Chapter 1

679 37 12
                                    

Jakarta, 2016

Raina Drizella.

Gadis yang sekarang tengah menjadi salah satu mahasiswa di Jurusan Matematika di salah satu Universitas besar di kota itu .

Walaupun irit bicara, ia adalah orang yang paling disegani dijurusannya.

Tidak ada satupun yang tidak mengenalnya. Bahkan, cerita tentang dirinya yang merawat seorang laki-laki koma di rumah sakit umum di kota itu, sudah diketahui semua orang.

Dia masih rawat laki-laki itu, laki-laki itu siapaa sih?”

“ Baik sih, tapi sayang.. agak kurang sosialisasi”

“ Dia yang kemaren gantiin Profesor Bambang di kelas ya, wah.. cantik, pintar pula.. tapi.. gak mau di ajak kemana-mana ya?”

Celotehan orang-orang selalu saja ia dengar di telinganya.

Bahkan bukan sesuatu yang baru lagi jika ia mendengar omelan-omelan kecil para bidadari-bidadari kampus -katanya- yang kehilangan topik pembicaraan itu.

Kini, matanya sedang fokus pada buku yang selalu ia pegang. Entah buku tentang merawat hati atau mungkin buku tentang origami hati.

Ia larut jika membahas perihal hati dan hati. Begitulah kehidupan Raina semenjak di tinggal kuliah oleh temannya –Mizella-.

Menanggapi ocehan orang-orang, memang, sekarang ia tengah merawat seorang laki-laki yang tengah terbaring koma di rumah sakit.

Koma karna mengalami kecelakaan besar didepan sebuah cafe. Dan ia menyaksikannya. Ia juga menyaksikan semua kejadian itu. Malam itu.

Sekarang, sudah hampir 2 tahun berlalu.

Dirinya masih sibuk keluar masuk kampus dan rumah sakit. Untung saja, rumah sakit itu tidak terlalu jauh dari Universitasnya.

Ia dapat kesana setiap hari bahkan setiap waktu. Ia melakukan ini hanya karna sebuah kertas. Kertas yang bertulisan “Jaga dia untukku”.

“ Maaf kak Raina, ada yang memanggil sejak tadi dibelakang kakak.” Colekan gadis manis di sampingnya mampu membuat Raina mengalihkan pandangan dari bukunya.

Gadis yang tidak dikenal Raina itu tersenyum manis lalu menunjuk ke arah laki-laki dibelakang Raina yang kini menatapnya serius.

“ Hai Raina..” dengan sapaan lembut, laki-laki itu melambaikan tangan pada Raina yang kini terdiam memandanginya.

Mata bulat Raina memutari wajah laki-laki putih itu. Lalu perlahan mengerutkan kening dan tersenyum kaku.

“ Maaf, Siapa ya?” Kata-kata Raina langsung di iringi kekehan gadis di samping Raina bersama temannya. Raina langsung menyadari bahwa laki-laki didepannya tengah malu karna bersikap seolah-olah saling mengenal dengan dirinya.

Supaya keadaan tidak kaku, Raina memutuskan untuk bertanya pada laki-laki itu. Tapi mulutnya terbungkam sebab laki-laki yang akan ditanyainya itu tertunduk malu dan perlahan berdiri dan berjalan meninggalkannya.

Siapa dia?”

***

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore.
Kini saatnya Raina berkunjung ke Rumah sakit.

Dengan sigap di ambilnya tas kecil disampingnya dan berjalan cepat keluar perpustakaan yang selalu menjadi tempat terfavoritnya.

“ Oi Rainaaaaaa.” Langkah cepatnya terhenti sudah. Seorang laki-laki berkulit putihh bersih berlari kecil dengan terus menatap Raina tajam.

Setelah Senja UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang