3 - The Deal

1.8K 95 0
                                    

Kau yang singgah tapi tak sungguh

---

Raja mencoba mencerna situasi. Ia berada di taman rumah sakit saat ini. Raja masih memiliki harapan bahwa Lexa membohonginya, tetapi semakin ia berpikir, semakin mustahil rasanya. Lexa terlihat begitu serius dengan ucapannya. Bagaimana mungkin temannya itu berbohong kemudian menangis. Kejadian ini sama sekali tidak ada dalam rencana hidup Raja. Bahkan mungkin menghancurkan segala rencana yang telah disusun Raja dalam hidupnya.

Namun, lari dari kenyataan adalah hal yang dilakukan oleh pengecut, dan Raja bukanlah seorang pengecut. Ia harus dapat bertanggung jawab. Biar bagaimanapun Lexa mengandung anaknya dan ia harus bertanggung jawab. Ini Indonesia, apa jadinya jika Lexa diketahui hamil tanpa ada ikatan pernikahan. Ini tidak baik. Raja harus bertanggung jawab.

Secepat yang kakinya bisa Raja berlari menuju ruangan Lexa dan membukanya. Ia mendapati Lexa yang sudah tidak menangis namun tatapannya kosong dengan air mata yang terus mengalir.

"Let's get married, Lexa. As soon as possible." Kata Raja tanpa basa-basi begitu ia membuka pintu.

Lexa menggeleng. "Gue gak mau nikah sama lo!" katanya ketus.

Mudah sekali Raja berkata pernikahan. Kenal Raja selama bertahun-tahun membuat Alexa yakin kalau Raja bukan tipe laki-laki yang tahan monogami. Sedangkan Alexa, yang walaupun sering one night stand ke mana-mana tetap saja mengagungkan pernikahan yang suci satu kali seumur hidup.

"Ya, lo pikir gue mau nikah sama lo? Lex, itu anak gue dan gue harus bertanggung jawab." Kata Raja berusaha menjelaskan tujuannya menikah dengan Lexa. "Kalau kita tinggal di luar negeri oke, gue bisa bertanggung jawab dengan cara lain, tidak harus menikahi lo. But, this is Indonesia. Gue gak mau liat lo diomongin orang karena hamil di luar nikah. Hamil anak gue." Jelas Raja panjang lebar. Ya, dia akan menawarkan pertanggung jawabannya dalam bentuk pernikahan. Bukti tanggung jawabnya sebagai seorang pria. Toh, semua ini memang salahnya. Ia yang tidak mau mendengar peringatan Lexa.

Lagipula Lexa adalah temannya, menikah dengan Lexa terdengar tidak buruk. Paling tidak Lexa tidak dikucilkan lingkungan dan ia tidak dikatai brengsek. Kalaupun nantinya tidak cocok, masih ada proses perceraian.

"Bodo amat sama apa yang orang lain bilang atau pikirin. Gue gak mau nikah sama lo. Come on, Ja. Pernikahan itu hanya akan menjadi penderitaan buat gue sama lo." Balas Lexa tidak mau kalah.

Ah, Raja lupa kalau temannya ini sangat pembangkang dan keras kepala dan sangat menjunjung tinggi prinsip menikah hanya satu kali seumur hidup.

"Lex.." Bujuk Raja lagi. Raja meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak memaksa Lexa, karena semakin dipaksa, temannya ini akan semakin giat berontak.

"Still a no. Gue gak akan melarang lo buat tanggung jawab. Go ahead. Lo punya andil sama anak ini. Tapi gue gak mau kita menikah. Itu keputusan gue." Kata Lexa dengan nada yang tidak bisa dibantah. Terserah apa yang mau orang lain pikirkan. Terserah saja Raja mau tanggung jawab dalam bentuk apapun, yang jelas tidak dengan pernikahan.

"Oke." Raja memilih mengalah untuk saat ini. "Tapi kalo terjadi sesuatu sama lo dan berhubungan sama anak kita. Saat itu juga gue akan minta kita untuk menikah." Raja memberi sebuah kesepakatan yang bisa dijadikan alat untuk membuat Lexa menikah dengannya. Biar bagaimanapun dia dan Lexa sama-sama punya nama baik untuk dijaga.

Lexa mengerutkan keningnya. "Terjadi sesuatu misalnya?"

"Misalnya lo jatoh dan gue gak tau, atau lo pingsan dan gue gak tau, atau lo pergi ke sebuah tempat tanpa memberitau gue dan something bad happens."

RefugioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang