Chloe pov
Ini orang kenapa sih? Langsung narik tangan gue gitu aja. Ya gue akui dia ini juga temen gue. Tapi kan seharusnya gue gak ngebiarin Ava sendirian. Orang yang gue maksud itu si Darrel.
Gue gak ngerti kenapa dia malah minta temeni ke kantin ke gue. I mean, he has many friends. Kenapa malah gue? Dan dengan bodohnya gue mau aja ditarik-tarik dia.
"Jadi lo gak mau makan nih Chlo?"
"Ahh enggak makasih" jawab gue seadanya. Sekarang Darrel duduk tepat di depan gue. Ya seperti kata dia, gue cuma nemeni dia makan.
Yang gue pikirin sekarang itu ya, si Avalya kenapa jadi diem gini? Apa gue tanya sama Ev aja kali ya?
"Hey, lo kenapa melamun?" Tanya Darrel sambil melambaikan tangannya di depan mata gue.
"Ava kenapa?"
Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut gue, membuat Darrel menyernyitkan alisnya. Kok reaksinya gini sih? Gak salah kan kalo gue ngerasa Ava kayak gini gara-gara dia?
"Gue tanya sekali lagi. Ava kenapa? Lo apain dia?"
"Gue gak ngapa-ngapain dia, Chlo. Emaangnya dia kenapa? She's fine" Darrel berkata sambil menunjukkan tampang yang tidak berdosa. "Gue udah selesai nih, temenin gue ke taman belakang sekolah ya" ajak Darrel sambil menggenggam tangan gue lagi.
Darrel langsung menduduki bangku yang ada di taman. Suasananya emang lagi bagus sih buat duduk-duduk. Suasananya cerah tapi gak panas. Gue jadi kangen suasana LA dan dia.
FLASHBACK ON
Di saat semua orang baru memulai hari barunya di sekolah, gue harus pergi meninggalkan Indonesia hanya karena bisnis keluarga. Tapi gakpapa ini demi mama-papa gue. Begitu gue sampai di LAX, orang suruhan papa gue langsung nyamperi gue.
"Mari saya bawakan kopernya, nona" kata dia sambil mengambil koper kecil ini. Gue hanya menggangguk sambil mengikutinya menuju parkiran. Untung aja dia dari Indo kalo gak, bisa setress gue bicara bahasa inggris terus-terusan.
"Udah dipastikan gak ada satu pun paparazzi yang tau kalo saya datang ke LA kan?" Kata gue ketika berada di dalam mobil dan langsung melepaskan kacamata hitam yang gue pakai ini.
"Sudah kami amankan semua nona. Nona Chloe tidak akan berhadapan dengan mereka"
Syukur deh kalo mereka semua gak ada yang tau. Gue bosen, masa cuma ngunjungi LA gue harus di kelilingi paparazzi. Gue kan juga butuh hidup tenang. Yah bisa dibilang gue bukan Ava atau Ev yang bisa menanggapi mereka semua. Paparazzi inilah salah satu alasan gue ikut Avalya pindah ke indonesia. Walaupun di Indonesia, papa-mama gue perusahaannya juga termasuk besar tapi paparazzi di sana tidak terlalu meliput hal-hal seperti itu, mungkin bisa dikatakan mereka lebih terfokus kepada artis-artisnya saja.
Gue langsung beristirahat di mansion keluarga gue dan menunggu untuk hari esok. Gue harus nyiapin presentasi untuk besok. Di usia gue yang masih muda ini gue bisa cepat tua nih kalo mikirin ini mulu. Tapi ini demi papa-mama gue. Ya ini demi papa-mama.
Keesokan harinya gue langsung diantar menuju kantor. gue langsung menuju ruang meeting setelah turun dari mobil. Semua orang sudah duduk di tempatnya masing-masing. Gue langsung menuju ke tempat gue dan mulai mempresentasikan tentang konsep yang udah gue buat. Meeting ini memakan waktu 1 jam. Setelah selesai, gue langsung menutup laptop dan bergegas keluar ruangan. Saat gue menuju pintu keluar kantor, seseorang menahan pergelangan tangan gue.
STAI LEGGENDO
Feel
Teen FictionSakit gak sih dideketi sama orang yang kita suka, tapi dia deketi kita cuma untuk deket sama sahabat kita sendiri? - Avalya addison Salah gak? Kalo kita berjuang untuk orang yang kita sukai? - Darrel Gio Abelgart