Chapter 3

440 29 4
                                    


Pergilah rasa.

Lenyaplah perih.

Kalian ada karna kebodohan hati menerima kepedihan.

Aku tidak menginginkan jiwa rapuh ini lagi.

Aku tidak membutuhkan rasa penantian sia-sia ini lagi.

Hilanglah.

Jangan membuatku membenci diriku sendiri.

Enyahlah segera.

Aku benci.

Kata-kata itu tergores rapi di kertas ungu kecil milik Raina. Ia yang tengah menenangkan diri ingin melepas rasa kini sedang menerawang langit hendak mengungkap rasa.

Ia benar-benar ingin melupakan masa perihnya melepas sang senja pergi.

Walaupun ia rasa, rasa yang tinggal hanyalah rasa tidak ingin pindah karna sudah betah.

Ia bahkan sudah merelakan senja itu, tapi tetap saja ia masih ingin berada di samping senja walaupun ia tau ia tak akan mendapatkan apa-apa.
Ini aneh.

Tapi memang inilah kenyataan dirinya sekarang. Ia tidak ingin kembali. Hanya ingin melepas dan mencari kisah baru. Itu saja. Batinnya.

Setelah berdiam diri agak lama, Raina memutuskan untuk beranjak pergi meninggalkan tempat duduk itu.

Saat membalikkan badan hendak beranjak pergi, ia dikejutkan dengan sosok laki-laki yang berdiri lurus didepannya menatapnya datar.

Raina yang langsung mengelus dada karna terkejut hanya bisa membalas tatapan laki-laki tersebut dengan tatapan aneh.

“ Maaf, siapaa ya?” Ujar Raina pelan.

“ Raina Drizella?” Jawab laki-laki itu cepat. Pertanyaan itu mampu membuat Raina mengerutkan kening.

Laki-laki didepannya ini mengenal namanya dengan lengkap.

Setelah orang seperti Arya menganggunya beberapa hari yang lalu, dan menghilang secara tiba-tiba setelah mengunjungi Genta, kini laki-laki grondong dengan baju acak-acakan ini kah yang menganggunya lagi?

Melihat Raina yang tidak menjawab langsung pertanyaannya, Fajar mengubah posisi berdirinya dan menghampiri Raina lebih dekat lagi.

Dapat dengan jelas di lihatnya wajah datar Raina memandanginya.

“ Saudari Raina. Perkenalkan saya Fajar. Saya dari organisasi kesenian yang mungkin tidak pernah anda dengar. Dengan pertimbangan kami, kami mengundang saudari untuk..”

“ Maaf, saya tidak berminat.”

Dengan jawaban seperti itu Raina langsung melangkah pergi. Persis seperti dugaannya, laki-laki ini adalah orang yang memiliki tujuan yang sama dengan Arya.

Tapi tangannya terhenti dengan cepat karna tas kecil yang ia pakai di tarik oleh laki-laki yang mengaku Fajar itu. Raina dengan sigap menarik tasnya kembali tapi Fajar menahannya.

“ Tolong sopan” Ujar Raina agak kesal.

“ Motong pembicaraan orang dan langsung pergi bukannya itu dibilang gak sopan? Saya tadi sudah sopan lho mbak Raina.” Fajar membalas tatapan kesal Raina dengan tatapan kesal pula.

Ia masih memegangi tali tas Raina dengan kuat. Tekad hatinya harus tercapai. Ia harus membawa Raina.

“Memaksa orang yang sudah terang-terangan tidak mau dan narik-narik tasnya apa itu bisa disebut sopan?” Ujar Raina keras.

Mendengar itu Fajar menarik tali tas Raina keras sampai-sampai Raina tertarik ke arahnya. Ia mendekatkan wajahnya pada Raina dan tersenyum jahil.

“ Ini Raina si jenius dan si misterius yang orang bilang? Mereka mungkin gak tau kalau si Raina yang mereka puja, punya mulut sepedas ini?” Mendengar ucapan Fajar yang kini sangat dalam merasuk hatinya, Raina menarik dirinya cepat dan tersenyum kecil.

“ Itu urusan anda nganggap saya bagaimana. Saya tidak peduli. Sekarang lepaskan tas ini dan cari saja orang lemah lembut yang mau masuk ke organisasi tak jelas itu” Ujar Raina kesal dan menarik cepat tali tasnya.

Setelah Senja UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang