Chapter 6

150 13 8
                                    

Raina, aku benar-benar ingin bertemu denganmu. Ini tentang aku dan kamu sebagai wanita. Tak ada hubungannya dengan Fajar sedikitpun. Ini tentang kita. Kumohon padamu temui aku.”

Pesan itu masih dipandangi Raina dengan wajah datarnya.

Kali ini ia berniat tidak akan lagi mencampuri urusan dua sejoli itu. Ia tak akan menemui gadis ini, gumamnya dalam hati. Raina perlahan menghela nafas panjang dan kemudian membalas pesan itu dengan cepat.

Maaf, aku tak bisa menemuimu”

Setelah pesan itu ia kirim, ia langsung menutup handphone nya dan memasukkannya ke dalam tas kecil miliknya.

***

2 Hari berlalu. Hari ini ia memilih untuk merebahkan badan dikamarnya saja seharian.

Tidak menjawab telfon siapapun, tidak membalas pesan sedikitpun. Ini bukan untuk yang pertama kalinya, ini sudah biasa bagi seorang Raina.

Ketukan pintu  sudah sering ia dengar. Entah itu ucapan ajakan makan atau ucapan peringatan agar tak banyak tidur.

Raina hanya menjawab dengan senyuman khasnya dan kemudian melanjutkan aktifitasnya –walaupun tidak ada- kembali.

“ Aku lelah..” ucapan itu terdengar sangat mendayu. Ia pun tak ingin mengakui pada diri sendiri bahwa ia telah terperangkap di antara manusia-manusia aneh –menurutnya- itu.

Seketika kepalanya ia tengadahkan menghadap atap kamarnya.

Lalu menerawang sebisanya jika saja semua yang terjadi sesuai dengan apa yang di inginkannya sebenarnya.

Tapi apa boleh buat, hati dan ucapannya selalu saja bertentangan. Jikapun ia paksakan mengikuti hati, namun selalu saja terlambat.

Sudah selang beberapa hari, namun pikirannya masih saja terarah ke dua manusia yang sangat menganggunya itu. Ia tak melihat Fajar, bahkan teman-temannya.

Ia sudah senagaja datang ke tempat tongkrongan mereka biasanya, namun mereka juga tak ada.

Sungguh, itu menganggu pikirannya.

Telfonnya kembali berbunyi. Kali ini ia memilih duduk dan mengambil HP nya dengan segera.

Walaupun sedari tadi banyak panggilan yang selalu ia abaikan. Seketika  keningnya sedikit berkerut melihat nama yang tertera di layar Handphone nya. Magenta.

“ Halo? Kenapa Magenta?”

“ Hei, Rain. Kamu dimana?”

“ Aku dirumah. Mizellah udah berangkat ya?”

“ Ha? Kan kamu yang melepas dia pergi kemaren. Kamu aman Rain?”

“ Ah, aku lupa..”

“ Lupa?? Raina Lupa, ini langka.”

Raina terdiam. Kali ini, pikirannya benar-benar sudah tak lagi bisa ia kendalikan. “Kembalilah lagi Raina yang duluu.. Kumohon”

“ Rain?”

“ Iya Genta.. Aku...”

“ Kamu kenapa?”

“ Tidak ada apa-apa. Aku baik.”

“ Hmm.. aku tidak percaya. Kamu pasti.....” belum selesai Magenta berbicara, telfon tu terdengar di ambil oleh orang lain didekatnya.

Dengan suara sayup-sayup yang terdengar dari sana “berikan saja padaku”.

“ Raina, “ Suara itu, sepertinya ia mengenalnya.

“ Embun meninggal.” Suara itu mampu membuat mata Raina terbelalak tak percaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setelah Senja UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang