Antara Aku, Kau dan Dia

1.5K 134 48
                                    

Hinata turun dari mobil putihnya dengan setelan celana jins, baju putih berlengan panjang yang terlihat kebesaran di tubuhnya serta dengan sepatu kets putih. Terlihat sangat imut dengan rambut indigo yang dibiarkan tergerai.

"Hinata-sama." Beberapa orang berpapasan dengannya membungkuk hormat.

Hinata merespon dengan menundukan kepalanya singkat. Direspon dengan ekspresi terkejut karena Hinata-sama yang mereka kenal tidak pernah membalas ojigi seseorang.

"Apa Menma-kun ada di dalam?" Tanya Hinata sopan.

Pelayan yang ditanya terdiam beberapa saat. Bukan hanya tentang ojigi, Hinata yang mereka kenal tidak pernah bertanya jika mau memasuki ruang pemimpin Namikaze. Hinata yang biasa akan langsung masuk tanpa permisih dan tidak menghiraukan cegahan oleh sang pelayan.

"Maaf. Aku bertanya apa Menma-kun ada di dalam? Aku ingin bertemu." Hinata memecah lamunan pelayan keluarga Namikaze.

"E..eh..maaf Hinata-sama!" Respon pelayan itu lagi-lagi dengan membungkuk badan berulang.

"Ha'i.. tidak apa. Jadi, apa ada Menma-kun?" Hinata menunjuk ruangan tempat dimana seorang Namikaze Menma biasa menghabiskan waktu liburnya.

"Ha'i!! Beliau ada di dalam." Ucap pelayan itu dengan segera.

Hinata mengganggap itu adalah izin untuk masuk kedalam ruangan luas yang sayangnya sangat tidak menarik. Isinya hanya rak buku urusan bisnis dan pemerintahan dengan meja kerja yang dibaliknya seorang pemuda berambut gelap memilih menghabiskan masa mudanya disana.

"Menma-kun.." sapa Hinata.

Menma mendongak dari lembar-lembar kertas putih yang menjadi fokus perhatiannya.

"Hyuuga." Balasnya datar.

Hinata menunduk, agak risih dengan panggilan marga keluarganya. Berusaha mengabaikan perasaan mengganjalnya.

"Apa mau mu datang kemari?" Tanya Menma yang terdengar tidak bersahabat.

Seharusnya Menma sedikit bersyukur karena keluarga Hyuuga tidak menuntutnya karena mencelakai putri mereka. Tapi yah, begitulah Menma yang sekarang.

Hinata tersenyum singkat. Berjalan mendekat dan duduk di kursi depan meja kerja Namikaze Menma. Seperti pelamar kerja yang menghadap atasannya.

"Aku ingin menagih perjanjian kita yang ini." Hinata menyodorkan kertas yang agak lusuh dengan tulisan tangan yang sangat sangat tidak rapi, namun masih bisa terbaca.

Aku akan memenuhi 3 keinginan Hinata - Menma

"Kau pikir aku serius ketika menulisnya?" Tanya Menma cuek.

Hinata manyun tanda tak suka.

"Tentu saja kau serius!! Menma-kun bahkan membubuhkan darah ku di kertas ini." Hinata menyuarakan suaranya agak lantang.

"Ck! Aku tidak akan melakukannya." Balas Menma.

Hening.

Hinata tidak membalas penolakan dari Menma. Membuat Menma mendongakkan kepalanya dan yang dilihatnya adalah Hinata yang menunduk dengan mata berkaca-kaca.

"Hah~" Menma menghela nafas.

"Baiklah. Apa keinginan mu?" Tanya Menma akhirnya.

Hinata mendongakkan kepala dengan mata berbinar senang.

"Aku ingin kau pergi bersama ku ke tempat awal kita membuat perjanjian ini." Ucap Hinata.

"Gurun Suna?!" Menma berdiri dari duduk nyamannya.

Road To SasuHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang