18

8 5 2
                                    

Author pov

"Selamat datang, Avalya dan Evelyn!!"

"Oh my... ma, pa, mami, papi! ngapai disini?" tanya Avalya dengan muka yang memerah menahan kesalnya Karena saat ini dia butuh ketenangan akan tetapi harapannya hancur dalam sekejap. Kehadiran mama dan maminya yang heboh pasti akan membuat suasana menjadi tidak tenang.

"Gimana perjalanan kalian, menyenangkan?"

"Ohiya besok schedule kalian mau kemana? Mama sama mami ikut ya Av!"

"Iya Ev, bener tuh kata mami kamu. Kita berdua temani kalian keliling LA, gimana?"

"Mom and mami please stop! Ev akan menjawabnya satu per satu. Perjalanan kami dihabiskan dengan tidur. Besok kami belum tahu mau kemana, kami belum memikirkannya. Berkeliling LA tidak perlu ma, it's not our first time in LA"

"Kalian berdua pasti capek ya? Yaudah, papa sama papi bakal nyeret mama sama mami kalian masuk ke apartemen sekarang" yes! Papa makasih sudah menyelamatkan kami. Ev sayang papa.

Avalya langsung masuk ke dalam apartemen. Ia merebahkan dirinya di kasur dan semuanya pun mengambil tempat sesuka hati mereka.

"Oiya, kalian sudah makan malam?" tanya Alger yang merupakan papa dari Avalya.

"Sudah, pi" jawab Evelyn begitu mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh Papa Ava.

"Bagaimana sekolah kalian?" Gierra pun ikut angkat bicara, mengingat sudah beberapa tahun dia tidak melihat anaknya, Ava.

"Mami, sekolah kami sangat menyenangkan. Sayangnya kami tidak satu kelas. Ava sekelas dengan Chlo, tapi itu bukan masalah buat Ev karena Ev sudah memiliki teman baru yang baik kepada Ev" jawab Ev yang sangat bersemangat menceritakan sekolahnya di Indonesia.

"Ev, yakin? Ingat loh Ev, ini baru sebulan lebih. Ucapan kamu ini gak bisa mempengaruhi mama-papa untuk membiarkan kamu menetap di sana. Satu tahun ini hanya percobaan saja, Ev" sela Abigail dengan nada tegas, Ev merasa sedih karena ternyata mamanya belum mempercayai Ev sepenuhnya.

"Iya ma, Ev tau. Tapi kalo Ev bisa buktiin kalau Ev bisa mandiri, mom bakal ngizini kan?"

"With my pleasure"

"Abigail, Ev itu sudah besar. Lagian ada Arvin yang bakal jagain dia. You shouldn't have worried about her. Papi mau tau, temen baru kamu di kelas siapa sih, Ev?" Alger pun memberikan masukan untuk Abigail yang terlalu khawatir kepada Ev sekaligus menanyakan tentang teman-teman Ev.

"Azlan Mackenzie Shakeil dan Ansel Pitter Reyldo, pa. Dia bingung tuh mau pilih yang mana antara mereka berdua" Avalya pun menyahuti dengan riang.

"Apaan sih, Av!"

"Ohya? Ternyata benar ya perkataan Alger. Ev memang sudah besar" Alfred pun berkata sambil tersenyum jahil ke arah Ev.

"Papa! Kok gak belain Ev sih"

Didalam hatinya, Ev benar-benar sangat merasa senang. Momen ini adalah momen yang sangat penting buat Ev karena Mama-Papa Ev dapat berada di sisinya dengan suasana penuh canda tawa. Sejenak Ev melupakan bahwa dia adalah orang yang kesepian dan tidak pernah dipedulikan oleh mama-papanya.

"Bagaimana dengan kamu, Av?" tanya Gierra yang kepo tentang kisah-kasih anak kesayangannya ini.

"Tentu saja Av punya, tapi he's so annoying, mi. Literally i hate him" jawab Ev yang masih merasa kesal dengan Darrel.

Para orang tua ini pun merasakan pergantian suasana hati Ava. Mereka memutuskan untuk membiarkan kedua remaja ini untuk menenangkan diri mereka di apartemen ini.

"Sebaiknya kita pulang karna ini sudah larut malam, besok kan pagi-pagi buta kita ada meeting sama client kita, Fred" ajak Alger yang notabene adalah Papa Avalya yang ingin membiarkan anaknya tenang.

Avalya sangat bersyukur memiliki Papa seperti Alger. Setelah orang tua mereka meninggalkan apartemen ini, barulah Ava dan Ev merasa lega. Lega karena sesi pertanyaan sudah selesai. Ev tau, sebenarnya kedatangan orang tua mereka bukan hanya untuk bersenang-senang bersama mereka, tujuan orang tua mereka yang sebenarnya adalah untuk menginterogasi kedatangan Av dan Ev ke LA. Ev bersyukur karena mereka bertanya dengan cara yang menyenangkan dan Ev menyukai hal ini dari keluarganya yang memiliki sifat tidak pemaksa. Ava dan Ev memilih untuk langsung beristirahat agar memiliki cukup tenaga untuk esok hari.

