13 - An Argument

1K 95 15
                                    

Pagi ini Lexa bangun dengan keadaan super malas, menangis semalaman menguras energi tubuh dan jiwanya. Lexa memutuskan untuk lekas bersiap-siap untuk bekerja. Tepat ketika Lexa selesai bersiap, terdengar suara pintu yang terbuka, siapalagi kalau bukan Raja yang terlihat sangat cerah dan bersemangat hari ini.

"Pagi, Lex. Cerah banget hari ini, gila." Raja tersenyum lebar kemudian tanpa izin memeluk Lexa, kebiasaan baru mereka setelah Lexa hamil.

"Biasa aja perasaan deh." Balas Lexa sambil berusaha menguraikan pelukan Raja kemudian berjalan menuju dapur untuk membuat susu ibu hamilnya.

Raja tertawa kecil. "Masih moodswing?" Goda Raja.

"Enggak kok." Jawab Lexa singkat.

"Kalo udah enggak, senyum dong. Pagi-pagi udah ditekuk aja mukanya, heh."

Lexa mendengus kemudian menyunggingkan senyum terpaksa yang tidak terlihat tulus sama sekali. "Tuh udah."

Raja mengacak rambut Lexa karena gemas, sahabatnya yang satu ini, jika sedang moodswing memang seru sekali untuk digoda. "Buruan sarapan deh, biar gak telat ke kantor."

"Hmm."

Di dalam mobil, Raja terus mengoceh mengenai pertemuannya dengan Saras, dan Lexa tentu saja berpura-pura excited mendengarnya.

"Terus terus?"

"Terus terus mulu, yaudah akhirnya kayanya gue sama dia mau coba mulai dari awal lagi."

"Wah, cie cie, makan-makan dong."

"Apaan dah." Raja tertawa. "Nanti gue mau jalan lagi sama dia, tapi bareng Ratu juga."

"Bagus dong, bisa sekalian tambah kenal sama Ratu."

"Iya kan, pasti seru deh. Eh, berarti nanti gue gak bisa bareng lo pulangnya. Gak apa kan? Nanti gue suruh siapa gitu anterin lo ya?"

"Gampang, kan banyak taksi. Gak usah repotin anak-anak." Kata Lexa, ia melirik sedikit handphonenya, ada catatan pengingat yang harus ia lakukan hari ini.

Jam 8 ke dokter kandungan, kontrol!

Tampaknya kali ini Lexa harus kontrol seorang diri.

.

.

.

Lexa melihat ke sekelilingnya, ia tiba-tiba merasa asing dengan suasana ruang tunggu rumah sakit ini, bulan-bulan yang lalu ia selalu datang ke sini ditemani oleh Raja, apa daya Raja telah memiliki janji dan tidak mungkin kan Lexa mengacaukan janji sahabatnya itu?

Seorang ibu-ibu yang familiar duduk di sebelah Lexa, sendiri. Lexa beberapa kali memiliki jadwal yang sama dengan ibu ini, dan seingat Lexa ibu ini selalu datang sendiri.

"Sendiri aja Mba?" Tanya ibu itu.

"Eh? Iya, Bu. Hehe." Lexa yang cukup terkejut tidak tau harus menjawab apa.

"Gak sama suaminya?" Ibu itu menanyakan lebih lanjut.

Suami dari mane tau!

"Hah?" Lexa bimbang antara ingin berkata jujur atau bohong pada ibu ini tentang kebenaran bahwa Raja bukan suaminya. Tapi tatapan lembut ibu ini seolah mendorong Lexa untuk berkata jujur. "Hehe, dia mah bukan suami saya, Bu. Teman saja." Jawab Lexa jujur pada akhirnya.

Anehnya, ibu itu tidak terlihat terkejut, ia hanya tersenyum hangat saja. "Gak apa, setiap orang juga pernah bikin kesalahan kok. Cuma ya penilaian masyarakat aja yang suka semena-mena melabeli kesalahan yang satu lebih fatal dari yang satu. Padahal sama saja kesalahan ya kesalahan."

RefugioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang