Author POV
"Av buruan dong lo jalannya lama banget sih" kata Evelyn yang sudah berjalan mendahului Ava menuju parkiran.
"Apa?" tanya Ava dengan nada santai tapi dengan mimik wajah datarnya.
"Hm, Av kita naik mobil gue aja ya?" tanya Ev salah tingkah dan memasang wajah lugunya.
"Terserah tapi gue yang nyetir" kata Ava sambil berjalan menuju mobil Ev.
"Aduh! malah Ava lagi yang minta nyetir" gumam Ev tapi dia tetap memberikan kunci mobilnya pada Ava"Kenapa? lo gak mau kalau gue yang nyetir?" tanya Ava gak senang sambil menghidupkan mesin mobil
"Bu-buk-bukan gitu Av, gue cuma masih sayang aja sama nyawa gue. Gue masih mau hidup Av" kata Ev seraya memasuki mobil.
"Emang siapa yang mau mati?! Ucap Ava yang memasang mimik wajah kesal sambil mengendarai mobilnya menuju kantor.
"Gini Av biasanya kan kalau udah kayak gini, lo bawak mobilnya bakal ugal-ugalan dan lo tau kan Av, itu bahaya"
"Dan lo! kenapa gak ngasi tau gue tadi malam hm?" sambil menekan pedal gasnya semakin dalam, Avalya terlihat santai, namun sangat berbeda dengan Evelyn yang terlihat pucat.
"Av gu-gue tadi malam udah nunggu lo buat bicarain ini tapi gue melihat lo senang banget karena pergi bareng Darrel. Gue gak mau merusak mood lo" jawab Evelyn sedikit gugup sambil memainkan hpnya supaya dia menjadi sedikit tenang tapi tidak ada tanggapan dari Ava. Dan malah tubuh Ev terpental ke depan, untungnya dia menggunakan seat belt jadi dia aman. Dengan wajah yang syok dia melihat ke arah Ava yang bersiap turun dari mobil.
"Av, lo keterlaluan!"
perkataan Ev menghentikan kaki Ava yang sedang berjalan memasuki kantor. Ava memutar posisinya untuk menghadap pada Ev sepenuhnya. "Maaf, bagian mana dari diri gue yang keterlaluan Evelyn Addison?"
"Cara lo. Cara lo kesel sama gue. Cara lo bawa mobil. Lo tahu kalau gue gak suka kebut-kebutan dan dengan mudahnya lo lakuin itu. just go Av. Gue gak ikut rapat. Nih di dalam laptop ini udah gue siapin konsep yang akan dibicarakan hari ini" kata Ev dengan kasar sambil menyerahkan laptopnya kepada Ava. kemudian Ev kembali memasuki mobilnya. Ev tidak tahu harus pergi kemana, yang ada dipikirannya saat ini adalah perkataannya yang terdengar kasar kepada Ava.
Avalya POV
Tunggu. Kenapa Ev jadi kayak gini? Apa gue benar-benar buat dia takut? di satu sisi, gue ingin kejar Ev tapi di sisi lain gue harus menjalankan rapat ini. gue akan cari Ev selesai rapat. siapa yang sangka ternyata Darrel juga ada di sini. dia memberikan senyuman tipis kepada gue dan gue membalas senyuman itu. Gue langsung membuka laptop dan mempresentasikan apa yang telah dibuat oleh Ev. Semua ini berkat konsep yang telah dirancang oleh Ev sehingga gue dapat mempresentasikannya denga mudah. Sekarang gue sadar, gue sudah keterlaluan sama dia. Gue harus segera minta maaf.
Setelah selesai rapat, gue buru-buru keluar ruangan akan tetapi pergelangan tangan gue ditahan oleh seseorang. Gue membalikkan badan, Darrel memberikan senyum ke gue sambil berkata "Gue antar pulang ya?".
"Rel, bukannya gue gak mau. Tapi ada hal penting yang harus gue lakuin" kata gue sambil melepaskan pergelangan tangan gue dari Darrel. "Hm? ada yang lebih penting dari gue?" dapat gue rasakan pipi gue memanas mendengar pertanyaan Darrel. "Iii..ya ada lah" jawab gue yang terlihat malu-malu. Kenapa harus gugup gini sih gue?
"Siapa?" gak perlu waktu lama bagi gue untuk menjawab pertanyaan Darrel. "Evelyn. dia lebih penting daripada lo" jawab gue dengan tenang sambil memberikan senyum. "Ev? emang dia kenapa?" mendengar pertanyaan Darrel, gue menceritakan kejadian tadi pagi kepadanya. Melihat ekspresi Darrel, gue tahu dia juga merasa kalau kejadian itu gak bakal terjadi kalau misalnya gue gak kekanak-kanakan. Gue bersyukur, dalam keadaan kayak gini Darrel tidak menyalahkan gue melainkan memeluk gue sambil berkata "Everthing will be fine. let's looking for her".
---------------------------------------------- Jangan lupa vomment guys😘
STAI LEGGENDO
Feel
Teen FictionSakit gak sih dideketi sama orang yang kita suka, tapi dia deketi kita cuma untuk deket sama sahabat kita sendiri? - Avalya addison Salah gak? Kalo kita berjuang untuk orang yang kita sukai? - Darrel Gio Abelgart