diam diam ku bawa kamu
yang penting ku punya satu
lembayung temanku
nada yang mendayu sayukan mataku
manjakan penatku
lembayung temanku
(Fourtwnty – Diam Diam Ku Bawa)
Yang Raja tidak tau adalah setelah seks mereka yang terakhir kali, Lexa tidak tidur barang sedetikpun. Matanya nyalang sepanjang malam dengan lengan Raja yang melilit perutnya. Ia memikirkan harus bertingkah apa pada Raja setelah malam ini, karena Lexa merasa ini adalah seks terbaiknya dengan Raja dan rasanya begitu berbeda. Setelah dipikirnya matang-matang. Lexa memutuskan untuk bersikap seperti biasa. Seperti biasa ketika mereka berteman dahulu dan tiada yang akan berubah dari segi perlakuan dan sikapnya.
Sepandai-pandainya Lexa menutupinya kala itu, kala ini berbeda. Ia mengernyit tidak suka ketika mendengar Raja sedang bertemu dengan Saras. Dipandanginya ponsel yang baru saja dipakai untuk menghubungi Raja
"Gue kenapa sih?" Lexa merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tadinya ia berniat melakukan senam hamil, niat baiknya meluap begitu saja. Lexa mengelus perutnya yang mulai menonjol. Andai saja ia tidak hamil anak Raja, apa perasaan sesak ketika tau kalau Raja bertemu dengan Saras akan tetap ada? Tidak mungkin. Ini semua karena Lexa hamil dan hormonnya yang tidak stabil.
Lexa memutuskan untuk memesan delivery untuk makan siang menjelang sore, karena tanpa ia sadari ia telah berbaring dengan pikiran kosong selama satu jam. Tepat pukul 3 sore, Lexa mendengar bel apartemennya berbunyi. Beruntung ia selalu menyimpan uang di laci lemarinya. Ingat dompetnya tertinggal di tempat Raja, bukan?
Perut Lexa langsung meraung begitu aroma makanan Chinese Food yang ia pesan menyeruak. Ia mengusap-usap perutnya yang masih rata. "Sabar ya nak, ambil piring dulu nih."
Lexa makan sambil menonton televisi, seharusnya ia terbiasa makan sendirian seperti ini, tapi entah kenapa kali ini, Lexa kesepian.
Lexa tidak tau apa yang terjadi pada dirinya setelah makan, tiba-tiba saja kepalanya sudah ditoyor oleh seorang yang kurang ajar.
"Bangun you sleepyhead!" kata Raja, ini sudah hampir pukul 6 sore dan sejujurnya Raja agak khawatir melihat Lexa yang tergeletak di sofa ruang tengah, tetapi begitu mendengar deru nafas teratur dari Lexa, Raja merasa tenang.
"I'm not a sleepyhead!" Lexa protes tanpa ada intensi untuk menuruti perintah Raja.
Raja menghela nafas, Raja mengakui kalau Lexa bisa sangat tepat waktu ketika bangun pagi, namun kalau berbicara tidur siang, lebih baik ia menyerah.
"Bangun sih, Lex, makan yukk udah gelap nih." Raja kini ganti menoel-noel lengan Lexa.
"Arghhh!!" Lexa berteriak kesal, tidurnya diganggu dan ia marah! "Rese banget sih orang ngantuk juga! Makan aja sana sama Saras! Gue mau tidur!!" Seru Lexa dengan mata yang masih terpejam.
Ups.
Raja langsung mundur tiga langkah dan menyesali perbuatannya, seharusnya memang benar ia menyerah membangunkan Lexa.
"Marah-marah mulu ih! Anak lo jadi galak juga tuh entar!" Ujar Raja sambil berlalu menuju dapur.
"Anak lo juga bego!"
Raja terkekeh kecil, benar juga ya, anak Lexa ya anaknya juga.
"Lex, Saras ngajak balikan dong." Raja mengambil sekaleng bir dari kulkas Lexa. "Heh, lo gak boleh minum bir loh!"
"Yeu orang itu bir yang lama juga kalo dibuang sayang." Balas Lexa dengan suara setengah mengantuk.
"Ngegas banget deh. Terus gue bilang aja sama Saras kita temenan gitu." Lanjut Raja. Ia mengangkat kepala Lexa sedikit dan memosisikan dirinya sedemikian rupa hingga kini kepala Lexa ada di atas pahanya. Lexa masih menutup matanya meskipun ia sudah tigaperempat sadar.
"Bullshit banget. Mana ada mantan temenan." Balas Lexa. "Paha lo keras gak enak."
"Seriusan deh Lex, soalnya gue kasian dia cerai gitu sama suaminya waktu abis lahiran." Tambah Raja sambil menyesap bir dari kalengnya.
"Hhmm. Kenapa gak sekalian lo jadi suaminya aja biar gak kasian." Balas Lexa ketus.
"Dih, kok gitu sih ngomongnya?"
"Gitu sih ngomongnya gimana?"
"Kan gue harus jagain lo, Lex. Lo prioritas gue sekarang." Kata Raja dengan setengah suara.
Lexa mendengus. "Jangan gini lah, Ja. Gue gak nyaman, jangan jadiin gue alasan kalau lo emang pengen balik sama Saras."
"Loh, gak bisa gitu Lex, kan gue udah janji mau tanggung jawab."
"Maksud gue bukan begitu, Ja. Gue gak mau gue yang jadi alasan lo gak balikan sama Saras. Kalaupun emang lo emang beneran gak mau balikan sama dia, ya alasannya jangan gue gitu, tapi diri lo sendiri yang emang gak mau. Jangan bawa-bawa gue. Gue gak mau nanti ketika lo gak bahagia sama keputusan lo, yang lo salahkan itu gue."
Hening.
Raja dalam hati membenarkan perkataan Lexa. Benar juga, dia, dirinya sendirilah yang harus bertanggung jawab atas kebahagiannya sendiri. Dia, dirinya sendirilah yang harus jadi alasan dalam setiap keputusan.
Tapi, Raja juga sedikit tidak setuju dengan Lexa, karena ketika ia mendalami hatinya sendiri ia sadar, kalau dia, dirinya sendiri benar-benar tidak ingin kembali pada Saras, dan dia, dirinya sendiri yang ingin memprioritaskan Lexa lebih dari siapapun.
"Makan yuk, laper." Lexa memecahkan keheningan. Ia sudah sepenuhnya bagun sekarang.
Raja tersenyum. "Mau apa dedeknya?"
"Dedek-dedek! Anak lo ini bukan dedek lo!"
"Mau apa anakkuuuu?"
"Bandar Djakarta!!!" Lexa mengepalkan kedua tangannya ke atas, mimpinya makan cumi bakar akan segera terwujud.
"Ogah ah, rame pasti." Keluh Raja membuat Lexa langsung memberengut, seketika ia tidak tega. "Iya udah yuk, siap-siap pake jaket ya."
"Yes!! By the way dompet gue?"
"Oh iya, ada di mobil."
"Okay!"
.
.
.
HAHAHA PENDEK YAAAA
hehehe maafinnn promises chap depan 1500+ deh huehue
KAMU SEDANG MEMBACA
Refugio
RomanceRefugio, artinya adalah rumah yang nyaman dalam bahasa Latin. --- Rajawali dan Alexa. Sepaket, di mana ada Raja, biasanya ada Lexa, dan sebaliknya. Pacaran? Enggak. Saudara? Apalagi, ya enggaklah! Kalau Mila Kunis dan Justin Timberlake bilang sih...