***
Darrel pov

LA termasuk kota yang indah buat dikunjungi tapi ini bukan waktu yang tepat. Gue kan lagi dalam misi pdkt ke Chlo, kenapa papa malah nyuruh gue kesini sih! Dan terlebih lagi pas gue ajak Chlo buat ke LA bareng gue, dia gak mau. Mungkin dia gak mau ninggali teman-temannya dan pelajaran di sekolah.

Chlo itu cewek idaman banget tau gak? Orangnya baik, cantik, pintar, dan peduli banget sama teman-temannya. Gue jadi semangat banget buat dapatin dia. Di private jet ini gue ngerasa bosan karena gak ada yang namanya si dingin, Azlan dan si perusuh, Ansel.
Gue bakal gak ketemu mereka selama seminggu.

Gue jadi keingat sama kejadian pas gue di bianglala sama Ava. Gue akui gue pasti udah keterlaluan banget ke dia sampai-sampai Ev memarahi gue waktu itu, tapi gue juga gak tau kenapa gue kayak gitu. Gue ngerasa gue gak nyakiti hati dia sedikitpun. Gue cuma gak suka aja nama itu disebut lagi. I hate it.

"Permisi tuan, apa anda sudah merasa lapar?" Pertanyaan pramusaji ini membuyarkan lamunan gue.
"Tidak, saya tidak merasa lapar. Berapa lama lagi kita sampai?" Tanya gue yang sudah tidak tahan duduk di bangku ini. Walaupun kursinya nyaman tapi gue gak betah lama-lama duduk di sini.
"Masih sekitar 10 jam lagi, tuan. Sebaiknya tuan beristirahat agar tidak lelah begitu kita sampai di LA" wah bener juga nih kata dia. "Oke, kamu boleh pergi". Gue memutuskan untuk berbaring di kasur. Nyaman. Gue pun memejamkan mata dan memasuki alam mimpi.

"Tuan, bangun. Kita sudah mendarat di LAX" samar-samar gue mendengar seseorang berbicara sambil menyentuh pundak gue. Kesadaran gue pun sudah kembali normal. Gue tidur selama 10 jam. Lama banget ya. "Bawakan koper saya" perintah gue dan langsung menuju pintu keluar.

Gue menggunakan kacamata untuk berjaga-jaga saja dari paparazzi yang suka membuat berita seenaknya. Sepertinya untuk saat ini mereka tidak akan tahu kalo gue anak dari perusahaan terkenal karena ini baru kedua kalinya gue menginjakkan kaki di LA untuk urusan yang gak penting menurut gue.

Setelah keluar dari LAX, gue diantar menuju Mansion Keluarga Abelgart di LA. Di sana sudah pasti gue akan disambut oleh kakek-nenek gue yang asli orang sini. Gue tau Ava, Ev, dan Chlo itu memang bukan orang sembarangan. Mereka, masing-masing merupakan anak dari pemilik perusahaan ternama di dunia. Addison group lah yang merupakan perusahaan ternama no.1 di dunia dan setelahnya di susul oleh Carpenter group. Dan, bukan suatu kebetulan bahwa Ava,Ev sekolah di Indonesia yang notabene adalah sekolah yang didirikan kakek mereka. Soal kakek mereka yang merupakan pemilik Sekolah Citra Bangsa itu rahasia. Gue juga gak tahu kenapa kakek mereka menyembunyikan nama belakangnya. Gue juga pernah nanya ke papa, tapi papa juga tidak mengetahuinya. Mungkin next time kalau gue ketemu Ava, gue bisa menanyakan hal ini.

Tidak terasa gue pun sudah memasuki Mansion keluarga Abelgart. Semuanya sudah pada tempatnya masing-masing untuk menyambut kedatangan gue.

"Selamat datang, sayang"

Gue hanya memberikan senyuman saja pada kakek-nenek yang menyambut gue. Dan, langsung menuju kamar. LA adalah kota indah yang banyak menyimpan kenangan buruk buat gue. Dengan datang ke sini, banyak hal yang mengingatkan akan kesalahan gue di masa lalu ke dia. Setelah gue ngecek schedule, baru gue sadari kalau besok gue akan meeting di Kantor Addison Group.

----------------------------------------------
Hai💕 jadi gue mau jelasin kalau Ava manggil tante dan om nya itu mami-papi. Ev juga gitu, dia manggil ortunya Ava dengan sebutan mami-papi. Jadi jangan bingung ya😶 dan di mulmed itu apartemen Ava-Ev. Jangan lupa vota and comment❣️

FeelDove le storie prendono vita. Scoprilo ora