2 - Oh! Shit!

2.2K 93 1
                                    




Di dalam Carpe Diem – nama club favorit mereka – Raja dan Lexa seperti biasa, selalu menarik perhatian. Raja tidak pernah merangkul Lexa untuk menunjukkan kepemilikan, hanya rangkulan formalitas sebagai seorang pria. Hal itu membuat seisi club yakin bahwa sepasang manusia yang baru saja masuk club bukanlah pasangan dan masih ada harapan bagi mereka untuk menghabiskan malam dengan salah satunya.

Terbukti dari seorang pria yang langsung mengulurkan tangannya pada Lexa dan tentu saja disambut baik oleh Lexa. Raja mendengus. Niatnya kan mereka malam mingguan berdua dan mengobrol bersama. Tapi Raja tidak mencegah Lexa mengikuti pria itu ke lantai dansa. Biar sajalah, Raja pun mulai menelusuri ruangan dengan matanya. Hm, tidak ada gadis yang menarik malam ini. Akhirnya Raja memutuskan untuk duduk di bar dan memandangi Lexa yang sedang berdansa.

Lexa sama sekali bukan tipe isteri idaman Raja. Raja selalu mendambakan isteri yang penurut, dengan postur tubuh kecil dan mungil yang akan membuatnya ingin selalu melindunginya, lemah dan butuh perlindungan. Sedangkan Lexa kebalikan semua itu. Ia pembangkang, dengan bentuk tubuh padat bak gitar spanyol. Berisi di tempat yang tepat, dan sabuk hitam karate. Tidak ada lembut-lembutnya sama sekali dan bisa melindungi diri. Maka dari itu Raja bisa berteman dengan Lexa tanpa memiliki perasaan apapun.

Raja juga sadar bahwa ia bukan tipe idaman Lexa. Tipe idaman Lexa adalah Hyunbin. Tinggi dengan badan berotot namun tetap terlihat langsing. Senyum manis dan tatapan yang dalam. Raja, walaupun tinggi ia terlihat lebar karena bahunya tidak langsing sama sekali, ia lebih ganteng jika tidak tersenyum. Kata Kirana dan Lexa yang diiyakan oleh Angga, ketika Raja tersenyum ia terlihat seperti om-om mesum. Beda dengan Angga yang senyumnya terlihat tulus. Maka dari itu Lexa bisa berteman dengan Raja tanpa memiliki perasaan apapun.

Raja tersentak dari lamunannya ketika dilihatnya Lexa dikerubuni oleh 3 pria. Lexa terlihat risih dalam gerakannya. Tanpa basa-basi Raja maju dan meraih pinggang Lexa. "Sorry, she is with me." Katanya kemudian membawa Lexa duduk di sofa pojok club.

"Anjir mainnya keroyokan." Gerutu Lexa. Ia memanggil waiters dan memesan Whiskey.

"Untung lo sama gue."

"Thanks. Gue gatau kalau tuh orang bakal manggil temen-temennya buat join." Ujar Lexa sambil menyesap minuman yang sudah ada di tangannya kemudian mendesah. "Jadi gak mood deh, padahal gue lagi pengen get laid."

Raja tersenyum. "Sama gue aja." Ajaknya tanpa sungkan.

"Bosen." Canda Lexa sambil tertawa.

"Yakin?" Tantang Raja, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Lexa. Tangan kanannya membelai helaian rambut Lexa dengan seduktif. Sementara tangan kirinya membelai pipi Lexa untuk selanjutnya membawa gadis itu ke dalam sebuah ciuman yang dalam.

Ciuman khas Raja pada Lexa. Tidak menggebu-gebu seperti melakukannya dengan pelacur. Tidak lembut seperti melakukannya dengan kekasih. Ciuman Raja yang selalu dikenal Lexa bahkan sejak pertama kali mereka melakukannya, ciuman Raja tidak pernah berubah.

Sejujurnya, Lexa tidak pernah bosan. Dan tidak pernah bisa menolak Raja.

...

Carpe Diem adalah sebuah club dengan beberapa kamar yang bisa disewa bagi pelanggan VIP di lantai 3. Biasanya disebut area Refugio. Dan di sanalah Raja dan Lexa berada saat ini. Di area Refugio, dalam sebuah kamar dengan ukuran terbesar. Tanpa busana dan bergairah.

"You said you are 'bosen' with me." Kata Raja sambil menciumi perut Lexa.

Lexa tidak menjawab, ia hanya melenguh saja menerima perlakuan Raja yang semena-mena terhadap tubuhnya.

RefugioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang