Chapter 2

475 24 5
                                    

Fajar.

Namanya sejuk dan menenangkan.

Dia adalah laki-laki yang tidak mudah untuk menyerah akan suatu hal. Apalagi jika berurusan dengan hal yang sangat ia sukai.

Fajar adalah mahasiswa tingkat akhir di Universitas ternama di kota besar ini.

Walaupun menjadi mahasiswa yang sudah tidak di harapkan pihak Universitas lagi, tapi ia masih saja tidak mau meninggalkan kampus tercinta.

Ia betah berlama-lama di dalam sekre kecil yang padat dengan lukisan-lukisan dan gambar-gambar itu.

Sebab, hampir semua gambar dan lukisan itu adalah mahakara dirinya sendiri.

Organisasi seni yang ia kembangkan sekarang tengah mendapat ancaman dari Dekan Universitasnya.

Sudah hampir setengah tahun lebih, organisasinya tidak memberikan efek positif bahkan mereka sangat kekurangan anggota untuk melanjutkan kinerja organisasi semestinya.

Di Universitas, jika sebuah organisasi tidak melakukan kegiatan untuk menunjang kreativitas mahasiwa, maka organisasi itu akan di berikan sebuah peringatan akan di bubarkan.

Syarat agar organisasi tersebut dapat di jalankan kembali, hanyalah dengan menjalankan sebuah program nyata dan mengundang minat anggota baru untuk generasi penerusnya.

“ Jika semester depan, organisasi ini tidak melakukan apapun untuk perubahan kedepannya, pihak Jurusan akan membubarkan secara resmi. Fajar, sebelum ditutup pastikan semua lukisan aneh ini dibawa pulang”

Begitulah kata-kata sekretaris Jurusan yang ia temui seminggu yang lalu. Kata-kata itu sangat membuatnya tidak bisa makan bahkan tidak bisa berfikir dengan jernih selama perkuliahan.

“ Fajar, kamu kenapa?” sapaan lembut gadis manis di sampingnya membuat mata hitam Fajar menatapnya pelan. Lalu tersenyum lembut sembari menggeleng pelan.

“ Gak papa kok. Kamu udah makan? Makan yuk.” Ujarnya cepat sembari mengandeng tangan gadis itu keluar kelas. Mereka berjalan pelan menuju kantin yang berada di lantai dasar jurusannya.

“ Nanti masih berusaha cari orang untuk masuk organisasi?” pertanyaan dari gadis itu lagi-lagi membuat Fajar menatapnya lembut.

“ Kamu gak usah mikirin nasib organisasi, itu urusan aku nanti sama teman-teman yang lain Yaa?” Jawaban Fajar hanya di balas anggukan kecil oleh gadis itu.

Dia Embun, gadis manis pujaan hati fajar. Gadis yang selalu bersamanya sejak awal mereka masuk menjadi mahasiswa baru di Universitas ini.

Tak salah, jika disudut kampus mereka selalu terlihat berdua. Bahkan cerita tentang mereka berdua sudah menyebar keseluruh junior-junior yang kepo dengan kisah asmara Fajar.

“ Jar!! Oi Fajar!”

Panggilan keras di belakangnya membuat Fajar dan Embun dengan serempak menoleh cepat. Tampak dua laki-laki seusia mereka dan satu laki-laki imut-imut(?) berlari kecil ke arah mereka.

“ Kenapa?”

“ Gua nemu orang yang pas! Dia anak tahun kedua jurusan Matematika. Lo tau dia itu...” Belum selesai mulut salah satu laki-laki itu berbicara, Fajar langsung menutup mulut temannya itu dan membawanya pergi dari hadapan Embun dengan cepat.

“ Kenapa sih?”

“ Lu jangan nyebut urusan organisasi didepan cewek gua Lang! Nanti dia kepikiran terus. Kalau mau ngomongin organisasi jangan disini, ntar aja di sekre.” Ujar Fajar pelan.

Laki-laki yang akrab dipanggil Gilang itu hanya mengangguk cepat tanda paham dengan apa yang di maksud Fajar.

Fajar sengaja tidak ingin melibatkan Embun. Embun adalah tipe gadis pekerja keras walaupun wajah lembut dan mata sayu nya tidak menjamin ia dipandang sebagai gadis pekerja keras, tapi kepribadian Embun berbeda dengan penampilannya.

Setelah Senja UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang