimbang dia. keren kan gue? jangan dipuji ya! gue gak suka dipuji. tapi kalau mau bilang keren, gapapa deh.
lalu, kenapa gue ada disini, dan hal apa yang memang mengharuskan gue untuk mengetik kisah ini? karna gue ngerasa author gak akan cukup detail untuk menuliskan kisah gue! ngng... maksudnya, waktu gue marah-marah di perpus karena salah satu cewek nabrak gue dan gue menolak ditolong, itu karna gue sedang buru-buru ada rapat dan gue sangat males berurusan sama maba. (udah gue bilang kan barusan?) dan author cuma ngasih tau kalo gue marah-marah. oke, ya, gue emang marah-marah. hmm, intinya sih gue cuma mau lo tau cerita ini dari perspektif gue. udah. itu aja.
kembali ke keadaan perpus. setelah memalingkan wajahnya dari gue, gadis itu asik membaca bukunya. seperti ia tengah mencoba untuk membunuh waktu gabutnya. gue yang sedang asik membaca buku seketika merasa ingin memperhatikannya. jelas gue sangat ingat kalau gadis di seberang sana adalah dia yang gue bentak di perpus pusat waktu gue lagi buru-burunya. tapi yang membuat gue tertarik untuk merhatiin dia adalah wajahnya yang keliatan bingung banget. dia kaya nggak ngerti sebenarnya apa isi buku itu. seperti... gue ngerasa otaknya gak mampu nangkep isi bukunya. terus buat apa dia baca tuh buku? batin gue kepo banget saat itu. gue berusaha mencari tahu buku apa yang sebenarnya tengah ia baca. aneh juga sih, biasanya gue gak pernah peduli sama sesuatu. kadang bahkan dimarahin presiden BEM karena datang rapat terlambat aja gue cuma balas dengan haha hehe tanpa kata maaf. dan semua orang di kabinet itu sudah paham tabiat gue. mungkin karena dipikir pinter dan berpotensi makanya gue jarang dimarahin, cuma ditegur ringan aja beberapa kali. ngeselin kan? ya emang udah dari lahir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Run
Roman pour AdolescentsBeberapa orang mungkin akan dengan mudah melupakan masalalunya, sisanya memerlukan waktu yang cukup lama. dari mereka, ada yang menunggu dan ada yang mulai membuka hidup dengan yang baru, ketika benar-benar siap membuang kenangan lama. namun saat ka...